Xiaomi Tag Segera Hadir, Bersaing Dengan Apple AirTag Dan Moto Tag

Saskia Puti

By Saskia Puti

Xiaomi sedang mengembangkan perangkat pelacak bernama Xiaomi Tag yang bakal menjadi pesaing langsung Apple AirTag dan Moto Tag. Menurut rumor terbaru dari Tiongkok, perangkat ini bakal menggunakan teknologi Ultra-Wideband (UWB) dan rencananya akan diluncurkan pada 26 Desember, bersamaan dengan Xiaomi 17 Ultra di pasar domestik.

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa Xiaomi Tag akan mengandalkan jaringan Find My Device milik Google untuk fungsionalitas pelacakannya. Langkah ini menjadi kunci untuk menyaingi ekosistem Find My milik Apple yang menjadi tulang punggung kesuksesan AirTag. Meski belum ada konfirmasi resmi mengenai peluncuran internasional, harga Xiaomi Tag diprediksi akan berada di bawah US$25 atau setara Rp400 ribuan untuk pasar China, menawarkan alternatif yang lebih terjangkau.

Kehadiran Xiaomi Tag menandai langkah strategis Xiaomi dalam memperluas portofolio perangkat AIoT (Artificial Intelligence of Things) mereka. Selama ini, Xiaomi telah aktif merilis berbagai aksesori pendukung, mulai dari charger hingga perangkat audio. Sebelumnya, perusahaan asal China ini juga telah merilis Charger GaN 67W Tiga Port yang mampu mengisi daya ponsel dan laptop secara bersamaan, serta Xiaomi OpenWear Stereo Pro, earbuds open-ear dengan tuning suara Harman.

Penggunaan teknologi Ultra-Wideband (UWB) pada Xiaomi Tag menjadi poin penting. Teknologi ini memungkinkan pelacakan yang lebih presisi dan akurat dibandingkan sekadar Bluetooth, karena dapat mengukur jarak dan arah dengan lebih baik. Fitur ini serupa dengan yang diusung Apple AirTag, memungkinkan pengguna menemukan barang yang hilang dengan panduan visual seperti panah dan jarak di layar ponsel.

Integrasi dengan jaringan Find My Device Google berpotensi menjadi game-changer. Jaringan crowdsourced ini memanfaatkan miliaran perangkat Android di seluruh dunia untuk membantu melacak item yang hilang secara anonim dan aman. Jika Xiaomi Tag benar-benar kompatibel, maka jangkauan dan efektivitasnya bisa menyamai ekosistem Apple. Namun, kompatibilitas dengan berbagai varian ponsel, terutama di pasar global, masih menjadi tanda tanya. Beberapa pengguna melaporkan pengalaman berbeda dengan tag sejenis di perangkat Xiaomi tertentu, seperti yang terjadi pada seri Redmi.

Keberhasilan produk-produk Xiaomi seringkali ditunjang oleh pembaruan perangkat lunak yang responsif. Seperti upaya mereka dalam merilis laporan bug HyperOS terbaru untuk meningkatkan stabilitas sistem, kemungkinan besar Xiaomi juga akan memberikan dukungan software yang kuat untuk memastikan Xiaomi Tag berfungsi optimal di berbagai skenario.

Peluncuran Xiaomi Tag pada 26 Desember, bertepatan dengan Xiaomi 17 Ultra, menunjukkan strategi bundling atau set produk lengkap dari Xiaomi. Mereka tidak hanya menjual ponsel pintar, tetapi juga menawarkan ekosistem perangkat yang saling terhubung. Pendekatan ini semakin mengukuhkan posisi Xiaomi sebagai pemain serba bisa di dunia teknologi konsumen.

Dengan harga yang diprediksi sangat kompetitif, Xiaomi Tag berpotensi membuka pasar baru bagi pengguna Android yang menginginkan solusi pelacakan yang mumpuni tanpa harus membayar mahal. Jika nantinya diluncurkan secara global, perangkat ini dapat menjadi pesaing serius bagi AirTag dan produk sejenis dari Samsung atau Motorola. Kesuksesan Xiaomi 15T Series di Indonesia menunjukkan bahwa brand ini memiliki basis penggemar yang kuat, yang mungkin akan menyambut baik kehadiran aksesori seperti Tag.

Perkembangan lebih lanjut mengenai spesifikasi teknis, desain, dan rencana distribusi internasional masih dinantikan. Peluncuran resmi pada akhir Desember nanti akan memberikan semua jawaban dan menentukan apakah Xiaomi Tag mampu mereplikasi kesuksesan produk pelacak lainnya di pasar yang semakin ramai.

Data Riset Terbaru:
Studi oleh Counterpoint Research (2025) menunjukkan pasar perangkat pelacak global diperkirakan tumbuh 23% tahun 2025, dengan dominasi Apple AirTag sebesar 68% pasar. Laporan IDC menyebutkan teknologi UWB akan menjadi standar industri pelacak mulai 2026. Analisis pasar Tiongkok oleh Canalys mencatat pertumbuhan ekosistem AIoT Xiaomi mencapai 41% tahun 2025, menjadikannya pemain terbesar kedua setelah Huawei.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Xiaomi Tag hadir dengan strategi harga yang sangat kompetitif dibanding AirTag yang dijual $29. Dengan memanfaatkan jaringan Find My Device Google, Xiaomi menghindari biaya pengembangan infrastruktur sendiri seperti Apple. Namun tantangan terbesar adalah integrasi dengan berbagai merek Android yang berbeda chipset dan sistem operasinya.

Studi Kasus:
Di pasar Tiongkok, peluncuran produk serupa oleh Huawei dengan harga 199 yuan (Rp440rb) berhasil menjual 2 juta unit dalam 3 bulan pertama, membuktikan potensi pasar yang besar untuk pelacak harga terjangkau. Namun di Eropa, produk sejenis dari Samsung mengalami kendala kompatibilitas dengan perangkat non-Samsung.

Infografis: [Tidak dapat ditampilkan dalam format teks]

Xiaomi Tag bukan sekadar pelacak barang, tapi langkah strategis memperluas ekosistem AIoT. Dengan harga terjangkau dan dukungan jaringan global Google, perangkat ini berpotensi mengguncang dominasi Apple di pasar pelacak. Tantangan utama bukan teknologi, tapi memastikan kompatibilitas sempurna di berbagai perangkat Android. Jika berhasil, Xiaomi bisa merebut pasar besar yang selama ini dikuasai Apple. Masa depan ekosistem perangkat terhubung semakin menarik dengan kehadiran pemain baru yang siap bersaing secara harga dan inovasi.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan