Andre Rosiade Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Padang

Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Andre Rosiade, hari ini melakukan kunjungan lapangan ke Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Kedatangannya bertujuan untuk berdialog langsung dengan para korban banjir bandang sekaligus menyalurkan bantuan kemanusiaan. Dalam pertemuan yang dihelat di Masjid Al Ihsan, Andre didampingi oleh Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Kota Padang, Wahyu Hidayat, menyerahkan 250 paket sembako kepada warga yang terdampak bencana. Bantuan ini dimaksudkan untuk meringankan beban kebutuhan dasar masyarakat yang sebagian besar kehilangan tempat tinggal dan harta benda akibat bencana tersebut.

Dalam sesi dialog, masyarakat menyampaikan permohonan mendesak agar bantuan alat berat dapat segera dikirimkan ke lokasi. Permintaan ini muncul karena saluran irigasi di wilayah tersebut saat ini tertutup total oleh timbunan pasir dan lumpur yang terbawa arus banjir, sehingga menghambat aktivitas sehari-hari dan berpotensi memicu banjir susulan. Menanggapi permohonan tersebut, Andre Rosiade berjanji akan mengerahkan dua unit alat berat untuk membantu proses pembersihan dan pemulihan di Kecamatan Pauh dalam waktu dekat. Ia menjelaskan bahwa saat ini banyak alat berat masih digunakan di lokasi bencana lainnya, sehingga pihaknya harus mendatangkan unit tambahan dari provinsi lain. Andre juga mengimbau masyarakat untuk bersabar sembari menunggu kedatangan alat berat tersebut.

Selain menyalurkan bantuan sembako dan berkomitmen mengirimkan alat berat, Andre juga menyerahkan bantuan uang tunai sebesar Rp 10 juta kepada warga terdampak. Dana ini diperuntukkan guna membeli peralatan penting yang sangat dibutuhkan, seperti mesin pompa air dan tandon atau tangki air, demi mendukung ketersediaan air bersih serta mempercepat proses pemulihan pascabencana. Lurah Cupak Tangah, Saidul, mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam atas perhatian dan bantuan yang diberikan oleh Andre Rosiade. Ia menilai bahwa bantuan berupa sembako, pompa air, dan tangki air sangat bermanfaat bagi warga yang sedang menghadapi kondisi darurat akibat banjir bandang. Ia juga menambahkan bahwa jumlah rumah warga yang hancur akibat bencana mencapai ratusan unit, dan sebagian besar korban kini terpaksa mengungsi ke berbagai daerah sambil menunggu proses penanganan dan pemulihan lanjutan.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa kerentanan terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang di wilayah Sumatera Barat meningkat signifikan dalam satu dekade terakhir. Studi yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2024 mengungkapkan bahwa perubahan pola curah hujan ekstrem dan degradasi ekosistem hutan menjadi faktor utama pemicu bencana. Analisis spasial menggunakan citra satelit menunjukkan deforestasi di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau mencapai 38% antara tahun 2014 hingga 2024, jauh di atas ambang batas aman 30% menurut kajian KLHK. Studi kasus di Kecamatan Pauh mencatat bahwa kerugian ekonomi akibat banjir bandang pada Desember 2025 diperkirakan mencapai Rp 25 miliar, meliputi kerusakan infrastruktur dasar, permukiman, dan sektor pertanian. Infografis yang dikembangkan oleh Pusat Studi Bencana Universitas Andalas menunjukkan tren peningkatan frekuensi kejadian banjir bandang di Kota Padang dari rata-rata 0,8 kejadian per tahun (2005-2014) menjadi 2,3 kejadian per tahun (2015-2024). Peningkatan ini sejalan dengan penurunan kapasitas resapan tanah sebesar 22% akibat ekspansi permukiman dan alih fungsi lahan hutan.

Dampak sosial ekonomi dari bencana ini sangat luas, tidak hanya pada aspek material tetapi juga pada psikologis masyarakat. Banyak warga yang mengalami trauma dan kehilangan mata pencaharian akibat rusaknya lahan pertanian dan usaha kecil mereka. Upaya mitigasi jangka panjang perlu difokuskan pada reforestasi kawasan hulu DAS, penguatan sistem peringatan dini berbasis komunitas, serta pembangunan infrastruktur tahan bencana. Kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam membangun ketahanan bencana yang berkelanjutan. Mari kita jadikan setiap bencana sebagai pembelajaran berharga untuk membangun sistem kesiapsiagaan yang lebih tangguh, melindungi hutan sebagai paru-paru daerah aliran sungai, dan memastikan bahwa generasi mendatang hidup di lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page