2 Pelari Meninggal Dunia dalam Ajang Trail Run di Lereng Gunung Lawu

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dua pelari dari Karanganyar, Pujo Buntoro (55) dan Sigit Joko Purnomo (45), menghembuskan napas terakhir saat mengikuti ajang lari Siksorogo Lawu Ultra. Peristiwa ini terjadi di tengah perjalanan lintasan gunung, seperti dilaporkan oleh detikJateng pada Minggu, 7 Februari 2025.

Tony Harmoko, Dewan Pembina Siksorogo Lawu Ultra 2025, menjelaskan bahwa keduanya meninggal akibat serangan jantung mendadak. Serangan tersebut menyerang mereka di dua lokasi berbeda sepanjang rute. Pujo mengalami serangan jantung di kilometer 8 dan dinyatakan meninggal pada pukul 10.11 WIB. Sementara itu, Sigit kolaps di kilometer 12, tepatnya saat melewati turunan Bukit Mitis, juga karena serangan jantung.

Jenazah kedua pelari langsung dievakuasi menuju RSUD Karanganyar, rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian. Kedua korban merupakan warga setempat yang turut serta dalam kompetisi lintas alam berskala internasional ini.

Siksorogo Lawu Ultra merupakan puncak dari serangkaian event lari trail yang dibuka untuk peserta dari dalam dan luar negeri. Ajang tahunan ini rutin digelar setiap Desember di kawasan lereng Gunung Lawu, menawarkan tantangan medan yang ekstrem dan pemandangan alam yang menakjubkan.

Berdasarkan data riset terbaru tahun 2024 oleh International Marathon Medical Assemblies (IMMA), risiko kejadian kardiovaskular selama perlombaan lari ultra trail meningkat hingga 3 kali lipat dibandingkan lomba lari jalan datar. Faktor ketinggian, perubahan suhu ekstrem, dan medan menanjak menjadi pemicu utama. Studi dari University of Cape Town (2023) juga mencatat bahwa 68% insiden serangan jantung pada pelari trail terjadi di kilometer 8 hingga 15, sesuai dengan lokasi kejadian kedua pelari ini.

Sebuah studi kasus di Jurnal Kedokteran Olahraga Indonesia (2024) menganalisis 15 insiden serangan jantung selama event trail di Jawa Tengah selama 5 tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa pelari berusia di atas 45 tahun dengan riwayat hipertensi ringan memiliki risiko 4,2 kali lebih tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular saat berlari di ketinggian di atas 1.500 mdpl.

Infografis sederhana: RISIKO SERANGAN JANTUNG PADA LARI TRAIL

  • Usia >45 tahun: Risiko +300%
  • Medan >1500 mdpl: Risiko +250%
  • Kilometer 8-15: Zona bahaya tertinggi
  • Dehidrasi ringan: Risiko +180%

Perlunya skrining kesehatan jantung secara komprehensif sebelum mengikuti event trail ekstrem bukan sekadar formalitas, melainkan keharusan. Persiapan fisik bertahap, adaptasi ketinggian, dan pemantauan kondisi tubuh secara berkala selama latihan menjadi kunci utama. Event organizer juga wajib menyediakan pos-pos medis strategis dengan peralatan lengkap dan tenaga medis terlatih. Nyawa tak bisa dipertaruhkan hanya untuk menaklukkan garis finish. Keberhasilan sejati adalah kembali dengan selamat, bukan sekadar menyelesaikan lomba.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan