Awal Mula Gagal Ginjal Stadium 5 pada Remaja Wanita di Tangerang, Jarang Minum Air Putih

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Seorang remaja perempuan dari Tangerang, Sulistia, kini berusia 18 tahun, menceritakan awal mula dirinya didiagnosis gagal ginjal kronis stadium 5 pada tahun 2021, saat masih berusia 14 tahun. Gejala awal yang dialaminya adalah pembengkakan di seluruh tubuh, disertai mual, muntah, dan sesak napas. Keluhan ini berlangsung selama sekitar dua bulan. Selama periode itu, ia bolak-balik memeriksakan diri ke klinik, namun diagnosis yang diberikan hanya seputar asam lambung, bahkan sempat diduga flek paru-paru.

Sebelum sempat mengambil obat dari kontrol berikutnya, kondisinya tiba-tiba memburuk hingga membuatnya pingsan. Ia segera dilarikan ke IGD salah satu rumah sakit di Tangerang. “Ternyata aku sudah gagal ginjal stadium 5,” ceritanya saat dihubungi Thecuy.com, Senin (8/12/2025).

Karena usianya yang masih 14 tahun, Sulistia dirujuk ke rumah sakit anak. Sesampai di sana, kondisinya dinilai kritis dan harus dirawat di ICU selama dua minggu dalam keadaan koma. Selama perawatan intensif, ia juga mulai rutin menjalani cuci darah. Setelah stabil, ia kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain agar lokasi perawatan lebih dekat dari rumah. Hingga kini, ia telah menjalani hemodialisis selama empat tahun, dua kali seminggu, yaitu setiap hari Rabu dan Sabtu.

Dokter yang merawatnya menyebutkan bahwa penyakit ini diduga dipicu oleh kebiasaannya mengonsumsi minuman berwarna, seperti minuman kemasan, serta makanan siap saji. Sulistia mengakui bahwa sebelum sakit, ia memang sangat jarang minum air putih dan memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi. “Oo iya hipertensi juga kak turunan dari mamah, kalo gagal ginjal hanya aku,” tambahnya.

Kondisi Sulistia saat ini tergolong stabil, meski ia harus menjalani pembatasan cairan yang ketat. Total cairan yang boleh ia konsumsi hanya sekitar 600 ml per hari, termasuk cairan dari makanan berkuah. Jika melebihi batas, ia sering mengalami sesak napas. Dalam hal pola makan, ia harus menghindari makanan tinggi kalium seperti umbi-umbian, sayur nangka, makanan bersantan, dan beberapa jenis buah. Ia masih boleh mengonsumsi pepaya, apel, dan salak, tetapi dalam porsi kecil. “Sayur nangka sangat dipantang, ketan juga, tapi kadang aku masih makan hanya sebatas cobain jika kepengen bngt, untuk cairan 600 ml itu sudah termasuk makanan berkuah,” jelasnya. “Umbi-umbian juga gak boleh ya kak soalnya kaliumnya tinggi,” lanjutnya.

Mengenai pertanyaan apakah jarang minum air putih bisa menyebabkan gagal ginjal, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Pringgodigdo Nugroho, menyatakan bahwa kebiasaan tersebut memang berdampak buruk pada ginjal dalam jangka panjang, tetapi bukan penyebab langsung gagal ginjal. “Ya bisa tapi bukan dengan langsung, secara langsung ya, karena setelah jangka panjang lagi, jangka panjang biasanya melalui kekurangan cairan yang kronik gitu kan namanya,” ujarnya pada Maret 2025.

Menurutnya, kekurangan cairan dalam waktu lama dapat mengganggu fungsi ginjal secara bertahap dan meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya, seperti infeksi yang menyebabkan peradangan dan batu ginjal. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat memperburuk fungsi ginjal dalam jangka panjang. Spesialis penyakit dalam, dr. Yunita Indah Dewi, SpPD, menambahkan bahwa meskipun air putih wajib dikonsumsi, kekurangan cairan tidak langsung menyebabkan kerusakan organ yang mengharuskan seseorang cuci darah. Ia menjelaskan bahwa sering mengonsumsi minuman manis juga membuat tugas ginjal semakin berat karena harus menyaring kandungan gula dalam tubuh. “Jadi tidak murni orang yang kurang minum air putih terus bisa jadi gagal ginjal, pasti ada faktor yang memperberat lainnya,” ujarnya.

Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring racun dan menyeimbangkan cairan dalam tubuh. Dulu sering dikaitkan dengan usia lanjut, kini penyakit ini semakin banyak ditemukan pada anak muda akibat gaya hidup tidak sehat. Pola makan tinggi garam dan gula, kurang minum air putih, serta konsumsi makanan olahan adalah faktor risiko utama. Ginjal adalah organ penyaring utama darah, dan jika beban kerjanya terlalu berat dalam jangka panjang, fungsi penyaringannya akan menurun secara perlahan. Studi terbaru menunjukkan bahwa remaja yang mengonsumsi minuman ringan lebih dari dua kaleng per hari memiliki risiko 30% lebih tinggi mengalami penurunan fungsi ginjal dibandingkan mereka yang mengonsumsi kurang dari satu kaleng per minggu. Kesadaran akan pentingnya hidrasi yang cukup dan pola makan seimbang adalah kunci utama untuk mencegah penyakit ginjal sejak dini. Jaga kesehatan ginjalmu hari ini untuk masa depan yang lebih baik, pilih air putih, batasi makanan olahan, dan dengarkan sinyal tubuhmu.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan