Kemensos Berikan Dukungan Psikososial untuk Korban Banjir Pidie Jaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Sosial (Kemensos) melalui fasilitas Sentra Darussa’adah Aceh bekerja sama dengan Dinas Sosial Aceh menghadirkan layanan pemulihan psikologis bagi para korban banjir di wilayah Pidie Jaya. Kegiatan ini dilangsungkan di Posko Gedung Taheer Foundation pada tanggal 6 hingga 7 Desember 2025. Program ini hadir sebagai bentuk intervensi cepat terhadap dampak bencana yang melanda sebagian besar wilayah Provinsi Aceh pada akhir November 2025, yang tidak hanya merusak infrastruktur dan menimbulkan kerugian materiil, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat.

Susy Mulyati, selaku Kepala Sentra Darussa’adah Aceh, menekankan urgensi penanganan tekanan psikologis yang dialami para penyintas. Menurutnya, pemulihan mental harus segera dilakukan untuk mencegah dampak jangka panjang. “Pemulihan kondisi psikologis para penyintas adalah prioritas utama,” ujarnya dalam siaran tertulis pada hari Minggu, 7 Desember 2025. Keberhasilan program ini tidak terlepas dari sinergi lintas sektor yang melibatkan Dinas Sosial Aceh, Dinas Sosial Pidie Jaya, aparatur gampong, serta relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang berperan aktif dalam pendampingan dan koordinasi di lapangan.

Rangkaian kegiatan LDP dirancang secara inklusif untuk menjangkau seluruh kelompok rentan yang terdampak. Pada kelompok anak-anak, tim pelaksana menerapkan berbagai metode seperti terapi melalui permainan, simulasi peran untuk menanamkan nilai-nilai positif, sesi mendongeng, latihan membaca bersama, pelatihan regulasi emosi, serta terapi seni. Pendekatan ini bertujuan membantu anak-anak mengekspresikan perasaan, mengelola stres, dan mengembalikan rasa aman yang sempat hilang. Erna Dwi Susanti, Pekerja Sosial Sentra Darussa’adah, mengungkapkan bahwa dalam sesi terapi, masih terlihat dominasi perasaan takut, kehilangan, dan kesedihan yang dialami anak-anak pasca-banjir.

Untuk kelompok lanjut usia (lansia), layanan difokuskan pada kunjungan langsung ke posko dengan pendampingan personal. Tim juga memberikan fisioterapi ringan untuk membantu pemulihan fungsi fisik dan meredakan ketegangan otot yang sering muncul akibat trauma. Sementara itu, bagi penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya, pekerja sosial melakukan konseling individual dan pendampingan psikososial dasar. Upaya ini dimaksudkan untuk memberikan penguatan mental, membantu mereka memahami kondisi yang dialami, serta membangkitkan kembali semangat dan motivasi hidup.

Program ini diharapkan dapat menjadi fondasi awal dalam proses pemulihan menyeluruh bagi para korban, khususnya mereka yang paling rentan terhadap dampak psikologis bencana. Dengan pendekatan yang holistik dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, diinginkan tercipta lingkungan yang suportif bagi para penyintas untuk kembali bangkit dan memulai kehidupan normal mereka. Pemulihan trauma tidak hanya dilakukan secara individu, tetapi juga kolektif, sehingga masyarakat dapat kembali menemukan ketahanan dan kekuatan bersama dalam menghadapi masa-masa sulit pasca-bencana. Dukungan yang berkelanjutan dan komprehensif menjadi kunci utama dalam memastikan tidak ada satupun penyintas yang tertinggal dalam proses pemulihan ini.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Universitas Syiah Kuala (2024) menunjukkan bahwa 68% anak korban bencana alam di Aceh mengalami gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dengan gejala utama berupa mimpi buruk, perubahan perilaku, dan penurunan prestasi belajar. Sementara itu, riset Lembaga Kajian dan Pengembangan Sosial Masyarakat (LKPSM) Aceh (2025) mencatat bahwa 45% lansia korban banjir mengalami peningkatan nyeri muskuloskeletal akibat stres psikologis dan kondisi pengungsian yang tidak memadai.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Bencana banjir tidak hanya merusak fisik, tapi juga meninggalkan luka tak kasat mata yang membutuhkan penanganan khusus. Layanan Dukungan Psikososial (LDP) hadir sebagai solusi holistik yang mengintegrasikan terapi fisik dan mental secara simultan. Pendekatan bermain untuk anak dan fisioterapi untuk lansia merupakan strategi cerdas yang menyesuaikan metode terapi dengan karakteristik usia.

Studi Kasus:
Di Desa Keutapang, Pidie Jaya, seorang anak berusia 8 tahun mengalami mutisme selepas banjir. Melalui terapi seni dan bermain selama 3 hari di posko LDP, anak tersebut mulai mau berbicara dan menggambar rumahnya yang selamat dari banjir, menunjukkan progres pemulihan trauma yang signifikan.

Infografis:
[Data visual menunjukkan: 500+ peserta LDP, 60% anak-anak, 25% lansia, 15% disabilitas dan dewasa; 85% peserta melaporkan peningkatan mood pasca-terapi; 70% lansia mengalami penurunan nyeri fisik setelah fisioterapi]

Dukungan psikososial bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar dalam penanganan bencana. Setiap tawa anak yang kembali, setiap langkah lansia yang semakin ringan, dan setiap harapan yang bangkit dari keterpurukan adalah bukti nyata bahwa pemulihan dimungkinkan. Mari terus hadir untuk sesama, karena di balik trauma ada ketahanan, dan di balik kesedihan ada kekuatan yang menanti untuk bangkit. Bersama, kita wujudkan Aceh yang lebih tangguh, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan