Pemerintah RI Percepat Hilirisasi Kelapa, Dimulai dari Maluku Utara dan Morowali

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah tengah gencar memperluas hilirisasi ke berbagai sektor non-tambang, termasuk kelautan dan perkebunan. Sektor kelapa menjadi fokus utama karena dinilai memiliki potensi nilai tambah hingga seratus kali lipat dari produk akhirnya.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan komitmen pemerintah dalam mengembangkan rantai nilai kelapa di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa pengolahan kelapa tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Saat ini, satu pabrik pengolahan kelapa telah beroperasi di Maluku Utara, dengan dua unit tambahan diproyeksikan aktif pada 2026.

Dalam pengembangannya, pemerintah melibatkan sinergi antarlembaga. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani bersama BUMN turut mendorong pembangunan pabrik pengolahan kelapa di Morowali, Sulawesi Tengah. Proyek ini menelan investasi sekitar US$ 100 juta atau setara Rp 1,66 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 16.600 per dolar AS.

Pabrik di Morowali diprediksi akan menyerap hingga 10 ribu tenaga kerja dan mampu mengolah sekitar 500 juta butir kelapa setiap tahunnya. Progres pembangunan ditargetkan selesai pada pertengahan 2026, sehingga produksi dapat segera dimulai. Langkah ini diharapkan menjadi pemicu bagi pengembangan industri berbasis sumber daya alam di wilayah lainnya.

Selain pengolahan kelapa, pemerintah juga berencana membangun pabrik pakan ternak dan fasilitas produksi day old chick (DOC) atau anak ayam. Kehadiran infrastruktur ini dimaksudkan untuk menstabilkan pasokan dan harga pakan, DOC, serta kebutuhan vaksin bagi peternak. Dengan begitu, produktivitas dan keberlanjutan industri peternakan ayam nasional dapat terjaga.

Rosan Roeslani menegaskan bahwa arah kebijakan hilirisasi kini tidak hanya terbatas pada sektor mineral, tetapi juga merambah ke sektor perkebunan, agrikultur, dan kelautan. Hilirisasi kelapa menjadi bukti nyata bahwa pengolahan sumber daya lokal dapat mendorong investasi, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan nilai ekspor.

Data menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, terutama di tengah fluktuasi harga komoditas global. Dengan hilirisasi, petani tidak lagi sekadar mengandalkan penjualan bahan baku, melainkan terlibat dalam rantai nilai yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah mewujudkan kemandirian ekonomi berbasis sumber daya dalam negeri.

Studi kasus di Maluku Utara menunjukkan bahwa keberadaan pabrik kelapa mampu mengubah pola perekonomian masyarakat setempat. Harga jual kelapa yang lebih stabil dan terserapnya produksi petani menjadi indikator keberhasilan awal program ini. Di sisi lain, pabrik DOC dan pakan ternak diharapkan mengurangi ketergantungan pada impor dan menekan biaya produksi peternak.

Infografis potensi hilirisasi kelapa mencatat bahwa satu butir kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi seperti virgin coconut oil (VCO), charcoal, tempurung sebagai bahan bakar, serta sabut untuk media tanam. Nilai akhir dari satu butir kelapa yang semula hanya Rp 2.000 dapat melonjak hingga lebih dari Rp 200.000 jika diolah secara optimal.

Pengembangan hilirisasi kelapa bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga ketahanan sosial. Dengan memberdayakan potensi lokal, Indonesia mampu menciptakan sistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Mari dukung langkah nyata ini dengan semangat gotong royong, inovasi, dan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Masa depan gemilang bangsa dimulai dari desa, dari kelapa, dan dari tangan-tangan pejuang ekonomi kerakyatan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan