Studio Qzil.la, yang menangani produksi adaptasi anime dari game Sekiro: Shadows Die Twice berjudul SEKIRO: NO DEFEAT, telah mengumumkan bahwa proses pengerjaan proyek tersebut hampir selesai. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Shun Fukudome, sang kepala studio, dalam sesi wawancara di ANIAFF (Aichi-Nagoya International Animation Film Festival).
Pada ajang tersebut, Fukudome tampil bersama jajaran penting lainnya, termasuk sutradara Kenichi Kutsuna, penulis naskah Takuya Sato, serta Tetsushi Suzuki, presiden sekaligus direktur perusahaan produksi ARCH. Mereka membahas berbagai aspek kreatif dan teknis dari proyek ini, mulai dari latar belakang pembuatan hingga pendekatan artistik yang digunakan.
ARTIKEL TERKAIT:
GATE 2 Anime Dapatkan Pembaruan Besar — Semua Naskah Episode Telah Selesai (DIPERBARUI)
Dalam diskusi, Kutsuna mengungkapkan pengalaman kerjanya serta bagaimana ia mengembangkan gaya visual yang unik untuk proyek ini. Sato menjelaskan proses bergabungnya ia ke dalam tim dan kepercayaannya terhadap visi Kutsuna. Sementara itu, Fukudome menggambarkan proyek ini sebagai sesuatu yang “mengesankan” dan memiliki “tepi tajam” dalam hal narasi maupun estetika. Seluruh sesi dapat dibaca lebih lanjut melalui laporan Comic Natalie di tautan berikut.
Selain itu, perbincangan lain yang menjadi sorotan dalam ANIAFF adalah wawancara antara Taro Maki dengan ITmedia. Maki, seorang produser anime yang pernah terlibat dalam berbagai karya legendaris seperti In This Corner of the World, Millennium Actress, Kino’s Journey, Patlabor, PLUTO, dan Serial Experiments Lain, kini menjabat sebagai presiden GENCO. Dalam obrolannya, Maki mengungkapkan pandangannya mengenai budaya industri anime Jepang yang cenderung memilih proyek-proyek aman dan menghindari risiko kreatif.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai susunan staf SEKIRO: NO DEFEAT, Anda dapat mengunjungi tautan ini. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara Kadokawa, Crunchyroll, Qzil.la (dibaca “Kujira”), dan ARCH. Sebelumnya, adaptasi anime ini sempat menuai kontroversi akibat tuduhan tidak berdasar bahwa pihak produksi menggunakan teknologi AI generatif. Tuduhan ini muncul karena asosiasi Qzil.la dengan teknologi AI serta adanya kesalahan gambar dalam trailer yang dirilis. Namun, pihak komite produksi telah menegaskan dalam pernyataan resminya bahwa seluruh animasi dibuat secara manual tanpa bantuan AI. Pernyataan lengkapnya dapat ditemukan di sini.
SEKIRO: NO DEFEAT dijadwalkan tayang pada 2026, meskipun format pastinya—apakah berupa serial TV, OVA, atau film—masih belum diungkap. Adaptasi ini diangkat dari game populer buatan FromSoftware, Sekiro: Shadows Die Twice, yang dirilis oleh Activision. Berlatar di Jepang abad ke-16 pada masa Sengoku, game ini mengisahkan seorang prajurit berkaki satu yang dikenal sebagai “Wolf”, yang harus menghadapi berbagai musuh mematikan demi menyelamatkan tuannya, seorang bangsawan muda keturunan garis darah kuno.
Dunia gelap yang penuh kekejaman menjadi latar dari pertarungan sengit antara tokoh utama dan musuh-musuh raksasa. Dengan mengandalkan alat prostetik mematikan serta kemampuan ninjutsu, pemain dituntut untuk menggabungkan elemen stealth, pertarungan vertikal, dan pertempuran langsung yang intens. Narasi yang dalam, desain dunia yang detail, serta sistem pertarungan yang inovatif membuat game ini mendapatkan pujian luas dari para kritikus dan pemain di seluruh dunia.
Pengalaman balas dendam, pemulihan kehormatan, dan kemenangan melalui kecerdikan menjadi inti dari seluruh alur cerita. Dengan adaptasi anime yang sedang dalam tahap penyelesaian, para penggemar berharap kualitas visual dan kedalaman cerita dari game ini dapat terjaga dan bahkan diperluas melalui medium animasi.
Sumber: ANIAFF, via Comic Natalie
©FS. Published by Activision. ©KA/SND
Studi Kasus: Kontroversi AI dalam Produksi Animasi
Belakangan ini, industri animasi global dihebohkan oleh dugaan penggunaan AI generatif dalam proses produksi. Kasus SEKIRO: NO DEFEAT menjadi sorotan utama karena studio Qzil.la dikenal aktif bereksperimen dengan teknologi mutakhir. Namun, setelah klarifikasi resmi dikeluarkan, terbukti bahwa seluruh frame animasi dibuat secara manual oleh tim animator profesional. Studi ini menunjukkan pentingnya transparansi dalam produksi kreatif, terutama ketika teknologi baru mulai masuk ke dalam ranah seni visual.
Infografis: Perbandingan Produksi Animasi Tradisional vs AI-Assisted
1. Waktu Produksi: Animasi tradisional membutuhkan 12-18 bulan untuk proyek berdurasi 24 episode, sementara bantuan AI dapat memangkasnya hingga 30%.
2. Biaya: Produksi manual memerlukan anggaran tinggi untuk tenaga ahli, sedangkan AI dapat menurunkan biaya hingga 40% dalam beberapa aspek.
3. Kualitas: Hasil manual cenderung lebih unik dan bernuansa emosional, sementara AI memberikan presisi tinggi namun terkadang kaku.
4. Penerimaan Publik: 68% penonton anime lebih memilih karya buatan tangan, menurut survei tahun 2025 oleh Anime Industry Report.
Adaptasi SEKIRO: NO DEFEAT bukan sekadar proyek hiburan, tapi juga ujian bagi industri animasi dalam menghadapi era teknologi baru. Dengan komitmen terhadap kualitas dan keaslian, tim produksi membuktikan bahwa sentuhan manusia masih menjadi inti dari karya seni yang abadi. Bagi para penggemar, ini adalah bukti bahwa dedikasi dan kerja keras tidak dapat digantikan oleh algoritma. Saksikanlah kebangkitan kembali epik pertarungan di abad Sengoku, dan rasakan getaran setiap gerakan yang diciptakan dengan penuh jiwa. Jangan lewatkan!
Baca juga Anime lainnya di Info Anime & manga terbaru.

Saya adalah penulis di thecuy.com, sebuah website yang berfokus membagikan tips keuangan, investasi, dan cara mengelola uang dengan bijak, khususnya untuk pemula yang ingin belajar dari nol.
Melalui thecuy.com, saya ingin membantu pembaca memahami dunia finansial tanpa ribet, dengan bahasa yang sederhana.