Pendeta di Tapanuli Tengah Hilang Tersapu Banjir, Anak-anaknya Tiap Hari Menyusuri Sungai untuk Mencari

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di tengah perjuangan panjang keluarga korban banjir bandang di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, seorang pendeta bernama Lea Filanie (59) masih belum ditemukan hingga hari ke-18. Peristiwa tragis ini terjadi di Desa Hutanabolon, Kecamatan Tukka, saat banjir bandang menerjang pemukiman pada tanggal 25 November lalu.

Menurut keterangan anak perempuannya, Betty Trifena Ritonga, peristiwa tersebut terjadi secara tiba-tiba saat Lea dan suaminya, Irawnner Muda Ritonga (juga seorang pendeta), sedang menikmati sarapan di rumah mereka yang berada tepat di samping Gereja GPdI Hutanabolon. Keadaan masih terlihat normal hingga sang ayah mendengar suara benturan kayu yang menghantam pintu gereja.

Saat itu juga sang suami langsung melompat keluar rumah dan berteriak memanggil istrinya yang sedang berada di dalam kamar sedang melakukan video call dengan menantunya. Namun, arus banjir bandang yang sangat deras langsung menghanyutkan Lea sebelum sang suami sempat menolongnya. Gereja dan rumah tempat tinggal mereka pun luluh lantak disapu banjir.

Betty menceritakan bahwa tim SAR sempat melakukan pencarian di lokasi pada tanggal 29-30 November, namun hingga kini operasi pencarian belum dilanjutkan. Kini, keluarga korban terus melakukan pencarian secara mandiri setiap harinya dengan menyusuri aliran sungai, mengandalkan penglihatan dan penciuman mereka untuk mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda korban.

“Saat itu bapak dan mamak sedang sarapan bersama di rumah, tiba-tiba bapak mendengar suara kayu menabrak gereja. Bapak langsung lompat keluar dan memanggil mamak yang sedang video call dengan menantu. Tapi arusnya terlalu deras, mamak langsung tersapu,” ujar Betty dengan suara bergetar.

Kini, harapan masih menggantung bagi keluarga yang menunggu kepastian nasib Lea Filanie. Mereka terus berpegang pada keyakinan bahwa sang ibu mungkin masih hidup dan bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

Operasi pencarian yang dilakukan oleh keluarga korban ini menjadi gambaran nyata betapa tragisnya dampak bencana alam yang terjadi di Tapanuli Tengah. Di tengah keterbatasan sarana dan prasarana evakuasi, serta hambatan logistik akibat kayu-kayu gelondongan yang menutupi akses sungai, para pencari terus berjuang dengan penuh ketabahan.

Kisah ini mengingatkan kita semua akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di daerah-daerah rawan seperti Tapanuli Tengah yang memiliki topografi perbukitan dan aliran sungai besar. Kejadian ini juga menunjukkan betapa rapuhnya kehidupan manusia di hadapan kekuatan alam, sekaligus menggambarkan ketangguhan semangat keluarga korban yang tidak putus berharap.

Bagi masyarakat luas, kisah ini menjadi panggilan untuk turut mendoakan dan mendukung para korban bencana alam di seluruh penjuru negeri. Semoga kekuatan dan ketabahan senantiasa menyertai para keluarga korban, dan semoga Lea Filanie dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat.

Sementara itu, pemerintah daerah setempat diminta untuk memperkuat sistem peringatan dini bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan bencana. Investasi dalam infrastruktur mitigasi bencana serta pelatihan penanggulangan bencana bagi masyarakat perlu terus ditingkatkan agar kejadian serupa dapat diminimalisir di masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan