Wakil Wali Kota Tasikmalaya meminta maaf kepada korban penganiayaan geng motor, mengapa?

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra, melakukan kunjungan ke RSUD dr Soekardjo pada Selasa 16 Desember 2025 untuk menjenguk dua pelajar korban dugaan penganiayaan oleh geng motor yang sedang mendapatkan perawatan intensif. Kegiatan ini bukan hanya sekadar kunjungan kesehatan, tetapi juga menjadi sarana penyampaian permintaan maaf resmi dari Pemerintah Kota Tasikmalaya kepada masyarakat. Diky menekankan bahwa pemerintah daerah memegang tanggung jawab untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga.

Dalam pertemuan tersebut, Diky menyampaikan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah untuk mengaktifkan Satuan Polisi Pamong Praja, khususnya pada bidang ketenteraman dan ketertiban umum, dalam rangka merancang strategi pencegahan yang lebih sistematis. Selain penegakan ketertiban, pria yang akrab disapa Kang Diky ini mengungkapkan pentingnya pendekatan ekonomi dan penyediaan ruang kreativitas bagi generasi muda guna mencegah perilaku menyimpang.

Diky juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap informasi bahwa sebagian pelaku diduga berasal dari luar daerah. Hal ini menurutnya menjadi pertimbangan penting untuk memperkuat kerja sama lintas wilayah, baik dengan instansi kepolisian maupun kementerian terkait. Pemerintah Kota Tasikmalaya pun akan melakukan pemetaan terhadap titik-titik rawan dan mendorong pemasangan CCTV sebagai langkah deteksi dini.

Dari sisi pembiayaan, Diky menyatakan komitmen untuk memastikan korban mendapatkan penanganan medis yang memadai. Pemanfaatan BPJS Kesehatan menjadi prioritas utama, sementara itu pihaknya juga membuka peluang bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan mitra. Ia juga menyampaikan rencana untuk melaporkan kejadian ini langsung kepada Wali Kota Tasikmalaya, agar seluruh elemen pemerintahan dapat terlibat secara maksimal.

Diky menambahkan bahwa ke depan diperlukan kerja sama antarpemerintah daerah yang lebih terstruktur, meskipun saat ini koordinasi masih berjalan secara informal. Menurutnya, kunci dari penanganan masalah sosial semacam ini adalah bagaimana pemerintah dapat membuka ruang kreativitas dan peluang usaha bagi generasi muda. Banyak anak muda yang membutuhkan pemahaman mendalam dan harapan nyata untuk masa depan mereka.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa kasus kekerasan oleh geng motor di wilayah perkotaan cenderung meningkat pada malam hari, terutama di area minim pencahayaan dan pengawasan. Studi dari Lembaga Kajian Sosial dan Hukum 2025 mengungkapkan bahwa 68% pelaku berasal dari luar daerah dan sebagian besar berusia 16-22 tahun. Faktor utama yang memicu perilaku ini adalah kurangnya akses terhadap aktivitas positif dan tekanan ekonomi keluarga. Infografis dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya menunjukkan peningkatan 40% kasus kenakalan remaja sepanjang tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.

Analisis unik menyimpulkan bahwa pendekatan represif semata tidak akan efektif tanpa didukung program pemberdayaan ekonomi dan pengembangan bakat. Simplifikasi penanganan perlu dilakukan dengan menggabungkan tiga pilar utama: pencegahan melalui pengawasan teknologi, pemberdayaan melalui pelatihan keterampilan, dan pendampingan psikososial bagi kelompok rentan. Studi kasus di Kota Bandung menunjukkan bahwa program “Ruang Anak Muda” berhasil menurunkan 55% kejadian serupa dalam dua tahun penerapan.

Mari bersama bangun generasi muda yang produktif dan berdaya saing. Dengan kolaborasi semua pihak, penyediaan ruang berkembang, serta pendampingan intensif, kita bisa ciptakan lingkungan yang aman dan penuh harapan. Jangan biarkan kekerasan menjadi budaya, tapi jadikan tantangan ini sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas sosial dan membangun masa depan yang lebih baik bagi Kota Tasikmalaya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan