Sindiran Anggota DPR atas Relawan Bencana Sumatera Tuai Kecaman Warganet

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Pernyataan kontroversial dari Wakil Rakyat Komisi I DPR RI asal Fraksi Gerindra, Endipat Wijaya, terkait penanganan bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera menjadi sorotan publik luas. Ucapannya yang menyinggung relawan yang membantu korban bencana di Sumatera viral di platform X dan memicu gelombang kecaman dari warganet.

Video cuplikan pernyataan tersebut menyebar cepat sejak Senin (8/12/2025) malam, tak lama setelah rapat yang membahas penanganan bencana Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar), serta strategi komunikasi digital pemerintah terkait krisis nasional.

Endipat meminta instansi terkait lebih agresif mengamplifikasi kinerja pemerintah agar tidak “kalah viral” dengan narasi relawan atau influencer yang dianggapnya hanya “sok paling bantu”. Pernyataan ini langsung memicu gelombang reaksi negatif di platform X, dengan tagar dan sindiran pedas membanjiri timeline.

Rapat Komisi I DPR bersama Menteri Komdigi Meutya Hafid membahas isu strategis nasional, termasuk penanganan bencana alam yang melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) sejak akhir November lalu. Bencana ini telah menewaskan ratusan jiwa, mengungsikan ribuan warga, dan merusak infrastruktur secara masif.

Endipat, yang mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Kepulauan Riau, menyoroti peran Komdigi dalam komunikasi digital. Ia mengkritik narasi di media sosial yang menurutnya merugikan citra pemerintah.

“Fokus nanti ke depan Komdigi ini mengerti dan tahu persis isu sensitif nasional, membantu pemerintah memberitahukan dan mengamplifikasi informasi-informasi itu, sehingga enggak kalah viral dibandingkan dengan teman-teman yang sekarang ini sok paling-paling di Aceh, di Sumatera, dan lain-lain itu, Bu,” kata Endipat seperti dikutip dari rekaman rapat.

“Ada orang yang cuma datang sekali, seolah-olah paling bekerja di Aceh. Padahal negara sudah hadir dari awal, ada orang baru datang, baru bikin satu posko, ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah sudah bikin ratusan posko di sana. Yang sehingga publik tahu kinerja pemerintah itu sudah ada, dan memang sudah hebat,” sambungnya.

Endipat sempat menyinggung relawan yang melakukan donasi Rp 10 miliar tapi viral. Padahal menurutnya pemerintah sudah memberikan triliunan tapi tak dianggap bekerja.

“Orang-orang cuma nyumbang Rp 10 miliar, negara sudah triliun-triliunan ke Aceh itu, bu. Jadi yang kayak gitu-gitu, mohon dijadikan perhatian, sehingga ke depan tidak ada lagi informasi yang seolah-olah negara tidak hadir di mana-mana. Padahal negara sudah hadil sejak awal di dalam penanggulangan bencana,” ujarnya.

Tak butuh waktu lama, klip video pernyataan Endipat menyebar luas di X, memicu ribuan interaksi. Banyak netizen menilai ucapannya kurang empati terhadap relawan yang turun tangan saat pemerintah dinilai lambat merespons.

“Loh… kok donasi warga bantu warga malah disandingkan dengan bantuan negara? Relawan itu bergerak pakai empati, bukan APBN. Yang satu urunan, yang satunya lagi kewajiban. Jangan di bentur2in: negara ya negara, warga ya warga,” ujar @dodisegrovee.

“Pak @endipat_wijaya pernyataan Bpk terkesan kurang menunjukkan empati Masyarakat yg membantu pemerintah justru perlu diapresiasi. Sebagai anggota DPR RI , apalagi mewakili Sumatra, akan lebih baik jika Bpk jg membuat laporan langsung dari lapangan saat pemerintah membantu warga,” kata @misssky__.

“Woi pak 3 kalimat lucu “pemerintah nyumbang donasi” Lu kira duit itu punya siapa? Punya dirimu ? Itu pajak rakyat emang wajib kamu pakai untuk membantu korban bencana. Kok pemikiran mu dangkal kali ya gak bisa bedain donasi dan kewajiban negara untuk membantu korban bencana,” tutur @zarmendy17.

“Wakil rakyat tapi cemburu sama inisiatif warganya dan lebih berpihak sama pemerintah itu gimana ceritanya?” sindir @epicurina.

“Hai mas Endipat Wijaya..anda itu wakil rakyat apa wakil pemerintah ? Harusnya anda apresiasi. Rakyat yang anda merasa wakilkan itu kompak, dan empati. Masalah pemerintah gaungnya nda kedengaran ya anda teliti kenapanya. Lah kok malah nyalahin orang yang berempati,” kata @riza_tuch.

Pernyataan Endipat Wijaya yang menyepelekan peran relawan dalam penanganan bencana banjir dan longsor di Sumatera menjadi peringatan tegas bagi pejabat publik. Sebagai wakil rakyat, seharusnya ia menjadi suara bagi masyarakat, bukan justru membela kepentingan pemerintah. Peran relawan yang penuh empati dan inisiatif tinggi harus diapresiasi, bukan dijadikan bahan perbandingan dengan kewajiban negara. Momentum ini seharusnya dimanfaatkan untuk memperbaiki komunikasi publik, bukan memperuncing perpecahan. Mari kita jadikan bencana ini sebagai pemersatu, bukan pemecah belah. Solidaritas dan kerja sama adalah kunci utama dalam menghadapi musibah.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan