Gempa Magnitudo 7,6 Guncang Jepang, 10 Orang Mengalami Luka-luka

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gempa berkekuatan 7,6 magnitudo mengguncang perairan lepas pantai Aomori, Jepang, pada Senin malam (pukul 23:15 waktu setempat). Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencatat bahwa guncangan ini memicu gelombang tsunami setinggi 70 sentimeter, jauh di bawah perkiraan awal yang mencapai tiga meter. Meski tidak menimbulkan kerusakan besar, insiden ini menyebabkan 10 orang mengalami luka-luka, termasuk satu korban dengan cedera serius di pulau Hokkaido. Otoritas setempat mengonfirmasi tidak ada anomali di pembangkit listrik tenaga nuklir Higashidori dan Onagawa pasca-gempa.

Sebuah sumber menggambarkan getaran hebat yang berlangsung sekitar 30 detik di Hokkaido, disertai alarm peringatan yang berbunyi di ponsel penduduk. Rekaman video memperlihatkan pecahan kaca berserakan di sejumlah jalan. Peringatan evakuasi dikeluarkan untuk ribuan warga, sementara sekitar 2.700 rumah di Aomori sempat kehilangan pasokan listrik selama beberapa jam. Kebakaran juga dilaporkan terjadi di berbagai lokasi.

Perdana Menteri Sanae Takaichi mengimbau masyarakat tetap waspada selama seminggu ke depan, mengingat potensi gempa susulan yang lebih kuat. Ia menekankan pentingnya mengikuti informasi resmi dari JMA atau pemerintah daerah, memastikan perabotan aman, dan segera mengungsi jika merasakan guncangan. Layanan kereta peluru Shinkansen dihentikan sementara untuk pemeriksaan keamanan rel.

Data Riset Terbaru:
Studi terkini dari JMA (2024) menunjukkan bahwa zona subduksi di lepas pantai Tohoku memiliki risiko gempa besar yang meningkat pasca aktivitas sesar mendalam. Analisis seismik menemukan bahwa tekanan tektonik di area ini telah mencapai ambang kritis, yang dapat memicu gempa berkekuatan di atas 8,0 magnitudo dalam dekade mendatang. Pemodelan tsunami oleh tim peneliti Universitas Tokyo (2023) memperkirakan gelombang setinggi 5-10 meter dapat mencapai pantai utara Jepang jika terjadi ruptur penuh di zona tersebut.

Studi Kasus:
Kejadian gempa 2011 di Jepang (9,0 Mw) menjadi referensi utama dalam penanganan bencana. Sistem peringatan dini yang diperbarui pasca 2011 terbukti efektif dalam meminimalkan korban. Namun, tantangan utama tetap terletak pada kesiapsiagaan masyarakat dan infrastruktur yang rentan terhadap guncangan berkepanjangan.

Masyarakat perlu memahami bahwa bencana alam tak terelakkan, tetapi risikonya bisa ditekan melalui kesiapan dan edukasi. Mari jadikan pengalaman ini sebagai momentum untuk memperkuat kesiapsiagaan, memperbarui rencana evakuasi, dan memastikan setiap rumah tangga memiliki bekal darurat. Kewaspadaan hari ini adalah investasi keselamatan di masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan