Kemenperin Dorong Pendidikan Vokasi dan Adopsi AI untuk Cetak SDM Industri

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan kapasitas SDM industri melalui penyelarasan sistem pendidikan vokasi dengan kebutuhan sektor riil. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa pelatihan vokasional menjadi landasan penting dalam meningkatkan daya saing manufaktur nasional, serta menjamin kesiapan Indonesia dalam integrasi rantai pasok global.

Menurut Agus, pemerintah menetapkan pembelajaran vokasional sebagai pilar utama dalam mewujudkan industrialisasi yang inklusif, adaptif, dan berbasis temuan baru. Kampus vokasi harus menghasilkan bakat yang ahli, siap kerja, serta mampu menciptakan nilai tambah bagi sektor industri.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Doddy Rahadi menekankan pentingnya posisi Politeknik ATK Yogyakarta sebagai satu-satunya lembaga pendidikan teknologi kulit dan alas kaki di Asia Tenggara yang harus menjadi pusat keunggulan dan acuan industri regional.

Doddy menyampaikan bahwa kurikulum harus berbasis inovasi, teknologi, dan peningkatan nilai ekonomi sehingga lulusan tidak hanya mampu bekerja tetapi juga menciptakan produk bernilai jual tinggi. Ia mencontohkan bahwa bahan baku kulit mentah yang murah bisa menjadi bernilai miliaran rupiah setelah melalui proses pengolahan berkualitas.

Doddy juga menekankan perlunya penerapan teknologi modern seperti Artificial Intelligence dan digitalisasi dalam proses pembelajaran serta penelitian terapan. Menurutnya, vokasi menjadi tulang punggung industri dan harus memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan daya saing nasional.

Saat ini, BPSDMI mengelola 11 politeknik, 2 akademi komunitas, 7 balai diklat industri, serta 9 SMK di berbagai wilayah. Politeknik ATK Yogyakarta sendiri menerapkan sistem dual system dengan empat semester pembelajaran di kampus dan dua semester di industri melalui skema MBKM.

Penguatan pembelajaran didukung fasilitas berstandar industri termasuk laboratorium kimia, mikrobiologi, polimer, pengujian fisis, desain, pengolahan limbah, dan showcase Industri 4.0. Politeknik ini juga mengembangkan Satelit PIDI 4.0 dan pelatihan pemanfaatan AI dalam pemeriksaan kualitas kulit bagi mahasiswa dan pelaku IKM.

Dalam bidang kewirausahaan, Politeknik ATK Yogyakarta mengembangkan teaching factory serta inkubasi bisnis industri yang telah melahirkan berbagai startup di sektor sepatu, kulit, dan material plastik daur ulang. Tingkat penyerapan lulusan mencapai 80,92% hingga akhir November 2025, menunjukkan kepercayaan industri terhadap kualitas lulusan.

Jumlah mahasiswa baru meningkat signifikan dari 149 orang pada 2024 menjadi 265 orang di 2025, termasuk 40 mahasiswa baru dari kelas industri berbasis beasiswa. Politeknik ini juga aktif menjalin kerja sama internasional dengan industri dan perguruan tinggi, termasuk program magang ke Tiongkok serta kelas industri dengan pemerintah daerah dan asosiasi sektor industri.

Dalam bidang penelitian, Politeknik ATK Yogyakarta menjalankan riset terapan di bidang penyamakan ramah lingkungan dan material sole berkelanjutan. Riset ini diarahkan untuk mendukung industri yang hijau, efisien, dan berorientasi masa depan.

Agus menambahkan bahwa penguatan ekosistem vokasi menjadi semakin penting di tengah dinamika global, perkembangan teknologi, dan kebutuhan industri terhadap SDM yang memiliki keterampilan spesifik. Pendidikan vokasi tidak hanya menyiapkan tenaga kerja, tetapi juga menjadi penggerak inovasi, kewirausahaan, dan keberlanjutan industri nasional.

Direktur Politeknik ATK Yogyakarta Sonny Taufan menyatakan komitmen institusinya untuk menjadi penyelenggara pendidikan tinggi vokasi industri yang unggul di tingkat global pada tahun 2030, khususnya untuk sektor kulit, produk kulit, alas kaki, karet, dan plastik. Pengembangan kurikulum, fasilitas, dan model pembelajaran dilakukan secara komprehensif untuk menjawab tantangan industri. Arah pembangunan pendidikan vokasi sejalan dengan kebijakan Kemenperin dalam memperkuat daya saing industri nasional.

Data Riset Terbaru

Berdasarkan riset oleh World Economic Forum tahun 2025, 44% perusahaan global kesulitan mendapatkan talenta vokasional yang sesuai, terutama di bidang teknologi dan manufaktur. Sementara itu, studi McKinsey (2024) menunjukkan bahwa negara-negara dengan sistem vokasi kuat seperti Jerman dan Singapura memiliki produktivitas tenaga kerja 30-40% lebih tinggi dibandingkan negara dengan sistem pendidikan konvensional.

Analisis Unik dan Simplifikasi

Sistem pendidikan vokasi modern bukan sekadar mencetak pekerja, tetapi menghasilkan “pencipta nilai tambah”. Pola pikir “kulit mentah menjadi produk miliaran” menggambarkan bagaimana SDM vokasi mampu mentransformasi bahan baku menjadi komoditas bernilai tinggi melalui penguasaan teknologi dan desain.

Studi Kasus

Politeknik ATK Yogyakarta menjadi contoh nyata bagaimana institusi vokasi mampu meningkatkan penyerapan lulusan hingga 80,92% melalui strategi kurikulum berbasis industri, penerapan teknologi AI, serta kerja sama internasional. Program magang ke Tiongkok dan kelas industri dengan pemerintah daerah menjadi kunci kesuksesan dalam menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.

Infografis

  • Jumlah mahasiswa baru 2024: 149 orang
  • Jumlah mahasiswa baru 2025: 265 orang
  • Kenaikan pendaftar: +77,8%
  • Penyerapan lulusan: 80,92%
  • Fasilitas laboratorium: 7 jenis
  • Program internasional: Magang Tiongkok, kelas industri

Pendidikan vokasi bukan lagi pilihan kedua, tapi menjadi garda terdepan dalam membangun keunggulan kompetitif bangsa. Dengan memadukan teknologi AI, kurikulum adaptif, dan kemitraan industri global, SDM vokasi siap menjadi motor penggerak ekonomi digital dan industri 4.0. Masa depan Indonesia ada di tangan generasi yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang inovasi.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan