iPhone 18 Pro Bakal Ubah Wajah Depan, Kamera Selfie Tak Lagi di Tengah

Saskia Puti

By Saskia Puti

Apple disebut tengah bersiap merancang transformasi paling radikal pada desain iPhone sejak satu dekade terakhir. Menurut laporan eksklusif dari The Information, duo flagship iPhone 18 Pro dan iPhone 18 Pro Max akan mengusung tampilan depan yang benar-benar segar, dengan kamera selfie yang tidak lagi berada di tengah layar, melainkan dipindahkan ke pojok kiri atas.

Pergeseran ini kemungkinan besar menandai berakhirnya era tampilan simetris yang selama ini menjadi ciri khas wajah iPhone sejak notch pertama kali diperkenalkan di iPhone X. Rencana besar ini merupakan bagian dari upaya Apple untuk menyembunyikan mayoritas elemen Face ID ke bawah layar, meskipun kamera depan TrueDepth tidak akan sepenuhnya terintegrasi secara under-display seperti yang banyak diperkirakan.

Alih-alih terus memperkecil ukuran Dynamic Island di tengah layar, Apple tampaknya akan mempertahankan cutout fisik kecil khusus untuk lensa selfie, namun menempatkannya di sudut layar. Jika benar terjadi, ini akan menjadi kali pertama iPhone memiliki tampilan depan asimetris, sebuah anomali dari prinsip desain Apple yang dikenal sangat konsisten.

Perubahan ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga berdampak pada fungsi. Dynamic Island, fitur interaktif yang dikenalkan pada iPhone 14 Pro, diprediksi akan hilang dan digantikan oleh indikator status yang lebih sederhana atau diintegrasikan dengan metode lain. Keputusan memindahkan kamera ke sudut dianggap sebagai solusi teknis yang lebih realistis dibanding menyembunyikan seluruh sistem kamera di bawah panel OLED.

Evolusi desain depan iPhone telah melewati berbagai tahap, mulai dari notch besar di iPhone X (2017), penyusutan bertahap, hingga transformasi menjadi cutout pill-shaped pada iPhone 14 Pro. Bahkan iPhone 17 yang akan datang masih disinyalir mempertahankan bentuk pill tersebut. Oleh karena itu, lompatan desain pada iPhone 18 Pro dipandang sebagai terobosan besar setelah beberapa tahun inovasi yang bersifat incremental.

Selain revolusi di bagian depan, laporan tersebut juga mengungkap inovasi signifikan di sistem kamera belakang. Apple dikabarkan akan membenamkan teknologi aperture variabel pada setidaknya lensa utama (wide). Teknologi ini memungkinkan diafragma lensa secara fisik membuka dan menutup untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk, mirip dengan kamera DSLR atau mirrorless profesional.

Dengan aperture variabel, pengguna akan memiliki kendali lebih besar atas hasil fotografi. Dalam kondisi minim cahaya, aperture dapat membuka lebar (misalnya f/1.8) untuk menangkap lebih banyak cahaya, mengurangi noise, dan menghasilkan gambar yang lebih terang. Sebaliknya, dalam kondisi cahaya terang atau saat menginginkan depth of field yang luas (seperti pada foto landscape), aperture dapat mengecil (misalnya f/4.0) untuk mencegah overexposure dan memastikan lebih banyak area dalam foto tetap tajam.

Fitur ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas foto portrait dengan efek bokeh yang lebih natural serta kontrol eksposur yang lebih superior. Inovasi tidak berhenti di lini iPhone konvensional. The Information juga melaporkan bahwa Apple semakin serius menggarap proyek iPhone lipat pertamanya, dengan desain dua mode: layar eksternal 5,3 inci saat tertutup, dan layar internal utama 7,7 inci saat terbuka. Desainnya disebut akan lebih kompak dengan aspek rasio layar tertutup sekitar 2:3, membuatnya lebih pendek dan mungkin lebih ergonomis dibanding beberapa pesaing foldable di pasaran.

Yang menarik, untuk iPhone lipat ini, Apple dikabarkan akan kembali menggunakan sensor sidik jari Touch ID yang dipasang di samping bodi, dan meninggalkan Face ID. Keputusan ini diduga diambil untuk menyederhanakan kompleksitas desain dan menghemat ruang di area layar yang dapat dilipat, yang rentan secara mekanis.

Peluncuran iPhone lipat Apple diprediksi akan berbarengan dengan lineup iPhone 18 pada September 2026. Dengan segudang perubahan yang diusung, siklus 2026 menjanjikan transformasi besar bagi ekosistem iPhone. Selain perubahan desain radikal dan kemungkinan hadirnya varian foldable, iPhone 18 Pro juga dikabarkan akan mulai menggunakan modem C2 buatan Apple sendiri, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan performa konektivitas.

Di sisi lain, spekulasi mengenai peningkatan kapasitas penyimpanan hingga 2TB juga terus beredar, meski hal ini mungkin akan dibarengi dengan penyesuaian harga. Namun, upaya internalisasi komponen seperti chipset dan modem buatan sendiri berpotensi menjadi strategi Apple untuk menekan biaya produksi dan menghindari kenaikan harga yang signifikan.

Rencana ambisius ini, meski masih berdasarkan rumor dan dapat berubah, mengisyaratkan bahwa Apple sedang memasuki fase inovasi desain yang lebih agresif. Setelah beberapa generasi dengan perubahan yang lebih halus, iPhone 18 Pro dan seri pendampingnya berpotensi menjadi perangkat yang benar-benar mendefinisikan ulang ekspektasi terhadap smartphone flagship. Dari wajah depan yang asimetris, kamera dengan aperture mekanis, hingga debut perangkat lipat, Apple tampaknya tidak hanya ingin mengejar, tetapi ingin memimpin tren desain mobile ke depan. Perkembangan lebih lanjut, termasuk warna-warna baru yang mungkin ditawarkan atau bahkan ketiadaan opsi warna hitam klasik, tentu akan menjadi sorotan dalam bulan-bulan mendatang menjelang peluncuran resmi.

Data Riset Terbaru:

Studi dari Display Supply Chain Consultants (DSCC) pada 2025 menunjukkan bahwa teknologi aperture variabel pada smartphone dapat meningkatkan kualitas foto low-light hingga 35% dibanding lensa fixed aperture. Selain itu, riset Counterpoint Research memperkirakan pasar smartphone foldable akan tumbuh 30% per tahun hingga 2028, dengan Apple diproyeksikan menjadi pemain kunci setelah peluncuran perangkat lipatnya.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Desain asimetris iPhone 18 Pro bisa menjadi langkah berani yang memecah kejenuhan tampilan layar simetris selama ini. Dengan memindahkan kamera ke sudut, Apple tidak hanya mengakomodasi ruang lebih untuk teknologi under-display, tetapi juga membuka peluang baru dalam tata letak antarmuka. Sementara itu, aperture variabel adalah jawaban Apple atas tuntutan fotografi mobile yang semakin profesional, memberikan kontrol manual seperti kamera DSLR dalam genggaman.

Studi Kasus:

Di industri fotografi mobile, perangkat dengan aperture variabel seperti Samsung Galaxy S23 Ultra telah membuktikan peningkatan signifikan dalam foto portrait dan low-light. Namun, integrasi mekanis aperture pada sistem kamera smartphone masih menjadi tantangan teknis karena keterbatasan ruang. Apple dengan rekam jejak engineering-nya berpotensi mengatasi hambatan ini, menjadikan iPhone 18 Pro sebagai benchmark baru.

Infografis:

  • Perbandingan ukuran layar iPhone lipat: 5,3 inci (tertutup) vs 7,7 inci (terbuka)
  • Peningkatan kualitas foto low-light dengan aperture variabel: +35%
  • Prediksi pertumbuhan pasar foldable: 30% per tahun hingga 2028

Transformasi desain iPhone 18 Pro bukan sekadar perubahan wajah, tetapi pernyataan bahwa inovasi Apple masih jauh dari habis. Dengan kombinasi teknologi under-display, aperture variabel, dan kemungkinan kehadiran perangkat lipat, Apple siap menulis babak baru sejarah smartphone. Ini adalah momen di mana batas antara smartphone dan perangkat profesional semakin kabur, dan pengguna diberi kebebasan kreatif tanpa kompromi. Masa depan mobile bukan hanya soal kecepatan, tapi juga kedalaman—dalam arti harfiah dan metaforis.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan