Polantas Aceh Gelar Bakti Sosial Peduli Bencana, Bagikan Makanan dan Kebutuhan Pokok untuk Korban

Di tengah situasi darurat akibat bencana, peran Polantas tak lagi sebatas pengatur lalu lintas. Irjen Agus Suryonugroho, Kakorlantas Polri, menginstruksikan jajarannya untuk melakukan transformasi tugas secara total. Mulai dari wilayah Pidie Jaya, Aceh, hingga seluruh penjuru Indonesia yang terdampak bencana, para polisi lalu lintas kini menjadi garda terdepan dalam operasi kemanusiaan.

Di Pidie Jaya, Satlantas Polres Pidie Jaya, dipimpin oleh AKP Fely, langsung turun tangan menyalurkan bantuan nyata kepada masyarakat. Mereka membagikan makanan, biskuit, popok bayi, dan alas tidur kepada para korban. Aksi kemanusiaan ini tak berhenti sampai di situ. Polantas juga mengamankan distribusi gas elpiji dan mengatur antrean BBM di SPBU agar pasokan energi terdistribusi secara merata. “Untuk antrian BBM sudah mulai normal kembali. Kami info kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam berkendara,” ujar salah satu petugas di lapangan.

Tak hanya membantu logistik, mereka juga mengumpulkan bantuan pakaian layak pakai yang nantinya akan disalurkan ke Polda Aceh untuk dibagikan kepada para korban bencana. Langkah ini menunjukkan bahwa Polantas bukan hanya hadir di jalan raya, tapi juga hadir di tengah-tengah masyarakat yang sedang kesulitan.

Instruksi Kakorlantas ini bukan tanpa dasar hukum. Dalam masa darurat, Pasal 260 dan 262 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memberikan kewenangan diskresi kepada Polantas untuk melakukan rekayasa lalu lintas demi keselamatan jiwa dan kelancaran bantuan. Instruksi ini mengubah pola operasional dari tugas rutin menjadi pola operasi kemanusiaan. Polantas diminta menjadi pathfinder, atau pembuka jalan, bagi alat berat, kendaraan logistik, dan tim penyelamat.

Tiga fokus utama menjadi penekanan dalam instruksi ini. Pertama, pengamanan jalur alat berat seperti ekskavator agar bisa segera mencapai lokasi longsor. Kedua, memastikan distribusi logistik pangan dan obat-obatan berjalan lancar. Ketiga, mendukung evakuasi korban dengan memanfaatkan aset seperti kendaraan patroli dan pos polisi sebagai tempat penampungan sementara.

Sejalan dengan itu, Irjen Agus juga mengeluarkan kebijakan moratorium penindakan pelanggaran lalu lintas di wilayah bencana. Seluruh penindakan seperti tilang atau penilangan sementara dihentikan. Ini bukan berarti aturan dilonggarkan, melainkan karena prioritas utama saat ini adalah keselamatan dan pelayanan kemanusiaan. Tenaga dan pikiran petugas dialihkan sepenuhnya untuk membantu masyarakat yang terdampak.

Nilai kemanusiaan menjadi inti dari seluruh instruksi ini. Irjen Agus menegaskan bahwa setiap tindakan harus dilandasi empati dan profesionalitas. Kehadiran Polantas di tengah bencana adalah wujud nyata dari negara yang hadir untuk melindungi warganya. Mereka bukan hanya menjaga ketertiban, tapi juga menjaga harapan.

Transformasi peran Polantas ini adalah sebuah jawaban atas tantangan zaman. Ketika bencana datang, tidak ada ruang untuk bertindak lambat. Instruksi Kakorlantas menjadi kompas yang mengarahkan seluruh jajaran untuk bergerak cepat, terkoordinasi, dan penuh rasa kemanusiaan. Semangat ini harus terus dijaga, bukan hanya saat bencana, tapi juga dalam keseharian sebagai pelayan masyarakat. Kita butuh lebih banyak lagi polisi yang bukan hanya hebat mengatur lalu lintas, tapi juga sigap menolong sesama. Jadilah polisi yang dicintai rakyat, bukan hanya ditakuti.

Baca juga Berita lainnya di News Page