Dua Putra Petani Raih Prestasi Terbaik sebagai Lulusan Perwira Polri di SIPSS 2025

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Keterbatasan finansial bukan penghalang untuk meraih impian tertinggi. Dua anak petani, Ipda Eko Nursetiawan dan Ipda Agung Saputra, kini resmi menjadi perwira Polri setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Gelombang II Tahun Ajaran 2025.

Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komjen Dedi Prasetyo, memimpin langsung prosesi pelantikan di Akademi Kepolisian. Upacara ini menjadi momen yang sangat membanggakan bagi keluarga para calon perwira, khususnya orang tua mereka yang selama ini hidup sederhana sebagai petani penggarap.

Komjen Dedi menekankan bahwa penguatan kualitas personel Polri merupakan bagian dari visi pembangunan nasional jangka panjang (RPJPN 2025-2045) menuju Indonesia Emas 2045, sekaligus selaras dengan program Asta Cita Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto.

“Hari ini saudara-saudara secara resmi menyandang pangkat Inspektur Polisi Dua. Ini bukan sekadar seremoni kelulusan, melainkan awal dari tanggung jawab besar untuk hadir dan memberi solusi atas persoalan masyarakat,” tegas Komjen Dedi dalam sambutannya, Selasa (16/12/2025).

Ia menambahkan, Polri membutuhkan perwira yang adaptif, responsif, dan berintegritas, mampu menjawab tantangan zaman serta menjembatani harapan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian yang semakin profesional dan humanis.

Ipda Eko Nursetiawan adalah lulusan Universitas Jenderal Soedirman dan termasuk dalam jajaran terbaik SIPSS Gelombang II Tahun 2025. Prestasinya gemilang, meraih penghargaan Tanggon Kosala sebagai Peraih Terbaik Aspek Sikap dan Perilaku.

Selama masa pendidikan, Eko dipercaya memegang amanah sebagai Danyon Korpsis, sebuah jabatan yang mencerminkan kepemimpinan, keteladanan, dan integritas. Eko tumbuh dalam keterbatasan ekonomi. Anak dari Taslim, seorang petani, sejak kecil telah ditinggal ibunya yang harus bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri demi menopang ekonomi keluarga.

Pernah gagal dalam seleksi Bintara Polri pada 2015, namun kegagalan itu tidak menghentikan tekadnya untuk menjadi bagian dari Korps Bhayangkara. Pada 2024, ia mencoba mendaftar seleksi SIPSS namun belum berhasil. Namun, tekadnya tak surut. Tahun 2025 menjadi titik balik perjuangan panjangnya karena akhirnya lolos SIPSS.

Kisah serupa juga dialami Ipda Agung Saputra. Ia adalah anak dari pasangan almarhum Anton dan Watira yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Ayahnya telah lama meninggal, sementara ibunya bekerja sebagai buruh tani di ladang.

Selama lebih dari satu dekade, Agung tidak kurang dari 10 kali mencoba mendaftar menjadi anggota Polri maupun TNI. Ia pernah mengikuti seleksi Bintara PTU berturut-turut dari tahun 2019 hingga 2024, Bintara Rekpro, Tamtama Brimob, hingga Bintara TNI AL, namun semuanya belum membuahkan hasil.

Akhirnya, pada tahun 2025, doa panjang sang ibu dan ikhtiar tanpa henti mengantarkannya lulus Dik SIPSS Gelombang II Tahun 2025. Selama pendidikan, ia menjabat sebagai Polsis 1A, menunjukkan dedikasi dan disiplin yang konsisten.

Perjalanan Ipda Eko Nursetiawan dan Ipda Agung Saputra menjadi bukti nyata bahwa perubahan Polri dimulai dari proses rekrutmen yang adil, pembinaan yang berintegritas, serta kesempatan yang sama bagi seluruh anak bangsa. Dari ladang dan doa seorang ibu, dari kegigihan tanpa lelah, lahir perwira-perwira Polri yang siap mengabdi untuk negeri.

Kisah dua perwira muda ini menjadi inspirasi bahwa kerja keras, ketekunan, dan doa orang tua memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah nasib. Mereka berhasil membuktikan bahwa latar belakang bukan penentu takdir. Dengan tekad baja dan semangat pantang menyerah, siapa pun bisa meraih mimpi tertinggi, bahkan menjadi pelindung dan pelayan masyarakat di institusi Polri. Mereka adalah teladan bagi generasi muda Indonesia: tetap berjuang, jangan pernah menyerah, dan percayalah bahwa usaha dan doa akan membuka jalan menuju kesuksesan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan