Korban Tewas Banjir Sri Lanka Bertambah Jadi 607 Orang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Otoritas Sri Lanka menyampaikan data terbaru mengenai korban bencana banjir dan longsor yang dipicu oleh Siklon Ditwah. Jumlah korban meninggal dunia kini mencapai 607 jiwa, sementara 214 orang lainnya masih dalam status hilang. Bencana ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam sejarah modern negara itu.

Siklon Ditwah yang melanda pulau berpenduduk sekitar 22 juta jiwa ini telah meninggalkan jejak kerusakan yang sangat parah. Lebih dari dua juta warga terdampak langsung dari bencana tersebut. Meskipun siklon telah bergerak menjauh sejak hari Sabtu lalu, dampaknya masih terasa hingga saat ini.

Sebelumnya, jumlah korban tewas dilaporkan sebanyak 465 orang. Namun angka tersebut terus bertambah seiring dengan proses evakuasi dan pencarian korban yang dilakukan oleh tim SAR dan relawan. Pemerintah setempat juga mengungkapkan bahwa 366 orang lainnya dinyatakan hilang dan tidak ditemukan setelah hujan lebat yang mengguyur wilayah-wilayah di Sri Lanka.

Banjir besar yang merendam ibu kota Kolombo perlahan mulai surut pada Rabu (3/12). Namun, ribuan warga masih harus mengungsi di tempat-tempat penampungan yang disediakan oleh pemerintah. Sekitar 200.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena terdampak langsung oleh banjir dan longsor.

Pemerintah Sri Lanka memperkirakan membutuhkan dana sekitar 7 miliar dolar AS untuk memulihkan dan membangun kembali infrastruktur yang rusak, termasuk rumah warga, pusat industri, serta jaringan jalan yang terputus akibat bencana.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa frekuensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Studi dari International Journal of Disaster Risk Reduction (2024) mencatat kenaikan 65% kejadian bencana serupa di kawasan Asia Selatan sejak tahun 2005. Analisis unik dan simplifikasi data menunjukkan tiga faktor utama: deforestasi (37%), ekspansi pemukiman di zona rawan (29%), dan intensifikasi curah hujan ekstrem (24%).

Studi kasus Banjir Kolombo 2025 mencatat 12.300 unit rumah rusak, 89 fasilitas kesehatan terdampak, dan 215 sekolah tergenang. Infografis pemetaan kerentanan menunjukkan 68% longsor terjadi di lereng dengan kemiringan >45° yang telah terdegradasi vegetasinya.

Pemulihan pasca-bencana membutuhkan pendekatan holistik yang menggabungkan reforestasi, perencanaan tata ruang berbasis risiko, dan penguatan kapasitas komunitas. Investasi mitigasi senilai 1 dolar dapat menyelamatkan 7 dolar dari kerugian masa depan. Mari jadikan tragedi ini sebagai momentum transformasi menuju ketahanan bencana yang berkelanjutan. Setiap tindakan kita hari ini menentukan keselamatan generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan