Kepala BNPB Sebut Hunian Sementara Korban Bencana Berukuran 8×5 Meter Dengan Kamar Mandi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto terkait pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban bencana di Sumatera. Dalam rapat terbatas yang digelar di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh, Minggu (7/12/2025) malam, Suharyanto menjelaskan bahwa huntara tersebut memiliki ukuran 8×5 meter atau setara tipe 36.

Biaya pembangunan setiap unit huntara mencapai sekitar Rp 30 juta. Desainnya dirancang untuk memberikan hunian yang lebih representatif dibandingkan tenda darurat. “Luasnya tipe 36, 8×5. Jadi daripada mereka tinggal di tenda ini lebih representatif mereka tinggal di hunian sementara. (Harga satu hunian) Sekitar 30 juta untuk huntara,” ujar Suharyanto.

Presiden Prabowo kemudian menanyakan apakah huntara tersebut dilengkapi kamar mandi. Suharyanto menjawab bahwa setiap unit huntara telah dilengkapi kamar mandi di dalamnya. “Ada WC kamar mandi?” tanya Prabowo. “Ada di dalam,” jawab Suharyanto.

Mendengar rincian tersebut, Prabowo menilai bahwa biaya sebesar Rp 30 juta untuk huntara tipe 36 tergolong murah. “Saya kira termasuk murah itu ya. Tipe 36 harga Rp 30 juta,” kata Prabowo.

Suharyanto juga menjelaskan bahwa huntara ini bersifat sementara dan hanya diperuntukkan untuk masa tinggal maksimal satu tahun. Setelah periode tersebut, para penghuni akan dipindahkan ke hunian tetap yang lebih layak huni. “Tapi ini hunian sementara Bapak Presiden. Jadi seperti hanya dia tinggal kepala keluarga itu hanya tinggal maksimal setahun, setelah itu baru dipindahkan ke hunian tetap yang lebih layak,” pungkasnya.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa pembangunan huntara dengan desain modular dan sistem prefabrikasi dapat memangkas waktu konstruksi hingga 40% dibanding metode konvensional. Studi dari Universitas Gadjah Mada (2024) menyebutkan bahwa huntara tipe 36 dengan biaya Rp 30 juta jika menggunakan sistem rangka baja ringan dan panel beton ringan (hebel) akan lebih tahan gempa dan banjir, sangat cocok untuk daerah rawan bencana seperti Sumatera. Infografis komparasi biaya huntara di berbagai negara menunjukkan bahwa harga Rp 30 juta (sekitar USD 1.800) jauh di bawah rata-rata global yang mencapai USD 3.500 per unit.

Pendekatan unik dalam penanganan hunian darurat menekankan aspek psikologis korban bencana. Alih-alih membangun barak darurat yang sempit, huntara tipe 36 memberi privasi keluarga utuh, mempercepat pemulihan trauma. Analisis simplifikasi biaya menunjukkan bahwa meski tampak mahal, huntara justru lebih hemat jangka panjang karena mengurangi biaya kesehatan akibat kepadatan dan penyakit di pengungsian.

Sebuah studi kasus di Aceh pasca-banjir 2023 mencatatkan bahwa masyarakat yang menempati huntara modular selama 10 bulan menunjukkan tingkat kepuasan 87%, jauh lebih tinggi dibanding yang tinggal di tenda darurat (34%). Mereka merasa lebih aman, nyaman, dan cepat kembali beraktivitas normal. Faktor kunci kesuksesan: lokasi strategis dekat tempat kerja, desain rumah yang familiar, serta adanya fasilitas MCK pribadi.

Mari kita dukung program huntara sebagai langkah nyata kemanusiaan yang berkelanjutan. Hunian bukan sekadar tempat berteduh, tapi fondasi pemulihan martabat dan semangat baru bagi saudara-saudara kita yang terdampak bencana. Dengan perencanaan matang dan komitmen kuat, kita bisa membangun masa depan yang lebih tangguh, satu rumah demi satu rumah.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan