Residivis Bobol Rumah di Cipondoh, Gasak 50 Kg Emas hingga Uang Puluhan Juta

Seorang pria berinisial H, yang biasa dipanggil Nano, diamankan oleh jajaran kepolisian lantaran kedapatan membobol rumah kosong di kawasan Poris, Cipondoh, Tangerang. Dalam aksi nekatnya, pelaku berhasil menggondol barang berharga milik korban dengan total perkiraan kerugian mencapai Rp 126 juta.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, menjelaskan bahwa peristiwa pencurian tersebut terjadi pada 16 Oktober 2025. Saat itu, rumah milik korban sedang dalam keadaan kosong karena ditinggal pemiliknya. Pelaku, yang memang sengaja mencari sasaran rumah tak berpenghuni, memasuki lokasi dengan cara memanjat pagar lalu merusak jendela.

“Pelaku beraksi dengan berjalan kaki, mencari target secara acak, dan menargetkan rumah yang tidak berpenghuni untuk memudahkan aksinya,” ujar Budi dalam keterangannya, Sabtu (6/12/2025).

Dari rekaman CCTV, terlihat jelas pelaku bolak-balik keluar masuk rumah dengan memanjat pagar dan merusak teralis jendela. Dalam kejadian tersebut, pelaku berhasil membawa kabur sekitar 50 gram emas, uang tunai senilai Rp 25 juta, serta sebuah ponsel. Jika dijumlahkan, nilai total kerugian mencapai Rp 126 juta.

Penangkapan pelaku dilakukan pada Selasa (2/12) di bawah Fly Over Cengkareng, Jakarta Barat. Polisi turut mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk pakaian yang digunakan saat beraksi, dua unit sepeda motor, dan beberapa perhiasan emas hasil curian.

Berdasarkan pengembangan penyelidikan, diketahui bahwa tersangka merupakan residivis dengan kasus serupa. Pelaku tercatat sudah tiga kali keluar masuk penjara, yakni pada tahun 2017 karena menyatroni rumah anggota Brimob dan mencuri senjata api, serta dua kali terlibat kasus pencurian sejenis pada tahun 2021 dan 2022.

“Nano mengaku melakukan aksinya untuk modal jual beli narkotika jenis sabu,” tambah Budi.

Saat ini, pelaku telah diamankan di Mapolda Metro Jaya guna pemeriksaan lebih lanjut. Atas perbuatannya, pelaku dijerat pasal 363 KUHP tentang Pencurian dengan Pemberatan dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara.

Data Riset Terbaru: Studi dari Badan Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM tahun 2024 menunjukkan bahwa 68% pelaku kejahatan residivis kembali melakukan tindak pidana karena kurangnya pembinaan dan kesulitan mencari pekerjaan pasca bebas.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Fenomena residivisme ini mencerminkan perlunya pendekatan holistik dalam penanganan narapidana, bukan hanya hukuman semata tetapi juga rehabilitasi dan reintegrasi sosial yang efektif.

Studi Kasus: Kasus Nano menjadi contoh nyata bagaimana kurangnya dukungan sosial dan ekonomi dapat mendorong seseorang kembali ke jalur kriminal, meskipun telah menjalani hukuman sebelumnya.

Infografis Konsep: Dalam konteks kejahatan properti seperti pembobolan rumah, faktor utama pemicu aksi adalah kesempatan (rumah kosong), kebutuhan (keuangan), dan kemampuan (pengalaman kriminal sebelumnya).

Setiap tindakan kriminal selalu berawal dari pilihan, dan pilihan terbaik adalah memilih jalan yang benar. Mari bersama-sama membangun lingkungan yang aman dan mendukung reintegrasi sosial bagi mereka yang ingin bertobat, karena masa depan yang lebih baik selalu dimulai dari keputusan hari ini. Jangan biarkan kesalahan masa lalu menjadi bayang-bayang yang menghalangi cahaya harapan.

Baca juga Berita lainnya di News Page