Menu MBG Kacang dan Keripik Tempe di Ciseeng Bogor Viral dan Jadi Sorotan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di tengah kisruh makanan sekolah, sebuah SMP swasta di Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tiba-tiba menjadi sorotan publik. Bukan karena prestasi akademiknya, melainka karena piringan kecil yang disajikan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Potret sederhana berisi keripik tempe, segenggam kacang tanah goreng, sepotong biskuit, dan sebutir jeruk, justru memicu gelombang kritik di media sosial. Warganet dibuat geram oleh tampilan menu yang dianggap terlalu minimalis untuk standar gizi siswa.

Dalam unggahan viral, pengunggah menyertakan rincian perkiraan harga tiap komponen makanan. Keripik tempe, kacang goreng, biskuit, dan jeruk, ditaksir nilainya tak sampai dua ribu rupiah per porsi. Angka yang jauh dari harapan, mengingat dana per siswa untuk program MBG seharusnya berkisar antara sepuluh hingga lima belas ribu rupiah. Pertanyaan besar pun menggantung: apakah porsi sekecil ini benar-benar mampu memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak-anak?

Menanggapi sorotan tajam tersebut, Badan Gizi Nasional (BGN) langsung mengambil langkah tegas. Wakil Kepala BGN, Sony Sanjaya, menegaskan pihaknya akan segera memeriksa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab di wilayah sekolah tersebut. Tim ahli gizi akan diturunkan untuk mengaudit komposisi makanan dan memastikan standar kecukupan makronutrien serta mikronutrien terpenuhi.

Sony menuturkan, jika ditemukan pelanggaran, SPPG akan menerima teguran resmi yang tercatat dalam sistem. Teguran kedua akan diikuti oleh evaluasi dari Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi. Dan untuk pelanggaran ketiga, BGN tak segan akan mencabut izin operasional kepala SPPG serta ahli gizinya. Ancaman ini dimaksudkan sebagai peringatan keras agar tak ada lagi pengulangan kelalaian yang sama.

Di sisi lain, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor juga tak tinggal diam. Kepala Dinas, dr. Fusia Meidiawaty, mengatakan telah mengirimkan tim dari puskesmas terdekat untuk melakukan investigasi lapangan. Mereka akan menelusuri prosedur kerja dapur SPPG, mengevaluasi sistem distribusi, serta mengkaji ulang siklus menu yang disajikan. Yang tak kalah penting, tim ahli gizi Dinas Kesehatan akan duduk bersama SPPG untuk memastikan variasi makanan tidak hanya sehat, tetapi juga diterima oleh selera anak-anak, sehingga makanan tak terbuang sia-sia.

Dalam dunia yang serba cepat, isu seperti ini mengingatkan kita bahwa kesejahteraan generasi muda bukan soal angka belaka, melainkan komitmen nyata. Setiap piring yang disajikan adalah janji negara terhadap masa depan. Jika satu piring saja bisa menjadi cermin, maka marilah kita perbaiki pantulannya. Mulailah dari dapur, dari sekolah, dan dari hati yang paling dalam: bahwa setiap anak berhak atas makanan yang layak, bergizi, dan membanggakan. Ayo wujudkan bersama, satu piring demi satu piring, satu sekolah demi satu sekolah.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan