Wanti-Wanti Senayan: Jangan Remehkan Bibit Siklon Tropis yang Berpotensi Berbahaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya Bibit Siklon Tropis 93S yang tengah berkembang di Samudra Hindia, tepatnya di selatan Nusa Tenggara Barat (NTB). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia mengingatkan pemerintah agar tidak meremehkan potensi dampak dari fenomena ini.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari BMKG, Bibit Siklon Tropis 93S terbentuk pada tanggal 11 Desember 2025 pukul 07:00 WIB. Pusat sirkulasinya berada di sekitar koordinat 12.0° LS – 117.0° BT, dan sistem tersebut telah memasuki Area of Monitoring (AoM) Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta.

Teuku Faisal Fathani, Kepala BMKG, menyampaikan bahwa bibit siklon tropis ini dapat menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah dalam beberapa hari ke depan. Wilayah yang diprediksi terdampak meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain itu, gelombang tinggi dengan kategori sedang (1,25-2,5 meter) diperkirakan terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga NTT, perairan selatan Jawa Timur, serta Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa kecepatan angin maksimum di sekitar sistem ini saat ini mencapai 15 knot (sekitar 28 km/jam) dengan tekanan minimum 1009 hPa. Pengamatan lebih lanjut mengungkapkan bahwa awan konvektif di sekitar 93S belum terorganisasi dengan baik, sehingga proses penguatan sistem diperkirakan berlangsung lambat dalam 24 jam ke depan.

Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa dalam 24 jam mendatang, intensitas 93S cenderung persisten dan bergerak perlahan ke arah barat daya, menjauhi wilayah Indonesia. Namun, dalam rentang waktu 48 hingga 72 jam ke depan, sistem ini diprediksi akan meningkatkan intensitasnya secara bertahap seiring dengan membaiknya pola sirkulasi, meskipun tetap bergerak menjauhi wilayah Indonesia.

“Menurut analisis kami, sistem ini bergerak perlahan menjauhi wilayah Indonesia dan diperkirakan tidak akan berdampak langsung ke daratan,” ujar Guswanto.

Meskipun demikian, masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan daerah rawan banjir serta longsor diminta untuk tetap waspada. Bagi para pelaku kegiatan pelayaran, perikanan, dan transportasi laut, diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas mereka berdasarkan informasi resmi mengenai gelombang tinggi yang dikeluarkan oleh BMKG.

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, meminta pemerintah untuk segera melakukan mitigasi terkait bibit siklon 93S di Samudra Hindia yang berpotensi membawa hujan lebat di wilayah NTT, Bali, hingga perairan Jawa. Huda menegaskan agar pemerintah tidak meremehkan peringatan yang diberikan oleh BMKG.

“Kami meminta pemerintah mengedepankan pendekatan saintifik dalam menghadapi peringatan BMKG terkait fenomena munculnya bibit siklon tropis 93S di wilayah timur Indonesia. Pendekatan saintifik diharapkan bisa meminimalkan dampak potensi bencana hidrometeorologi seperti yang terjadi di wilayah Sumatera pekan lalu,” kata Huda kepada wartawan, Jumat (12/12).

“Jangan menganggap remeh atau bersikap denial terhadap peringatan yang diberikan oleh BMKG,” tambahnya.

Huda juga menyebutkan bahwa BMKG telah memprediksi bibit siklon tropis 93S dapat memicu gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Timur hingga NTT. Hal ini menandakan perlunya antisipasi bagi masyarakat di wilayah pesisir selatan Jawa Timur, Bali, dan NTT dalam menghadapi cuaca buruk.

“Bibit siklon tropis 93S ini juga bisa memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Ini berarti potensi banjir bandang dan longsor sewaktu-waktu bisa terjadi. Masyarakat di wilayah-wilayah rawan longsor harus mendapatkan perhatian khusus agar tidak menjadi korban bencana seperti di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara,” ujarnya.

Huda mendorong pemerintah pusat untuk segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait mitigasi bencana. Ia berharap warga di daerah yang berpotensi terdampak dapat menerima informasi lebih cepat dan lebih akurat.

“Pemerintah harus melakukan early warning berdasarkan kearifan lokal masing-masing daerah. Bisa menggunakan sirene, pengeras suara dari tempat ibadah, hingga kentongan, sehingga saat terjadi banjir dan tanah longsor, warga bisa langsung mengungsi. Pemerintah juga harus menyiapkan titik evakuasi sehingga memudahkan warga di wilayah rawan bencana berkumpul di titik aman sebelum diarahkan ke lokasi pengungsian,” pungkasnya.

Pemantauan terus-menerus terhadap perkembangan bibit siklon tropis ini sangat penting untuk memastikan keselamatan masyarakat dan meminimalkan potensi kerugian yang mungkin terjadi akibat fenomena alam tersebut. Dengan kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang tinggi, diharapkan masyarakat dapat menghadapi segala kemungkinan dampak yang ditimbulkan oleh bibit siklon tropis 93S ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan