Kita semua tahu Dementor, makhluk penghisap kebahagiaan dan harapan di dunia Harry Potter yang bisa membuat seseorang jatuh dalam keadaan lemas dan pucat pasi. Nah, ada yang bertanya, jangan-jangan KPK punya makhluk seperti itu di balik pintu ruang pemeriksaan mereka? Bayangkan seseorang yang keluar dari ruang pemeriksaan KPK dengan wajah yang sama lesunya seperti korban Dementor. Apakah benar-benar ada Dementor di dalam sana?
Mari kita selami lebih dalam. Di balik pintu cokelat muda dengan papan merah bertuliskan “Ruang Riksa”, terdapat 72 ruangan khusus yang dirancang untuk pemeriksaan. Desainnya unik, dengan dua pintu masuk terpisah untuk penyidik dan saksi/tersangka, serta ruang kecil untuk kuasa hukum yang bisa mengawasi melalui cermin satu arah. Suasananya memang khas ruang interogasi: meja yang memisahkan, komputer yang hanya menghadap penyidik, dan aturan ketat agar tidak ada kontak setelah pemeriksaan selesai.
Tetapi, jangan salah sangka dulu. Yang terjadi di balik pintu itu bukanlah pekerjaan Dementor, melainkan seni penyidikan yang kompleks. Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, mengungkapkan bahwa kunci utama bukanlah teror atau tekanan fisik, melainkan kemampuan “profiling” dan pendekatan psikologis.
Sebelum memulai, penyidik KPK terlebih dahulu melakukan profiling terhadap orang yang akan diperiksa. Mereka mempelajari latar belakang, karakter, bahkan urusan pribadi seperti kehidupan asmara. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa orang dengan banyak pacar dan relasi luas cenderung lebih pandai berbohong, sementara orang yang religius akan lebih merespons pada pendekatan yang hangat dan menghargai keyakinannya.
Tahap pertama bukanlah interogasi keras, melainkan “ice breaking” atau pembuka suasana. Penyidik akan mengobrol ringan tentang hobi, keluarga, atau hal-hal yang disukai saksi. Tujuannya jelas: menciptakan rasa aman dan kepercayaan. Saat saksi merasa nyaman, barulah materi pemeriksaan dibuka secara perlahan.
Dan ketika momen yang tepat tiba, penyidik menggunakan senjata pamungkas: fakta-fakta yang sulit dibantah. Foto pertemuan, dokumen, bahkan rekaman penyadapan bisa menjadi kunci untuk membuka pintu pengakuan. Seperti yang dijelaskan Asep, “Kita akhirnya untuk bongkar, bongkar. Nah, teknik pertama… cari dulu kesalahan yang utamanya, kita tunjukkan salahnya.”
Tak kalah menarik, mantan penyidik KPK Yudi Purnomo membagikan pengalamannya. Baginya, pendekatan yang efektif adalah membuat suasana se-nyaman mungkin. Ia pernah memulai pemeriksaan dengan obrolan tentang kopi, klub sepak bola, bahkan sejarah. “Pernah ada saksi ku yang tahu sejarah, karena aku juga senang sejarah, kita ngobrol sejarah dulu, setelah itu cair,” kenangnya sambil tertawa.
Namun, bukan berarti semua berjalan mulus. Suhu ruangan yang dingin, yang sering dikeluhkan oleh para saksi seperti Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menjadi bahan perbincangan. KPK membantah sengaja membuat satu ruangan lebih dingin; sistem pendingin di sana bersifat sentral, artinya suhu semua ruangan sama.
Pakar kriminologi UI, Iqrak Sulhin, menegaskan bahwa pendekatan seperti ini adalah hal yang lazim dan efektif. “Suasana yang tegang atau muram bisa menghambat alur informasi karena orang akan cenderung ‘defensif’. Mencairkan suasana, akan menciptakan peluang keluarnya keterangan dengan lebih lancar,” jelasnya.
Meski begitu, bukan berarti penyidik bebas melakukan apa saja. Pakar Hukum Pidana Unsoed, Hibnu Nugroho, mengingatkan pentingnya menjaga koridor etika. “Ada pandangan yang melihat terperiksa sebagai objek. Tapi kalau pandangan baru itu akusator, yaitu meletakkan orang terperiksa sebagai subjek yang sama,” katanya.
Indonesia Corruption Watch (ICW) juga menekankan pentingnya batasan. Profiling boleh dilakukan, tapi harus tetap pada konteks perkara, bukan pada ranah pribadi yang tidak relevan. “Informasi pribadi seperti relasi hubungan personal, tentu tidak relevan untuk ditanyakan. Karena berpotensi memiliki prejudice dan tanpa dasar,” tegas Wana Alamsyah dari ICW.
Lalu, seberapa efektif strategi ini? Data KPK menunjukkan hasil yang signifikan. Dari 2020 hingga 2024, KPK berhasil mengembalikan kerugian negara sebesar Rp 2,5 triliun melalui penyitaan dan pelelangan aset para koruptor. Angka ini adalah bukti nyata bahwa pendekatan penyidikan yang canggih dan humanis mampu mengungkap kebenaran dan memulihkan kerugian negara.
Jadi, kesimpulannya, tidak ada Dementor di KPK. Yang ada adalah tim penyidik yang memahami betul seni membaca manusia, membangun kepercayaan, dan mengungkap kebenaran dengan cara yang profesional dan etis. Mereka bukan penghisap kebahagiaan, melainkan pemburu keadilan yang menggunakan kecerdasan emosional dan teknik investigasi canggih untuk mengungkap fakta. Bagi Anda yang penasaran atau mungkin suatu hari akan berkunjung ke sana, ingatlah: yang perlu ditakuti bukanlah suhu ruangan, melainkan ketajaman analisis dan kecermatan penyidik mereka dalam membaca karakter Anda.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.