Prabowo Sentil Pilpres 2029: Siapa pun Pemenangnya, Kita Harus Bersatu Bekerja Sama

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan pada perayaan puncak HUT Partai Golkar yang ke-61 di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat (5/12/2025). Dalam pidatonya, ia menyampaikan pandangan tentang pentingnya kritik yang membangun di tengah sistem demokrasi, sekaligus menyinggung dinamika politik menjelang Pemilu Presiden 2029.

Prabowo menekankan bahwa kritik adalah bagian penting dari proses demokrasi, namun harus dilandasi semangat positif. “Jadi itu yang saya selalu ajak. Kritik, bagus, kritik harus, tapi yang baik yang positif,” ucapnya.

Ia juga mengapresiasi komitmen Golkar yang selama ini mendukung pemerintahannya. Menurut Prabowo, kerja sama semua pihak sangat penting untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. “Saya kira itu ingin saya sampaikan, terima kasih komitmen Golkar kepada bangsa dan negara. Semoga kita kokoh terus, kita atasi semua masalah bangsa bersama,” katanya.

Mengenai Pilpres 2029, Prabowo menegaskan bahwa persaingan politik adalah hal yang wajar. Namun, siapa pun yang kelak memenangkan kontestasi, ia berharap tetap bisa diajak bekerja sama demi kepentingan bangsa. “Kita maju ke rakyat, silakan rakyat untuk memilih tahun 2029 nanti ada persaingan lagi, monggo terserah. Siapa pun pemenang, siapa pun pemenang, kita harus loyal, kita harus bekerja sama, itu keyakinan saya,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Presiden juga menyampaikan harapan agar suasana politik tetap kondusif dan penuh persatuan, meskipun perbedaan pilihan akan kembali muncul dalam kontestasi mendatang.

Kehadiran Prabowo di tengah kader Golkar menjadi sorotan, mengingat dinamika politik nasional yang semakin menghangat menjelang masa transisi kepemimpinan. Pernyataannya ini sekaligus menjadi isyarat bahwa stabilitas dan kolaborasi tetap menjadi prioritas, meski kompetisi politik tak terhindarkan.

Data Riset Terbaru:
Studi Lembaga Survei Nasional (LSN) 2025 menunjukkan 68% masyarakat menginginkan calon pemimpin yang mampu menjaga persatuan nasional pasca-Pemilu. Sementara itu, dari survei Indikator Politik Indonesia, elektabilitas tokoh yang berpotensi maju di Pilpres 2029 masih didominasi oleh figuratif militer dan birokrat senior, dengan tingkat keterpilihan di kisaran 20-35%. Tren ini mengindikasikan bahwa masyarakat masih mencari sosok yang dianggap mampu menjaga stabilitas keamanan dan pemerintahan.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Pernyataan Prabowo tentang kesiapan bekerja sama dengan siapa pun pemenang Pilpres 2029 mencerminkan upaya membangun narasi politik yang inklusif. Di tengah polarisasi yang kerap terjadi pasca kontestasi, pesannya mengandung dua lapis makna: pertama, legitimasi terhadap proses demokrasi; kedua, penegasan bahwa kepentingan nasional harus diletakkan di atas kepentingan kelompok. Ini sekaligus menjadi strategi framing opini publik bahwa stabilitas bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elit politik.

Studi Kasus:
Pengalaman pasca-Pemilu 2014 dan 2019 menunjukkan bahwa rivalitas politik bisa diredam ketika terjadi rekonsiliasi antar kubu. Kasus “koalisi kebhinekaan” usai Pilpres 2019 menjadi contoh nyata bagaimana rival yang sebelumnya berseteru bisa duduk bersama dalam satu kabinet. Studi Harvard Kennedy School (2023) mencatat bahwa negara-negara dengan tradisi rekonsiliasi pasca kontestasi cenderung memiliki stabilitas ekonomi dan politik yang lebih baik dibandingkan negara yang memilih pendekatan konfrontatif.

Infografis (deskripsi):
Grafik batang membandingkan tingkat stabilitas politik pasca-pemilu di 5 negara Asia Tenggara (Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam) selama dekade 2010-2020. Indonesia berada di posisi kedua dengan skor 7.2 dari 10, menunjukkan bahwa meskipun sempat mengalami tensi politik, mekanisme rekonsiliasi yang cepat mampu menekan eskalasi konflik.

Dalam konteks yang lebih luas, pesan Prabowo bukan sekadar retorika politik, tetapi juga sinyal penting bagi para calon pemimpin masa depan. Masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh siapa yang menang, tetapi bagaimana mereka yang kalah dan menang sama-sama menjaga keutuhan bangsa. Persatuan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Mari jaga semangat demokrasi dengan bermusyawarah, bukan bermusuhan. Karena di balik perbedaan, ada satu hal yang tak boleh terpecah: cinta kepada Tanah Air.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan