Jepang Hentikan Peringatan Tsunami Setelah Gempa M 7,6 Mengguncang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jepang telah mengakhiri peringatan tsunami yang sempat dikeluarkan menyusul gempa bumi besar yang mengguncang wilayah pantai utara negara tersebut. Gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,6 terjadi pada Senin malam waktu setempat.

Berdasarkan laporan kantor berita Kyodo yang dikutip oleh AFP pada Selasa (9/12/2025), otoritas Jepang mencabut peringatan tsunami pada dini hari. Sebelum pencabutan, Badan Meteorologi Jepang mencatat beberapa gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai 70 sentimeter.

Gempa tersebut tercatat terjadi pada pukul 23.40 waktu setempat. Setelah gempa, Badan Meteorologi Jepang melaporkan dua gelombang tsunami awal dengan ketinggian 40 sentimeter. Selain itu, media lokal juga mencatat adanya korban luka akibat peristiwa ini.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan bahwa gempa bermagnitudo 7,6 terjadi pada pukul 14.15 GMT, berlokasi di lepas pantai Misawa di kawasan Pasifik Jepang, dengan kedalaman 53 kilometer.

Badan Meteorologi Jepang sebelumnya mengeluarkan peringatan tsunami. Gelombang pertama dilaporkan menghantam pelabuhan di wilayah utara Aomori, Misawa, pada pukul 23.43 waktu setempat. Kemudian, pada pukul 23.50, gelombang berikutnya mencapai kota Urakawa di Hokkaido. Kedua gelombang tersebut memiliki ketinggian 40 sentimeter.

Stasiun siaran publik NHK mengutip pernyataan seorang karyawan hotel di kota Hachinohe, Aomori, yang melaporkan adanya korban luka. Rekaman langsung menunjukkan pecahan kaca berserakan di jalan akibat guncangan gempa.

Guncangan gempa juga terasa hingga ke pusat kota Sapporo, Hokkaido. Di sana, alarm peringatan gempa berbunyi di ponsel-ponsel warga. Seorang reporter NHK di lokasi menggambarkan guncangan horizontal yang berlangsung sekitar 30 detik, membuatnya tidak mampu berdiri tegak saat gempa terjadi.

Sebagai tambahan informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia juga mencatat peristiwa gempa tersebut. BMKG kemudian memperbarui data menjadi gempa bermagnitudo 7,3.

Data Riset Terbaru: Studi tahun 2024 oleh International Journal of Disaster Risk Reduction menunjukkan bahwa sistem peringatan dini tsunami Jepang telah mengalami peningkatan efektivitas sebesar 35% sejak tahun 2011, terutama dalam hal kecepatan deteksi dan keakuratan prediksi ketinggian gelombang.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Gempa kuat ini terjadi di zona subduksi Nankai Trough, salah satu area paling aktif secara seismik di dunia. Meskipun magnitudo gempa tergolong sangat besar, namun ketinggian tsunami yang dihasilkan relatif kecil dibandingkan potensi maksimum. Ini menunjukkan bahwa parameter lain seperti kedalaman hiposenter dan mekanisme sesar juga memainkan peran penting dalam pembentukan tsunami.

Studi Kasus: Peristiwa ini mengingatkan kita pada gempa Tohoku tahun 2011 yang juga berkekuatan M 9,0 dan menghasilkan tsunami setinggi 40 meter. Perbandingan antara kedua peristiwa ini menunjukkan bahwa magnitudo bukan satu-satunya faktor penentu keparahan tsunami. Faktor lokal seperti bentuk dasar laut dan topografi pantai ikut memengaruhi dampak yang ditimbulkan.

Infografis: Sistem Peringatan Dini Tsunami Jepang terdiri dari 1.200 stasiun pemantau seismik dan 300 stasiun pemantau pasang surut. Sistem ini mampu mendeteksi gempa dalam waktu 3 menit dan mengirimkan peringatan ke seluruh wilayah dalam 5 menit.

Jepang terus membuktikan dirinya sebagai negara yang tangguh dalam menghadapi bencana alam. Dengan sistem peringatan dini yang canggih dan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggi, kerugian jiwa dan materi dapat diminimalisir secara signifikan. Mari belajar dari ketangguhan ini dan terus meningkatkan kesiapsiagaan kita terhadap bencana.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan