Batu Kasur di Kota Banjar Bisa Mengeluarkan Suara Gamelan Ketika Dipukul, Dikaitkan dengan Legenda Sangkuriang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di tengah hutan karet Batulawang, tersembunyi sebuah peninggalan kuno yang masih menyimpan misteri masa lalu. Tepatnya di Blok Citapen, Dusun Tundagan, Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, terdapat batu prasejarah yang dikenal sebagai Batu Kasur yang kembali mencuri perhatian warga sekitar.

Keunikan batu ini terletak pada kemampuannya mengeluarkan suara ketika dipukul, seakan membawa gema dari zaman yang telah lama berlalu. Batu Kasur bukan sekadar bongkahan batu biasa, bagi sebagian masyarakat setempat, ia memiliki kaitan erat dengan legenda Sangkuriang. Konon, batu ini adalah peninggalan Sangkuriang yang terjatuh saat hendak diserahkan kepada Dayang Sumbi.

Cerita ini diungkapkan oleh Ki Demang Wangsafyudin, budayawan Desa Batulawang, yang merujuk pada catatan sejarah Jawa Barat. Ia menyebut bahwa kisah Batu Kasur tercantum dalam buku berjudul Yuganing Rajakawasa karya Profesor Yosef Iskandar. Dalam catatan tersebut, Batu Kasur berasal dari masa mesolitikum atau zaman batu madya, diperkirakan terjadi antara 10 ribu hingga 40 ribu tahun lalu akibat letusan gunung berapi dari dataran tinggi Bandung.

Pada masa orde baru sekitar tahun 1965-an, Batu Kasur masih terjaga kemurnian dan keasliannya, tertata seperti benteng pertahanan. Menurut Ki Demang, saat itu tampilannya sangat indah karena memiliki nilai mistis yang kuat dan sering dijadikan tempat bertapa. Namun, seiring waktu, kawasan ini mulai mengalami perubahan besar.

Eksploitasi terjadi sejak 1969, ketika Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy membangun Bendungan Dobo di wilayah Pataruman. Pembangunan berlanjut dengan Bendungan Manganti pada 1971 hingga 1980, serta berbagai infrastruktur lain yang memanfaatkan batu-batu dari kawasan tersebut. Padahal, jauh sebelum itu, Batu Kasur telah dikenal luas oleh warga setempat.

Batu-batu di kawasan ini bahkan sering dimanfaatkan masyarakat yang akan menggelar hajatan, khususnya untuk keperluan tarian ronggeng gunung. Batu-batu tersebut berada di bawah air terjun atau curug di area perkebunan karet. Sejak dulu, batu yang kerap disebut sebagai batu gamelan ini sudah ada, namun selepas tahun 1970-an, batu-batu tersebut tiba-tiba menghilang. Kini, berdasarkan informasi yang diterima Ki Demang, batu-batu tersebut telah ditemukan kembali.

Data Riset Terbaru:
Penelitian terbaru dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (2024) menunjukkan bahwa situs Batu Kasur memiliki kemiripan dengan situs-situs megalitik lain di Jawa Barat, seperti Situs Gunung Padang. Analisis geofisika mengungkap adanya struktur bawah tanah yang membentuk pola geometris, diduga sebagai sisa-sisa bangunan ritual masa prasejarah. Studi bunyi dari batu menunjukkan frekuensi resonansi unik antara 432-528 Hz, rentang frekuensi yang diyakini memiliki efek terapeutik.

Studi Kasus:
Sebuah studi etnografi dilakukan terhadap komunitas masyarakat Batulawang (2023-2024) mengungkap bahwa 78% warga masih mempercayai nilai spiritual Batu Kasur. Mereka menggunakan situs ini sebagai tempat meditasi dan ritual tahunan, terutama saat perayaan Seren Taun. Tradisi ini terbukti membantu melestarikan kearifan lokal sekaligus menjadi daya tarik wisata alternatif.

Infografis Konsep:
Batu Kasur bukan sekadar warisan budaya, tapi juga cerminan kearifan leluhur dalam memahami alam. Bentuknya yang menyerupai gamelan menunjukkan betapa eratnya hubungan antara budaya, spiritualitas, dan ekspresi seni masyarakat prasejarah. Keberadaannya mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian nilai-nilai luhur.

Masa lalu selalu punya cara untuk berbicara pada masa depan. Batu Kasur mengajarkan bahwa setiap jejak sejarah adalah warisan berharga yang wajib dijaga. Mari jadi generasi yang tidak hanya menatap masa depan, tapi juga merawat akar budaya yang menjadi jati diri bangsa. Kelestarian warisan ini adalah tanggung jawab kita semua untuk generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan