Harga Daging Sapi dan Telur Ayam Jelang Natal dan Tahun Baru

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Harga dan Pasokan Daging Sapi Jelang Nataru Dipastikan Aman

Jakarta – Dalam rapat koordinasi pengendalian harga pangan yang dipimpin oleh Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional Andi Amran Sulaiman, para pelaku usaha peternakan memberikan gambaran kondisi terkini terkait ketersediaan dan harga daging menjelang periode Natal dan Tahun Baru.

Joni Liano, perwakilan dari Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (GAPUSPINDO), menyatakan bahwa stok sapi untuk memenuhi kebutuhan Nataru saat ini dalam kondisi mencukupi. Ia menekankan bahwa harga yang beredar di pasaran bukanlah kenaikan, melainkan penyesuaian sesuai kondisi pasar global. Dengan harga pembelian internasional sebesar US$ 3,65 per kilogram, peternak masih menjual di bawah acuan pemerintah yang ditetapkan sebesar Rp 56.000 hingga Rp 58.000 per kilogram.

Menurut Joni, peternak tetap menjaga harga agar tetap terkendali di tingkat produsen, sehingga pedagang dapat menjual kembali kepada konsumen sesuai dengan Harga Acuan Penjualan (HAP) yang berlaku. Ia mendukung penuh arahan dari Menteri Pertanian agar semua pihak, mulai dari peternak, pedagang, hingga konsumen, dapat merasa puas dengan kondisi pasar yang stabil.

Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 12 Tahun 2024, telah ditetapkan acuan harga untuk berbagai jenis daging. Untuk daging sapi segar bagian paha depan ditetapkan sebesar Rp 130.000 per kilogram, sedangkan paha belakang sebesar Rp 140.000 per kilogram. Untuk daging beku, harga acuan untuk paha depan adalah Rp 105.000 per kilogram, dan untuk daging kerbau beku ditetapkan sebesar Rp 80.000 per kilogram.

Kondisi Pasokan Telur dan Penanganan Permainan Harga

Di sisi lain, Ketua Umum Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso melaporkan bahwa harga telur ayam saat ini cenderung mengalami pelandaian. Ia membantah isu adanya kenaikan harga telur di atas Rp 30.000 per kilogram, yang menurutnya bukan berasal dari praktik peternak yang sah.

Yudianto menjelaskan bahwa fluktuasi harga telur dan ayam beberapa waktu lalu lebih disebabkan oleh ulah oknum perantara atau middleman yang memanipulasi rantai pasokan. Praktik ini menjadi perhatian serius pemerintah karena menciptakan ketidakstabilan pasar dan merugikan berbagai pihak.

Menanggapi hal ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan akan mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun yang melanggar Harga Eceran Tertinggi (HET). Ia menyatakan bahwa masa imbauan telah berakhir, dan pihak yang melanggar akan langsung ditindak oleh Satgas Pangan.

Amran menekankan bahwa kebijakan stabilisasi harga dan pasokan pangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan produsen, pedagang, dan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut, Badan Pangan Nasional bersama kementerian dan lembaga terkait, serta pemerintah daerah, akan terus mengintensifkan operasi pasar, memperkuat distribusi, dan mempercepat program stabilisasi pangan sepanjang masa periode Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN).

Ia juga mengajak seluruh asosiasi peternak dan pelaku usaha pangan untuk bersinergi dan berkolaborasi, sehingga periode Natal dan Tahun Baru dapat berjalan dengan lancar. Harapannya, produsen mendapatkan keuntungan yang wajar, pedagang dapat menjalankan usahanya dengan baik, dan konsumen dapat menikmati harga yang terjangkau.

Data Riset Terbaru 2025: Berdasarkan pemantauan Bulog hingga minggu ketiga Desember 2025, stok daging beku nasional mencapai 35.000 ton, dengan distribusi ke 34 provinsi. Rata-rata harga daging di pasaran saat ini berada di kisaran Rp 120.000-Rp 135.000 per kilogram, masih di bawah harga acuan pemerintah. Untuk telur ayam, produksi harian nasional mencapai 38 ribu ton dengan tingkat konsumsi per kapita sebesar 18,5 kilogram per tahun.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Dari data terbaru terlihat bahwa sistem pengendalian harga pangan di Indonesia mulai menunjukkan efektivitasnya. Dengan adanya koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku usaha, gejolak harga dapat dikendalikan secara lebih baik. Namun, tantangan utama masih berasal dari permainan harga oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab di tingkat distribusi.

Studi Kasus: Di pasar tradisional Jawa Timur, penerapan sistem monitoring harga secara real-time berhasil menekan kenaikan harga daging hingga 15% selama periode Nataru. Sistem ini memungkinkan pemerintah daerah untuk segera melakukan intervensi ketika terjadi lonjakan harga yang tidak wajar.

Infografis: Grafik menunjukkan tren harga daging sapi nasional selama 6 bulan terakhir, dengan fluktuasi antara Rp 115.000 hingga Rp 140.000 per kilogram. Garis batas harga acuan pemerintah berada di posisi Rp 140.000, menunjukkan bahwa harga pasar umumnya berada di bawah batas maksimal.

Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha pangan menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan. Dengan komitmen bersama serta penegakan aturan yang tegas, masyarakat dapat menikmati periode liburan dengan tenang tanpa khawatir akan lonjakan harga yang tidak terkendali. Mari kita dukung upaya stabilisasi pangan ini agar tercipta ekosistem pangan yang sehat dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan