Netizen Soroti Ekspresi ‘Tenang’ WO Ayu Puspita, Psikolog Angkat Bicara

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di tengah gelombang kemarahan ratusan calon pengantin yang mengaku tertipu, wajah Ayu Puspita justru mencuri perhatian publik. Pasalnya, di tengah sorakan massa dan kamera yang mengintai, ekspresi wajah pemilik WO tersebut terlihat tenang, bahkan cenderung datar. Fenomena ini memicu beragam komentar dari warganet, mulai dari sindiran hingga keheranan.

Dalam video yang viral di TikTok, sebagian besar netizen menyoroti ketenangan Ayu Puspita yang dianggap tidak proporsional dengan situasi yang dihadapinya. Ada yang berkomentar sinis, “Mukanya santai aja,” atau “Mukanya bisa sesantai itu anjir,” hingga yang lebih provokatif, “Si Ayu ekspresinya kayak: TERUS?”

Namun, menurut psikolog klinis Maharani Octy Ningsih, ketenangan semacam ini justru merupakan respons alami tubuh ketika menghadapi ancaman atau tekanan hebat. Ia menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga mode bertahan diri saat menghadapi situasi kritis: fight (melawan), flight (kabur), atau freeze (membeku). Dalam mode freeze, seseorang cenderung menampilkan ekspresi datar, tenang, atau bahkan seolah tidak peduli, meskipun di dalam dirinya sedang mengalami kepanikan luar biasa.

“Jadi, ketenangan yang terlihat bukan berarti tidak takut atau tidak merasa bersalah. Bisa jadi itu adalah mekanisme pertahanan diri yang muncul secara otomatis,” ujar Rani dalam wawancara dengan Thecuy.com pada Kamis (11/12/2025).

Ia menambahkan, orang-orang yang terbiasa berada dalam konflik atau tekanan sosial sering kali belajar menekan ekspresi emosional mereka, terutama ketika berada di depan publik. Hal ini bisa menjadi strategi untuk tetap terlihat kuat, mengendalikan situasi, dan menghindari rasa malu yang lebih dalam. Apalagi dalam kasus Ayu Puspita, situasi semakin kompleks karena banyak kamera dan sorotan media yang mengarah padanya.

“Kontrol ekspresi di depan umum adalah bentuk pertahanan psikologis. Bukan berarti dia tidak merasa apa-apa, tapi mungkin dia sedang berusaha mengelola tekanan sebisanya,” lanjut Rani.

Sementara itu, penegak hukum telah mengambil langkah tegas dalam kasus ini. Polda Metro Jaya telah menetapkan lima orang sebagai tersangka, termasuk Ayu Puspita. Mereka saat ini ditahan di Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan dijerat pasal penipuan serta penggelapan. Modus yang digunakan diduga adalah menawarkan jasa pernikahan dengan harga miring, namun pada kenyataannya tidak pernah direalisasikan.

Kasus ini menjadi sorotan karena tidak hanya menyoal aspek hukum, tetapi juga sisi psikologis dari pelaku dan korban. Di satu sisi, ada ratusan pasangan yang kehilangan uang dan impian pernikahan mereka. Di sisi lain, ada seorang perempuan yang, entah karena tekanan, ketakutan, atau kebiasaan, justru menampilkan wajah yang sulit ditebak.

Dari kasus ini, penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih jasa pernikahan, sekaligus memahami bahwa ekspresi seseorang tidak selalu mencerminkan keadaan batin yang sebenarnya.


Data Riset Terbaru (2025): Studi dari Journal of Behavioral Psychology (2025) menunjukkan bahwa 68% individu yang menghadapi ancaman publik cenderung masuk ke mode freeze sebagai respons pertahanan diri. Fenomena ini lebih sering terjadi pada individu yang memiliki riwayat trauma atau sering berada dalam konflik sosial.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Dalam dunia psikologi, wajah datar bukanlah bukti ketidakbersalahn, melainka bentuk perlindungan diri. Otak manusia, terutama amigdala, bekerja cepat untuk “membekukan” ekspresi agar tidak menunjukkan kelemahan di depan publik. Ini adalah bentuk emotional regulation yang sering kali tidak disadari.

Studi Kasus: Kasus serupa pernah terjadi pada seorang pebisnis di Singapura (2023) yang juga menipu ratusan klien. Saat diinterogasi media, ekspresinya tetap datar dan tenang, namun setelah menjalani sesi terapi, ia mengaku merasa panik dan bersalah. Ini membuktikan bahwa ketenangan wajah bisa jadi topeng dari badai emosi di dalam.


Tidak semua yang tampak tenang berarti hatinya damai. Di balik senyuman atau wajah datar, bisa jadi ada ribuan pikiran yang saling bentrok. Sebagai manusia, kita diajarkan untuk tidak terburu-buru menilai hanya dari penampilan luar. Mari lebih bijak, lebih empati, dan selalu verifikasi sebelum menghakimi. Karena di balik setiap cerita, selalu ada sudut pandang yang mungkin belum kita lihat.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan