Mengungkap 3 Siklon Tropis yang Kini Mengancam Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia sedang menghadapi ancaman dari tiga sistem siklonik yang berada di sekitar wilayahnya. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, menjelaskan kondisi ini dalam rapat kabinet bersama Presiden Prabowo Subianto. Tiga sistem tersebut adalah Siklon Tropis Bakung, yang telah mencapai kategori 2, serta dua bibit siklon yaitu 93S yang terpantau di wilayah Bali-Nusa Tenggara-Timur dan 95S di selatan Papua. Ketiga sistem ini berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan gelombang tinggi di perairan sekitarnya.

BMKG terus memantau perkembangan Siklon Bakung yang saat ini berada di barat daya Lampung dan bergerak menjauhi Indonesia. Meskipun demikian, BMKG tetap mengawasi pergerakan siklon ini karena berpotensi mendekati wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Faisal berharap siklon ini tidak kembali mendekati wilayah Indonesia agar tidak memperparah kondisi curah hujan. Untuk menghadapi potensi dampaknya, BMKG telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Basarnas untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap risiko hujan deras dan gelombang tinggi.

Dalam konteks kerjasama internasional, Indonesia yang ditunjuk oleh World Meteorological Organization (WMO) sebagai Pusat Peringatan Siklon Tropis, terus berkoordinasi dengan negara-negara seperti Australia, Jepang, dan India. Koordinasi ini bertujuan untuk memantau pergerakan dan intensitas Siklon Bakung yang sempat mencapai kategori 3 pada tanggal 14 Desember dengan kecepatan angin 65 knot. Meskipun intensitasnya telah turun menjadi kategori 2 dan diharapkan segera turun ke kategori 1, ancaman dari siklon ini tetap perlu diwaspadai.

Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bersama BMKG dan BNPB telah menginisiasi Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Upaya ini dilakukan guna mengurangi risiko cuaca ekstrem yang dapat mengganggu distribusi logistik bantuan, khususnya ke wilayah Sumatera. Menko PMK juga menekankan bahwa fenomena kemunculan dua siklon tropis sekaligus, yaitu Siklon Seroja dan Siklon Bakung, merupakan kejadian yang tidak lazim terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, sehingga perlu penanganan yang serius.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas siklonik di wilayah Indonesia memiliki korelasi dengan pola cuaca global seperti La Nina yang sedang terjadi. Analisis Unik dan Simplifikasi terhadap pola pergerakan siklon menunjukkan bahwa meskipun secara historis siklon tropis jarang terbentuk di wilayah ekuator, perubahan suhu laut dan pola sirkulasi atmosfer dapat menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan siklon di dekat khatulistiwa. Studi kasus Siklon Seroja tahun 2021 menjadi bukti nyata bahwa wilayah Indonesia kini rentan terhadap fenomena ekstrem ini. Infografis yang dirilis oleh BMKG menunjukkan peningkatan signifikan frekuensi kejadian cuaca ekstrem dalam dekade terakhir.

Hadapi dinamika cuaca ekstrem dengan kesiapsiagaan penuh. Mari jadikan informasi sebagai senjata utama, kesiapan sebagai tameng, dan gotong royong sebagai kekuatan bersama. Lindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitar dengan selalu memantau perkembangan cuaca dari sumber terpercaya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan