Siswa Kabupaten Tasikmalaya Diberi Pelatihan Tanggap Bencana Mengingat Statusnya Sebagai Wilayah Rawan Bencana Alam

FK Tagana Kabupaten Tasikmalaya memberikan pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana dan teknik evakuasi korban dalam kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) yang diikuti oleh siswa MTs PSA Nurul Ihsan. Kegiatan ini dilaksanakan di kawasan Wisata Batu Mahpar, Kecamatan Leuwisari, pada hari Kamis, 18 Desember 2025. Fokus utamanya adalah memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya perlindungan keselamatan dari ancaman bencana.

Peserta pelatihan diberikan pengetahuan tentang perencanaan jalur evakuasi, penentuan titik kumpul yang aman, serta teknik penyelamatan dan evakuasi korban dalam operasi tanggap darurat. Mereka juga dikenalkan dengan peran pendukung selama tanggap darurat, seperti distribusi logistik dan pendirian dapur umum agar kebutuhan dasar penyintas terpenuhi. Seluruh materi ini merupakan bagian dari siklus manajemen bencana yang mencakup fase pra-bencana, saat tanggap darurat, hingga pasca-bencana.

Wakil Ketua FK Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Ayatullah Romdoni, menegaskan bahwa tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan siswa terhadap potensi bencana. Selain itu, siswa juga diajarkan cara melakukan evakuasi korban dengan tepat agar tidak menimbulkan risiko tambahan. Melalui program Tagana Masuk Sekolah (TMS), diharapkan para siswa mampu mengenali potensi bahaya di lingkungan sekitar dan memahami langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi risiko bencana.

Program ini juga menjadi sarana penting dalam membangun pemahaman dan kesadaran sejak dini tentang pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi penerima informasi tetapi juga bagian dari upaya mitigasi bencana di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Harapannya, materi yang diberikan dapat bermanfaat dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menghadapi situasi darurat.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2023 menunjukkan bahwa wilayah Jawa Barat termasuk dalam kategori rawan bencana tinggi, dengan potensi ancaman longsor, banjir, dan gempa bumi. Hasil survei menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menerapkan program kesiapsiagaan bencana mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan respons darurat siswa hingga 40%. Selain itu, pelatihan evakuasi yang dilakukan secara rutin terbukti mampu mengurangi risiko korban jiwa hingga 60% saat terjadi bencana.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Pendidikan kebencanaan di sekolah bukan hanya soal teori, tetapi bagaimana siswa mampu berpikir cepat dan bertindak tepat saat situasi darurat. Dengan memahami jalur evakuasi dan teknik penyelamatan dasar, siswa dilatih untuk menjadi agen perubahan yang mampu membantu diri sendiri dan orang lain. Pendekatan ini mengubah murid dari posisi pasif menjadi aktif dalam manajemen bencana.

Studi Kasus:
Pada tahun 2022, sebuah SMP di Kabupaten Tasikmalaya berhasil menyelamatkan 150 siswa tanpa korban jiwa saat terjadi longsor. Keberhasilan ini didukung oleh latihan evakuasi bulanan yang telah diterapkan sejak dua tahun sebelumnya. Siswa mampu mengingat jalur evakuasi dan titik kumpul, sementara guru membantu koordinasi dengan Tagana setempat.

Infografis (deskripsi):

• 40%: Peningkatan kemampuan respons darurat di sekolah yang menerapkan program kesiapsiagaan bencana
• 60%: Pengurangan risiko korban jiwa dengan pelatihan evakuasi rutin
• 3: Jumlah fase manajemen bencana (pra-bencana, tanggap darurat, pasca-bencana)
• 150: Jumlah siswa yang berhasil dievakuasi tanpa korban dalam studi kasus SMP Tasikmalaya 2022

Dengan pendidikan kesiapsiagaan bencana sejak dini, generasi muda tidak hanya siap menghadapi ancaman, tetapi juga menjadi pelindung bagi lingkungan sekitarnya. Mari tanamkan kesadaran, latih keterampilan, dan wujudkan sekolah yang tangguh bencana demi masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page