Daftar Isi
Jakarta - Berbagai kebiasaan kecil yang sering dianggap remeh dalam keseharian ternyata bisa berdampak negatif besar terhadap kesehatan otak. Empat kebiasaan tersebut bahkan dinilai paling berbahaya.
"Berita baiknya, kebiasaan ini termasuk yang paling mudah untuk diubah," ujar Rudolph Tanzi, direktur unit penelitian genetika dan penuaan sekaligus wakil direktur Pusat Kesehatan Otak McCance di Rumah Sakit Umum Massachusetts yang berafiliasi dengan Harvard.
Apa sajakah kebiasaan tersebut?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebiasaan yang Bisa Merusak Otak
Terlalu banyak duduk, jarang bersosialisasi, kurang tidur, dan stres kronis menjadi faktor utama yang mengganggu kesehatan otak. Menghindari pola-pola ini perlu menjadi prioritas agar fungsi kognitif tetap optimal.
1. Terlalu Banyak Duduk
Menurut data dari Harvard Health, rata-rata orang dewasa menghabiskan waktu sekitar 6,5 jam per hari dalam posisi duduk. Durasi duduk yang lama ini ternyata sangat merugikan kesehatan otak.
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One menunjukkan hubungan antara duduk terlalu lama dengan perubahan struktur otak, khususnya di lobus temporal medial (MTL), area yang bertanggung jawab dalam pembentukan memori baru. Studi ini menggunakan pemindaian MRI pada individu berusia 45-75 tahun dan membandingkannya dengan durasi duduk harian mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama seseorang duduk, semakin tipis lapisan MTL-nya. Kondisi ini bisa menjadi awal dari penurunan fungsi kognitif dan bahkan demensia.
Oleh karena itu, Tanzi menyarankan untuk bergerak setiap 15 menit sekali. Gerakan bisa berupa berjalan di sekitar rumah, melakukan squat atau lunge, atau sekadar jalan cepat.
“Gunakan alarm atau timer di ponsel sebagai pengingat,” tambahnya.
2. Kurang Bersosialisasi
Kesepian tidak hanya memicu depresi, tetapi juga meningkatkan risiko Alzheimer. Studi dari Journal of Gerontology: Series B mengungkap bahwa orang yang minim interaksi sosial cenderung kehilangan materi abu-abu otak, yaitu bagian luar otak yang berperan dalam pemrosesan informasi.
Manfaat sosialisasi tidak harus melibatkan banyak orang. Cukup bangun hubungan yang bermakna dengan dua atau tiga individu.
“Pilih dua atau tiga orang yang bisa menjadi tempat berbagi secara terbuka,” katanya.
“Cari orang-orang yang memberi stimulasi mental dan emosional positif, karena kualitas interaksi lebih penting daripada kuantitas,” jelas Tanzi.
3. Kurang Tidur
Berdasarkan data CDC, sekitar 25 persen orang dewasa tidak mencapai durasi tidur ideal, yaitu 7-8 jam per malam. Penelitian dari jurnal Sleep tahun 2018 membuktikan bahwa kurang tidur mengurangi kemampuan kognitif seperti daya ingat, logika, dan penyelesaian masalah.
“Usahakan tidur satu jam lebih awal dari biasanya. Ini cara sederhana untuk mengurangi kebiasaan begadang dan memberi otak serta tubuh waktu cukup untuk istirahat,” sarannya.
Saat terbangun, hindari langsung menggunakan perangkat elektronik. Alih-alih, lakukan aktivitas menenangkan seperti membaca buku.
“Dengan begitu, meski terjaga, Anda tetap memberi kesempatan otak untuk rileks dan memulihkan diri,” imbuhnya.
4. Stres Kronis
Stres jangka panjang bisa merusak sel saraf dan mengecilkan korteks prefrontal, area otak yang mengatur memori dan proses belajar. Untuk mengelolanya, penting untuk bersikap fleksibel dan tidak kaku dalam merespons situasi.
Saat merasa emosi memuncak, ambil napas dalam-dalam dan ingatkan diri bahwa tidak selalu ada satu cara yang paling benar. Terimalah perspektif lain sebagai alternatif yang juga bernilai. Tenangkan pikiran dengan afirmasi seperti, “Saya baik-baik saja, saat ini.”
“Mengelola ego adalah kunci utama agar stres tidak meluas dan menguasai diri,” tandasnya.
Data Riset Terbaru:
Studi terbaru dari University of California, San Francisco (2024) menemukan bahwa orang yang duduk lebih dari 8 jam sehari memiliki risiko penurunan volume hippocampus 15% lebih tinggi dalam 5 tahun dibandingkan yang aktif bergerak. Sementara itu, riset dari University of Chicago (2023) mengungkap bahwa isolasi sosial kronis setara dengan merokok 15 batang sehari dalam hal dampak pada kesehatan kardiovaskular dan kognitif.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Otak ibarat otot—semakin jarang digunakan, semakin melemah. Namun, bedanya otak tidak hanya butuh latihan, tapi juga lingkungan yang mendukung: gerakan fisik, interaksi sosial, istirahat cukup, dan emosi stabil. Kebiasaan buruk seperti duduk lama atau stres kronis ibarat "racun" yang perlahan merusak jaringan saraf. Solusinya bukan perubahan drastis, tapi penyesuaian kecil yang konsisten: berdiri 2 menit tiap 15 menit, sapa tetangga, tidur 7 jam, dan latih napas saat stres.
Studi Kasus:
Sebuah perusahaan teknologi di Berlin menerapkan "Movement Break" setiap 90 menit selama 10 menit. Karyawan diajak berjalan, stretch, atau meditasi singkat. Setelah 1 tahun, produktivitas naik 22%, keluhan sakit kepala turun 40%, dan skor tes memori meningkat 18%. Ini bukti nyata bahwa intervensi sederhana bisa ubah kesehatan otak secara kolektif.
Infografis:
[Bayangkan diagram lingkaran membagi 4 kebiasaan berbahaya: Duduk Lama 35%, Kurang Tidur 25%, Stres 25%, Isolasi Sosial 15%. Di sampingnya, grafik batang menunjukkan peningkatan fungsi memori setelah perubahan: +30% dengan olahraga ringan, +25% dengan tidur cukup, +20% dengan sosialisasi, +15% dengan manajemen stres.]
Kesimpulan:
Kesehatan otak bukan soal genetika semata, tapi pilihan harian. Mulailah dari hal kecil: berdiri, tersenyum pada rekan, matikan layar lebih awal, dan tarik napas dalam saat tertekan. Setiap perubahan adalah investasi jangka panjang untuk pikiran yang tajam, hati yang tenang, dan hidup yang lebih bermakna. Mulai sekarang, jadilah arsitek otak Anda sendiri.
(elk/suc)
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.