Strategi Dirut BRI: Dorong Transformasi Digital Tanpa Tinggalkan DNA Kerakyatan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus memperkuat transformasi berkelanjutan dengan mengedepankan identitas kerakyatannya. Menjelang usia 130 tahun, BRI menggenjot penguatan ekosistem UMKM dan pengembangan bisnis guna menghadapi tantangan masa depan. Transformasi ini dilihat sebagai perubahan menyeluruh, menyatukan digitalisasi, ekspansi ekosistem UMKM, serta strategi terintegrasi dalam pengembangan bisnis.

Hery Gunardi selaku Direktur Utama BRI menilai, dengan lebih dari 160 juta nasabah, dominasi pembiayaan UMKM, serta peran kunci dalam ekosistem ultra mikro, BRI membutuhkan kepemimpinan visioner yang memahami operasional berskala besar dan mampu merancang pertumbuhan jangka panjang. Ia sendiri, dengan pengalaman lebih dari tiga dekade di dunia perbankan, termasuk kesuksesan merger Bank Mandiri dan Bank Syariah Indonesia (BSI), membawa keahlian dalam konsolidasi strategis berskala besar, manajemen organisasi multisegmen, serta eksekusi presisi di situasi krisis. Karakter kepemimpinannya yang visioner, terstruktur, dan adaptif terhadap perubahan strategis, diharapkan mampu memperkuat posisi BRI di industri keuangan nasional maupun regional.

Arah transformasi BRI diwujudkan dalam strategi ‘BRIVolution Reignite’ yang menekankan semangat ‘Menyalakan Kembali BRIVolution’. Strategi ini berfokus pada tiga pilar utama: penguatan fondasi bisnis mikro dan UMKM sebagai inti operasional, digitalisasi menyeluruh untuk menciptakan ekosistem layanan cepat, aman, dan terintegrasi, serta transformasi budaya kerja guna membangun organisasi yang lincah, kompetitif, dan berbasis kinerja. Modernisasi sistem dan teknologi menjadi kunci untuk memperluas layanan keuangan inklusif, menjaga relevansi BRI, serta memastikan bank tetap menjadi penggerak ekonomi rakyat di era digital. Transformasi ini mencakup modernisasi sistem, penguatan tata kelola, peningkatan kompetensi SDM, hingga integrasi proses bisnis dari kantor pusat hingga unit terkecil, dengan landasan nilai perusahaan yang kokoh: integritas, kolaborasi, akuntabilitas, growth mindset, dan customer focus.

Dalam konteks bisnis, BRI menggarap dua pilar utama transformasi: transformasi bisnis funding dan transaction banking, serta penguatan bisnis inti melalui segmen mikro dan UKM berkelanjutan. Diversifikasi sumber pertumbuhan juga dilakukan melalui penguatan segmen konsumer dan pengembangan layanan bullion bank atau bank emas.

Hasil konkret transformasi BRI terlihat dari pertumbuhan signifikan di berbagai lini. Hingga September 2025, pengguna superapps BRImo mencapai 44,4 juta user, naik hampir 20% secara year-on-year (YoY), dengan nilai transaksi harian mencapai Rp 30 triliun, meningkat 114% YoY. Sales volume merchant tumbuh 20,8% YoY menjadi Rp 160,7 triliun. Dana pihak ketiga mencapai Rp 1.475 triliun dengan CASA ratio meningkat menjadi 67,9%. Ekosistem Holding Ultra Mikro melayani 34,5 juta debitur dengan total pembiayaan Rp 632,1 triliun dan lebih dari 185 juta rekening mikro. Penyaluran KUR juga mencapai Rp 130,2 triliun kepada 2,8 juta debitur. Di sisi layanan, jaringan AgenBRILink berkembang menjadi 1,2 juta agen yang tersebar hingga pelosok desa, melayani transaksi senilai Rp 1.294 triliun dengan dukungan sistem digital yang handal.

Hery menekankan bahwa meskipun digitalisasi digenjot, DNA kerakyatan BRI tetap menjadi fondasi utama. Teknologi diposisikan sebagai alat untuk memperluas akses, memperkuat mobilitas ekonomi rakyat, dan menghadirkan nilai lebih bagi bangsa. Transformasi ini bukan sekadar respons perubahan, melainkan upaya menjadikan BRI sebagai penggerak perubahan itu sendiri, menjadi institusi keuangan yang modern, universal, inklusif, dan relevan bagi generasi kini dan mendatang.

Pentingnya memahami kebutuhan nasabah, memperkuat SDM, serta memastikan UMKM naik kelas menjadi komitmen utama. BRI bertekad menjadi jembatan antara kekuatan historis sebagai bank rakyat dengan tuntutan masa depan yang menuntut digitalisasi menyeluruh, manajemen risiko, dan tata kelola yang kokoh, dengan standar keamanan tinggi serta pelayanan yang cepat, inklusif, dan efisien. BRI lahir dari rakyat, tumbuh bersama rakyat, dan wajib terus menjadi kebanggaan rakyat. Transformasi ini adalah perjalanan panjang agar BRI tetap menjadi milik rakyat, dari rakyat, dan menjadi satu bank untuk semua.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa adopsi teknologi digital di kalangan UMKM Indonesia meningkat 35% dalam dua tahun terakhir, didorong oleh pandemi dan kebutuhan akses pasar yang lebih luas. Studi dari Institute for Economic and Social Research (LPEM) FEB UI (2025) mengungkap bahwa UMKM yang terintegrasi dengan ekosistem digital memiliki pertumbuhan omset rata-rata 2,5 kali lipat dibandingkan yang konvensional. Infografis internal BRI (Q3 2025) mencatat bahwa 78% debitur mikro BRI telah menggunakan layanan digital untuk transaksi, menandakan pergeseran perilaku yang signifikan. Studi kasus merchant mitra BRI di sektor UMKM menunjukkan peningkatan transaksi bulanan sebesar 40% setelah migrasi ke platform digital BRImo, dengan penurunan biaya operasional sebesar 15%. Angka-angka ini memperkuat keyakinan bahwa transformasi digital BRI bukan hanya kebutuhan operasional, tetapi kunci mempercepat pemberdayaan ekonomi rakyat secara masif dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page