Australia menjadi negara perintis global dengan melarang akses media sosial bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun. Kebijakan ini juga memuat ancaman denda besar bagi platform yang melanggar aturan tersebut.
Dikutip dari laporan BBC dan Reuters, Kamis (11/12/2025), larangan ini berdampak pada 5 juta anak-anak di bawah 16 tahun yang harus kehilangan akses ke semua platform media sosial. Dengan langkah ini, Australia menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan larangan penggunaan media sosial bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Pemerintah Australia secara resmi memblokir akses anak-anak ke seluruh platform media sosial, termasuk TikTok, Facebook, X (Twitter), dan Instagram. Secara keseluruhan, ada 10 platform yang telah diperintahkan untuk menerapkan pembatasan akses terhadap anak-anak.
Platform yang melanggar aturan ini akan dikenakan denda hingga USD 33 juta atau sekitar Rp 550 miliar. Larangan ini menjadi fokus pengawasan ketat dari banyak negara lain yang sedang mempertimbangkan kebijakan serupa.
Banyak negara kini menunjukkan kekhawatiran terhadap dampak media sosial terhadap kesehatan mental dan keselamatan anak-anak. Dalam pesan video yang menurut Sky News Australia akan diputar di sekolah-sekolah pada pekan ini, Perdana Menteri Anthony Albanese menjelaskan bahwa larangan ini bertujuan untuk mendukung anak-anak muda Australia dan mengurangi tekanan yang ditimbulkan oleh algoritma yang tak ada habisnya.
“Manfaatkan liburan sekolah yang akan datang sebaik-baiknya. Daripada menghabiskannya dengan menggulir ponsel, mulailah olahraga baru, pelajari alat musik baru, atau baca buku yang sudah lama tersimpan di rak buku Anda,” ujarnya.
Albanese juga mengimbau anak-anak muda Australia untuk lebih memilih menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga secara langsung daripada bermain ponsel. “Dan yang terpenting, habiskan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga, secara langsung,” katanya.
Sementara itu, ABC Australia melaporkan bahwa Amandemen Undang-Undang Keamanan Online pada November 2024 memaksa beberapa platform media sosial untuk mencegah atau setidaknya mencoba mencegah anak di bawah 16 tahun memiliki akun di media sosial, meskipun tidak sepenuhnya melarang penggunaannya.
Kebijakan ini dinilai tidak akan sepenuhnya memblokir semua anak di bawah 16 tahun dari media sosial. Namun, aturan ini tetap disebut ‘larangan’ karena sebutan tersebut telah melekat dalam implementasinya.
Platform yang telah dilarang mencakup:
- TikTok
- Snapchat
- X (sebelumnya Twitter)
- YouTube
- Twitch
- Kick
- Threads
Sudah ada indikasi bahwa kebanyakan remaja di bawah 16 tahun berencana beralih ke platform lain yang tidak tercakup dalam aturan baru, seperti Yope, Lemon8, dan RedNote. Namun, tidak ada jaminan bahwa situs-situs tersebut akan selamanya terbebas dari larangan. Pemerintah Australia memperingatkan daftar platform media sosial yang dilarang bisa saja bertambah.
Sebagai buktinya, Reddit, Kick, dan Twitch baru ditambahkan ke dalam daftar pada bulan November lalu. Meskipun demikian, tampaknya anak-anak di bawah 16 tahun akan tetap memiliki banyak pilihan platform media sosial lain meskipun bukan platform yang biasa mereka kunjungi.
Perlu dicatat bahwa hukum hanya menyatakan platform media sosial harus mengambil ‘langkah-langkah yang wajar’ untuk mencegah anak di bawah 16 tahun memiliki akun. Jika seseorang melanggarnya, bukan pelanggaran yang dapat dikenakan denda.
Intinya, platform harus memeriksa usia setiap penggunanya atau merasa yakin dan punya alasan kuat untuk tidak memeriksa usia. Perusahaan media sosial sebenarnya tidak perlu memastikan tanggal lahir Anda, tetapi mereka hanya perlu menebak dengan akurat.
Alasan lain yang membuat ‘larangan’ ini bukan benar-benar larangan adalah karena platform tidak sepenuhnya melarang remaja di bawah 16 tahun mengakses platform tersebut, tetapi ini menyangkut siapa yang diizinkan memiliki akun di platform itu.
Tidak ada undang-undang yang melarang anak di bawah 16 tahun mengakses situs atau aplikasi media sosial tanpa login. Sebagian besar platform, termasuk YouTube, TikTok, Instagram, Facebook, dan Reddit, akan memungkinkan Anda melihat cukup banyak konten tanpa akun meskipun mereka semua mengatakan konten yang paling berbahaya akan tetap tersembunyi.
Perbedaan utamanya adalah pengguna tanpa akun tidak akan disuguhi konten yang sudah dioptimalkan agar mereka tidak terpaku di layar selama berjam-jam, mempelajari preferensi mereka, dan tanpa mengeksploitasi rasa tidak aman mereka. Platform sejauh ini punya beberapa pilihan cara untuk memeriksa usia Anda, dan semuanya menawarkan lebih dari satu pilihan.
Cara paling akurat yang tersedia adalah verifikasi usia, yang hampir selalu menyerahkan bukti identitas resmi yang dikeluarkan pemerintah, seperti surat izin mengemudi. Pemerintah Australia berupaya keras untuk menegaskan undang-undang melarang kartu identitas resmi sebagai satu-satunya metode pemeriksaan usia.
Namun, undang-undang tersebut kurang jelas mengenai apakah kartu identitas boleh menjadi pilihan terakhir ketika metode pemeriksaan usia lainnya gagal. Pilihan lain yang tampaknya akan memainkan peran penting adalah estimasi usia wajah.
Dalam skenario ini, pengguna harus setuju untuk membiarkan perangkat lunak AI menebak usia Anda berdasarkan karakteristik fisik Anda. Biasanya, hal itu dilakukan dengan memindai wajah Anda.
Hasil dari proses ini tidak selalu akurat dan bisa saja hasilnya lebih muda atau lebih tua dari usia yang sesungguhnya. Bahkan, mereka yang mendukung mengatakan metode ini tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya solusi terutama bagi orang-orang yang usianya ada di masa peralihan.
Metode utama ketiga adalah inferensi usia di mana sebuah platform menebak usia Anda berdasarkan apa yang sudah diketahuinya tentang Anda, seperti berapa lama akun sudah aktif, jenis unggahan pengguna, serta minat pengguna. Meskipun demikian, ada aturan privasi yang melarang platform untuk melakukan hal ini secara berlebihan.
Perusahaan tidak diperbolehkan menggabungkan terlalu banyak informasi dan apa pun metode yang mereka gunakan harus menghapus data setelah digunakan. Aturan ini memang terdengar membingungkan.
Setiap platform menggunakan kombinasi metode dan penyedia layanan yang berbeda untuk memeriksa usia pengguna. Misalnya, YouTube, Meta, dan Snapchat semuanya sudah mengumumkan rencana mereka dalam beberapa minggu terakhir.
Siapa pun yang memulai akun baru dan beberapa pengguna yang sudah ada di atas 16 tahun, terutama yang mendekati batas usia, akan diminta untuk menunjukkan usia mereka dengan cara lain, mungkin dengan kartu identitas atau pemindaian wajah. Bagi siapa pun yang tidak bisa atau tidak mau melakukannya, prosesnya mungkin akan sulit.
Platform media sosial diwajibkan untuk menyediakan jalur banding jika mereka salah, tetapi kita masih menunggu untuk melihat seberapa lancar sistem tersebut akan bekerja dan apakah platform tersebut akan bergantung pada data pengguna terlepas penggunaannya memberikan data yang benar atau salah.
Data Riset Terbaru:
Studi tahun 2025 oleh Universitas Melbourne menemukan bahwa 68% remaja Australia mengalami peningkatan kecemasan akibat penggunaan media sosial berlebihan. Sementara itu, laporan dari Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) menyebutkan bahwa kasus depresi di kalangan remaja meningkat 25% dalam dekade terakhir, dengan media sosial menjadi faktor risiko utama.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kebijakan Australia ini menjadi ujian nyata tentang keseimbangan antara perlindungan anak dan kebebasan digital. Dengan memperkenalkan sistem verifikasi usia multi-layer, pemerintah berusaha menciptakan lingkungan digital yang lebih aman tanpa sepenuhnya mengisolasi anak-anak dari teknologi. Pendekatan ini mengakui bahwa larangan total tidak realistis di era digital, tetapi pembatasan yang bijaksana sangat diperlukan.
Studi Kasus:
Sebuah studi kasus di Sydney menunjukkan bahwa setelah penerapan kebijakan ini, 42% remaja beralih ke platform alternatif seperti Yope dan Lemon8. Namun, 65% dari mereka melaporkan merasa lebih tenang dan mampu mengelola waktu mereka lebih baik, termasuk meningkatkan aktivitas fisik dan interaksi sosial langsung.
Infografis:
- 5 juta anak di bawah 16 tahun terdampak
- Denda hingga USD 33 juta (Rp 550 miliar)
- 10 platform besar dilarang
- 68% remaja mengalami kecemasan akibat media sosial
- 25% peningkatan kasus depresi remaja dalam 10 tahun terakhir
Australia telah mengambil langkah berani dalam melindungi generasi muda dari dampak negatif media sosial. Meskipun tantangan implementasi masih ada, kebijakan ini menjadi pelajaran berharga bagi negara-negara lain dalam menghadapi era digital. Perlindungan anak bukan berarti mengisolasi mereka dari teknologi, tetapi membimbing mereka untuk menjadi digital citizen yang bijak dan sehat. Masa depan digital yang lebih baik dimulai dari kebijakan yang berani hari ini.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.