Siswa MTS Asal Kota Banjar Tiba-Tiba Menghilang Setelah Tertinggal Saat Ziarah ke Purwakarta

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kepala Madrasah Tsanawiyah As Salam Kota Banjar, Annisa Tating Nurjanah, mengungkap kronologi hilangnya salah satu siswanya, Muhammad Ikbal Fauzi (14), saat rombongan ziarah ke Purwakarta pada Minggu 7 Desember 2025. Ikbal merupakan siswa kelas VIII yang tergabung dalam kegiatan ziarah sekolah bersama teman-teman dan guru lainnya.

Perjalanan dimulai dari Kota Banjar pada Sabtu malam pukul 21.00. Bus rombongan tiba di Purwakarta menjelang waktu subuh. Setelah menunaikan salat subuh, para siswa dan guru melanjutkan perjalanan menuju Makam Raden H Muhammad Joesoef, atau yang akrab disapa Syekh Baing Yusuf, yang berlokasi tidak jauh dari Masjid Alun-Alun Purwakarta. Suasana ziarah berlangsung tertib, dan usai dari makam, rombongan mengisi perut dengan sarapan sebelum melanjutkan agenda ke Lembur Pakuan dan Masjid Al Jabbar di Bandung.

Namun, saat hendak melanjutkan perjalanan, Ikbal tidak terlihat bersama kelompoknya. Menurut keterangan teman satu rombongan, Ikbal sempat pamit karena ingin meminum obat. Diketahui, Ikbal mengonsumsi tujuh butir antimo karena khawatir mabuk perjalanan. Setelah itu, Ikbal tidak kembali ke tempat berkumpulnya rombongan. Dugaan kuat mengarah pada kemungkinan Ikbal salah naik kendaraan umum atau pergi sendirian dari lokasi yang sedang ramai oleh warga yang berolahraga pagi.

Pencarian pun segera dilakukan oleh pihak sekolah dan guru-guru yang ikut dalam rombongan. Pengumuman kehilangan dibuat dan disiarkan di masjid sekitar alun-alun Purwakarta. Annisa sendiri turut mencari menggunakan transportasi daring, menyusuri jalan-jalan di pusat kota hingga ke pelosok, namun hasilnya nihil. Karena pertimbangan jadwal perjalanan seluruh rombongan, kegiatan ziarah terpaksa dilanjutkan tanpa kehadiran Ikbal. Sementara itu, Kepala Sekolah dan Ketua Yayasan memilih tetap tinggal di Purwakarta untuk fokus mencari Ikbal dan melaporkan kejadian tersebut kepada Satpol PP serta kepolisian setempat agar penanganan lebih terkoordinasi.

Beruntung, setelah proses pencarian yang intensif, Muhammad Ikbal Fauzi berhasil ditemukan dalam keadaan selamat dan telah kembali ke rumahnya.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2025 mengungkap bahwa kejadian siswa hilang saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung meningkat 23% selama tiga tahun terakhir. Faktor utama meliputi minimnya pendampingan satu lawan satu, kurangnya sosialisasi protokol keselamatan sebelum keberangkatan, dan kondisi lokasi tujuan yang ramai serta tidak familier bagi siswa. Survei yang dilakukan pada 1.200 sekolah menunjukkan 65% sekolah belum menerapkan sistem absensi digital real-time selama perjalanan, dan hanya 38% yang memiliki daftar kontak darurat terintegrasi.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus hilangnya Ikbal menjadi cermin betapa kompleksnya mengelola keamanan siswa dalam aktivitas di luar kelas. Di satu sisi, ziarah atau field trip penting bagi pembentukan karakter dan pengetahuan langsung, tetapi di sisi lain, risiko keselamatan justru meningkat karena faktor lingkungan dan mobilitas. Pendekatan yang selama ini digunakan, seperti mengandalkan pengawasan manual dan komunikasi lisan, ternyata belum cukup memadai. Diperlukan sistem yang lebih adaptif, seperti penggunaan aplikasi pelacak kehadiran berbasis GPS, pembagian kelompok kecil dengan penanggung jawab spesifik, serta simulasi evakuasi dan reuni darurat sebelum keberangkatan. Dengan begitu, ketika terjadi insiden, respons bisa lebih cepat dan terstruktur.

Studi Kasus:
SMA Negeri 2 Bandung sukses menerapkan sistem “Buku Tamu Digital” dalam kegiatan karyawisata sejarah ke Yogyakarta tahun 2024. Setiap siswa wajib melakukan absensi via QR code di tiga titik kunci: tempat berkumpul, lokasi objek wisata, dan area makan. Saat salah satu siswa sempat terpisah dari rombongan di Stasiun Tugu, tim pengawas langsung menerima notifikasi dan dapat segera bertindak. Proses pencarian hanya memakan waktu 12 menit, dan siswa ditemukan dalam keadaan baik. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa teknologi sederhana, jika diintegrasikan dengan SOP yang jelas, mampu menjadi tameng efektif terhadap risiko hilangnya siswa.

Infografis:
(Deskripsi visual: Diagram alur penanganan siswa hilang yang ideal. Mulai dari pra-kegiatan: simulasi, pembagian grup, distribusi ID card ber-chip. Saat kegiatan: absensi digital tiap 30 menit, penanggung jawab grup melapor ke koordinator utama. Saat insiden: notifikasi otomatis, pencarian terkoordinasi, hubungi pihak berwenang, update orang tua via grup WhatsApp. Setelah kejadian: evaluasi dan dokumentasi pembelajaran.)

Pendidikan di luar kelas seharusnya menjadi pengalaman yang memperkaya, bukan momen yang membahayakan. Dengan memadukan kewaspadaan, teknologi, dan komunikasi yang solid, setiap langkah petualangan siswa bisa terpantau dan terlindungi. Mari jadikan keamanan sebagai fondasi utama dalam setiap rencana perjalanan, agar ilmu dan kegembiraan bisa berjalan beriringan tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan