
Jakarta –
Indonesia tengah mengembangkan rencana besar untuk mengoptimalkan cadangan panas bumi (geothermal) yang dimilikinya. Tidak hanya dijadikan sebagai sumber listrik, energi panas bumi ini pun direncanakan menjadi bahan baku energi berbasis hidrogen.
Menurut Hana Timoti, Senior Vice President Technology Innovation & Implementation PT Pertamina (Persero), Indonesia termasuk salah satu negara dengan cadangan geothermal terbesar di dunia. Kini, hidrogen mulai menjadi perhatian sebagai produk turunan potensial dari pengembangan energi ini.
“Saat ini kami fokus pada pemanfaatan potensi geothermal menjadi listrik terlebih dahulu, lalu listrik tersebut digunakan untuk memproduksi hidrogen. Kami berharap secara ekonomi pun bisa masuk akal, sehingga potensi geothermal ini bisa dimaksimalkan,” ujar Hana dalam Public & Business Leader Forum di Hotel Sari Pacific Jakarta, Autograph Collection, Jakarta Pusat, Sabtu (13/12/2025).
Menurut Hana, inisiatif ini merupakan bagian dari upaya membangun ekosistem hidrogen nasional. Tujuannya agar Indonesia tidak ketinggalan seperti pada era kendaraan listrik (electric vehicle/EV), di mana peran domestik lebih banyak sebagai konsumen belaka.
“Agar kita tidak terus ketinggalan, seperti pada masa EV. Saat itu kita ketinggalan, sehingga ketika era EV tiba, kita hanya menjadi konsumen. Diperkirakan era EV akan berakhir, dan berikutnya adalah zaman hidrogen. Ini yang sedang kita persiapkan agar ketika waktunya tiba, kita sudah siap dengan struktur dan ekosistemnya,” jelasnya.
Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, telah menjalin kerja sama dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) untuk mengembangkan ekosistem hidrogen hijau di Indonesia.
“Kami sudah menjalin kerja sama dengan Toyota untuk mengembangkan ekosistem hidrogen ini, sehingga ketika waktunya tiba, kita sudah siap dengan ekosistem tersebut,” tambah Hana.
Sebagai bentuk implementasi, Pertamina telah melaksanakan Pilot Project Green Hydrogen Ulubelu. Proyek percontohan ini berlokasi di Lampung dan menghasilkan hidrogen hijau skala kecil dengan kapasitas 100 kg/hari. Proyek ini terintegrasi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PGE, sehingga mampu menghasilkan hidrogen hijau bebas emisi karbon.
Tidak hanya itu, perusahaan juga telah memulai proyek percontohan di sektor kilang dan mobilitas. Di Kilang Plaju, telah dioperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang mampu menghasilkan energi listrik hingga 8,6 Megawatt-hour (MWh). PLTS ini dinilai cukup untuk memproduksi hidrogen hijau, di mana listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan 240 Nm³ Ha/hari hanya sekitar 75 kWh.
(shc/ara)
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) 2025, Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia dalam cadangan panas bumi, dengan potensi mencapai 40% dari total cadangan global. Selain itu, studi dari Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa pemanfaatan hidrogen hijau dari geothermal dapat mengurangi emisi karbon hingga 90% dibandingkan pembangkit listrik berbasis batubara.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Pemanfaatan panas bumi untuk produksi hidrogen hijau merupakan langkah strategis yang cerdas. Dengan memanfaatkan energi yang sudah ada (geothermal) sebagai sumber listrik, biaya produksi hidrogen dapat ditekan secara signifikan. Selain itu, integrasi ini mendukung transisi energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan membangun ekosistem hidrogen sejak dini, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di pasar energi masa depan, bukan hanya sebagai konsumen.
Studi Kasus:
Pilot Project Green Hydrogen Ulubelu menjadi studi kasus nyata bagaimana energi panas bumi dapat diintegrasikan dengan teknologi produksi hidrogen. Proyek ini tidak hanya menghasilkan energi bersih, tetapi juga menjadi landasan penting dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur hidrogen di Indonesia.
Infografis:
- Cadangan Panas Bumi Indonesia: 40% dari total cadangan global
- Kapasitas Pilot Project Green Hydrogen Ulubelu: 100 kg/hari
- Potensi Pengurangan Emisi Karbon: Hingga 90%
- Kapasitas PLTS Kilang Plaju: 8,6 MWh
- Kebutuhan Listrik untuk Produksi Hidrogen: 75 kWh untuk 240 Nm³ Ha/hari
Pertamina tidak hanya berinvestasi pada teknologi, tetapi juga pada masa depan energi yang berkelanjutan. Dengan mengoptimalkan potensi geothermal dan mengembangkan ekosistem hidrogen, Indonesia siap menjadi pemain utama dalam transisi energi global. Mari dukung langkah ini menuju masa depan yang lebih hijau dan mandiri.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.