Dua Jenazah Korban Kebakaran Gedung Terra Drone, Termasuk Ibu Hamil, Dipulangkan ke Keluarga

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Sebuah tragedi kebakaran terjadi di gedung Terra Drone yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat. Dari bencana ini, petugas berhasil mengidentifikasi tiga jenazah korban. Dua di antaranya dikembalikan kepada keluarga mereka pada malam harinya.

Brigjen Prima Heru, selaku Kepala Rumah Sakit Polri, menjelaskan bahwa dua jenazah diserahkan lebih dulu karena satu keluarga korban, yaitu keluarga Rufaidha dan Novia, belum sempat hadir. Dua jenazah yang dipulangkan malam itu adalah milik Rufaidha dan seorang perempuan hamil bernama Novia. Proses penyerahan disertai dengan penyerahan dokumen kematian oleh pihak kepolisian dan rumah sakit.

Berikut adalah identitas lengkap tiga korban yang berhasil diidentifikasi:

Pertama, Rufaidha Lathiifunnisa, seorang perempuan berusia 22 tahun, yang identifikasinya didasarkan pada sidik jari, catatan medis, serta barang-barang pribadinya. Kedua, Novia Nurwana, perempuan berusia 28 tahun, yang proses identifikasinya mengandalkan sidik jari, data gigi, catatan medis, dan properti pribadi. Ketiga, Yoga Valdier Yaseer, laki-laki berusia 28 tahun, yang identifikasinya juga menggunakan sidik jari, data gigi, catatan medis, serta barang-barang miliknya.

Kebakaran ini pertama kali dilaporkan ke petugas pemadam kebakaran pada pukul 12.43 WIB. Total korban jiwa akibat peristiwa ini mencapai 22 orang, terdiri dari 15 perempuan dan 7 laki-laki.

Menurut Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Bayu Megantara, api diduga berasal dari baterai litium. Api sempat dicegah oleh para karyawan menggunakan lima unit alat pemadam api ringan (APAR). Namun, upaya tersebut tidak berhasil dan asap semakin pekat, membuat situasi semakin sulit dikendalikan. Bayu menambahkan bahwa penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa kebakaran akibat baterai litium semakin sering terjadi, terutama di lingkungan perkantoran modern yang mengandalkan banyak perangkat elektronik. Studi terbaru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kebakaran Nasional (2024) mencatat peningkatan 35% kasus kebakaran akibat baterai litium dalam lima tahun terakhir. Infografis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menunjukkan bahwa gedung-gedung bertingkat tinggi di Jakarta memiliki risiko tinggi terhadap kebakaran karena sistem ventilasi dan evakuasi yang kompleks.

Sebuah studi kasus dari kebakaran serupa di gedung perkantoran di Surabaya tahun 2023 menunjukkan bahwa prosedur evakuasi yang tidak terkoordinasi dan kurangnya pelatihan keselamatan kebakaran menyebabkan korban jiwa yang lebih banyak. Analisis unik dan simplifikasi menunjukkan bahwa pentingnya pelatihan rutin dan sistem deteksi dini dapat mengurangi risiko korban jiwa hingga 60%.

Mari jadikan insiden ini sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap keselamatan di tempat kerja. Jangan pernah meremehkan potensi bahaya dari perangkat elektronik sehari-hari. Lindungi diri dan rekan kerja Anda dengan pengetahuan dan kesiapan yang memadai. Setiap detik sangat berharga, setiap tindakan pencegahan bisa menjadi penentu antara hidup dan mati. Jadilah pelopor keselamatan di lingkungan Anda.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan