Seorang wanita berusia 22 tahun asal Derbyshire, Inggris, Courtney Stocks, nyaris kehilangan nyawanya akibat serangan jantung yang dipicu oleh tekanan pekerjaan. Ia bahkan sempat dinyatakan meninggal selama tujuh menit sebelum diselamatkan oleh sang ayah, Chris Watchorn (40), yang langsung memberikan pertolongan pertama berupa CPR saat menemukannya tak sadarkan diri di halaman belakang rumah pada 16 November 2025. Courtney mengaku terkejut karena kondisi itu terjadi padahal ia merasa sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit serius.
Beberapa minggu sebelum kejadian, Courtney mengalami gejala seperti jantung berdebar, pusing, dan mual. Namun, semua gejala tersebut dianggap sebagai dampak kecemasan akibat stres pekerjaan. Ia mengaku sering merasa kewalahan dengan tuntutan pekerjaannya sebagai perawat anjing sekaligus pemilik bisnis sendiri. “Saya orang yang mudah stres. Hal-hal kecil saja bisa membuat saya kewalahan. Pekerjaan sangat menegangkan, dan saya sering pulang dalam keadaan stres,” ujarnya.
Setelah dilarikan ke rumah sakit, Courtney dirawat intensif selama empat hari sebelum dipindahkan ke bangsal jantung. Hasil pemeriksaan mengungkapkan ia memiliki kondisi bawaan berupa mitral annular disjunction (MAD), sebuah kelainan struktur jantung yang dapat memicu henti jantung mendadak. Dokter menyatakan bahwa stres berat berperan mempercepat terjadinya serangan jantung. Sebagai tindakan pencegahan, Courtney kini dipasangi alat defibrilator implan.
Courtney kemudian menyadari bahwa gejala yang sempat dialaminya sebenarnya adalah tanda awal masalah jantung. Ia juga sering merasa pusing dan mual, terutama saat mandi, hingga harus menyalakan air dingin untuk meredakannya. “Gejala itu makin sering muncul menjelang kejadian. Saya pikir itu bukan apa-apa, ternyata jelas sebuah tanda,” ucapnya.
Data Riset Terbaru:
Studi yang dipublikasikan oleh European Heart Journal pada 2024 mengungkapkan peningkatan signifikan kasus serangan jantung pada kelompok usia muda (18-39 tahun) dalam dekade terakhir, terutama di negara-negara maju. Faktor utama yang diidentifikasi adalah stres kronis, gaya hidup serba cepat, dan tekanan pekerjaan. Penelitian dari American Heart Association tahun 2023 juga menunjukkan bahwa stres psikologis dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 20-30% pada individu usia produktif. Selain itu, riset di Inggris menemukan bahwa kondisi bawaan seperti MAD, meskipun langka, memiliki potensi mematikan jika dipicu oleh faktor pemicu eksternal seperti stres berat.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus Courtney menggambarkan betapa kompleksnya hubungan antara kesehatan mental dan fisik, terutama jantung. Stres bukan sekadar rasa lelah atau penat, tetapi beban psikologis yang dapat memicu reaksi berantai dalam tubuh. Hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, jika diproduksi terus-menerus, bisa menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan memicu peradangan kronisโsemua ini adalah jalan menuju penyakit jantung. Yang membuat kasus ini semakin menarik adalah adanya faktor predisposisi genetik (MAD) yang tidak diketahui sebelumnya. Stres menjadi “katalis” yang mempercepat terjadinya bencana biologis. Ini menunjukkan pentingnya pendekatan holistik dalam kesehatan: tidak hanya melihat fisik, tetapi juga mental dan genetik.
Studi Kasus:
Sebuah studi kasus dari klinik jantung di London (2023) melaporkan tiga pasien usia 20-an yang mengalami serangan jantung tanpa riwayat penyakit jantung. Ketiganya memiliki kesamaan: pekerjaan tinggi tekanan, kurang tidur, pola makan tidak teratur, dan gejala awal seperti sesak napas dan nyeri dada yang diabaikan. Dua dari tiga pasien tersebut ditemukan memiliki kelainan jantung bawaan minor yang sebelumnya tidak terdiagnosis. Studi ini menekankan pentingnya skrining jantung pada usia muda, terutama bagi mereka yang memiliki gaya hidup tinggi stres.
Infografis (dalam bentuk teks):
-
Fakta Serangan Jantung Usia Muda (18-39 tahun):
- Peningkatan 15% dalam 10 tahun terakhir (Global, 2024).
- Stres kerja menjadi faktor risiko utama ketiga setelah merokok dan kolesterol tinggi.
- 40% pasien tidak memiliki gejala klasik (nyeri dada), sehingga sering terlambat ditangani.
- Gejala non-spesifik: kelelahan ekstrem, pusing, mual, sesak napas.
Hidup bukanlah lomba yang harus dimenangkan dengan mengorbankan kesehatan. Tanda-tanda tubuh, sekecil apa pun, adalah bahasa yang coba disampaikan alam bawah sadar. Dengarkan, hargai, dan tindaklanjuti. Sebab, detak jantung yang terhenti bukan akhir dari cerita, tetapi awal dari sebuah kesadaran: bahwa kesehatan adalah investasi paling berharga yang tak bisa ditunda. Jangan biarkan kesuksesan dunia menggantikan detak jantung yang masih berdegup. Mulailah hari ini: tarik napas dalam, atur ulang prioritas, dan bergeraklah menuju hidup yang seimbang.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
๐ Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
๐ Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.