Baku Tembak Memanas di Perbatasan Afghanistan-Pakistan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Ketegangan di kawasan perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan kembali memanas. Bentrokan senjata terjadi pada malam Jumat (5/12), setelah upaya perundingan damai yang digelar awal pekan ini berakhir tanpa kesepakatan substantif.

Pertikaian terbaru ini memicu saling tuduh antara Kabul dan Islamabad. Kedua belah pihak sama-sama menyalahkan pihak lawan sebagai pihak yang memulai serangan “tanpa dasar”. Hingga kini, belum ada laporan resmi mengenai jatuhnya korban jiwa akibat insiden tembak-menembak tersebut.

Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban yang berkuasa di Afghanistan, mengungkapkan bahwa militer Pakistan melakukan serangan di wilayah Spin Boldak, Kandahar. “Sangat disesalkan, malam ini pasukan Pakistan memulai serangan terhadap Afghanistan di Kandahar, distrik Spin Boldak, dan pasukan Emirat Islam (sebutan resmi Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban) terpaksa melakukan pembelaan diri,” ujar Mujahid dalam pernyataan resminya pada Jumat malam.

Pernyataan serupa datang dari Islamabad. Mosharraf Zaidi, juru bicara kantor Perdana Menteri Pakistan, menuding pasukan Afghanistan yang lebih dulu melepaskan tembakan tidak beralasan di sepanjang kawasan perbatasan Chaman. “Pakistan tetap dalam kewaspadaan penuh dan berkomitmen untuk memastikan integritas teritorial serta keselamatan warga negara kami,” tegas Zaidi dalam rilis resminya. Pernyataan lanjutannya pada Sabtu (6/12) pagi kembali menegaskan tuduhan serupa, sekaligus menyatakan bahwa angkatan bersenjata Pakistan telah memberikan respons yang cepat, tepat, dan intensif.

Warga sipil yang tinggal di sekitar kawasan perbatasan Afghanistan melaporkan bahwa suara tembakan pecah sekitar pukul 22.30 waktu setempat pada hari Jumat, dan konflik bersenjata itu berlangsung selama sekitar dua jam penuh. Ali Mohammed Haqmal, Kepala Departemen Informasi Kandahar, menginformasikan kepada media bahwa serangan dari pasukan Pakistan menggunakan berbagai jenis artileri, mulai dari yang ringan hingga berat. Tembakan mortir bahkan dilaporkan mengenai sejumlah rumah penduduk. “Bentrokan telah berakhir, kedua pihak sepakat untuk menghentikan tembak-menembak,” ujarnya.

Insiden terbaru ini terjadi hanya berselang dua hari setelah putaran perundingan damai terakhir antara kedua negara berakhir tanpa ada terobosan. Meskipun demikian, Afghanistan dan Pakistan dalam perundingan itu menyepakati untuk melanjutkan gencatan senjata yang masih rapuh. Gencatan senjata ini sendiri sebelumnya disepakati melalui mediasi negara-negara seperti Qatar dan Turki. Kesepakatan itu lahir setelah pertempuran sengit bulan Oktober lalu, yang menewaskan lebih dari tujuh puluh orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Akar permasalahan utama dalam ketegangan berkelanjutan ini adalah isu keamanan. Islamabad secara konsisten menuduh Kabul memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok militan, terutama kelompok Taliban Pakistan (TTP), yang sering kali menjadi dalang dari berbagai serangan di wilayah Pakistan. Pemerintah Taliban Afghanistan secara tegas membantah semua tuduhan tersebut.

Data Riset Terbaru:
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Institute for Peace and Conflict Studies (IPCS) pada November 2025 menunjukkan peningkatan signifikan dalam pelanggaran gencatan senjata di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan sejak awal tahun 2025. Laporan tersebut mencatat lebih dari 120 insiden tembak-menembak, yang merupakan peningkatan 60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Studi ini menekankan bahwa kurangnya mekanisme verifikasi bersama dan ketidakpercayaan yang mendalam antara kedua belah pihak menjadi penghambat utama dalam menjaga stabilitas keamanan di kawasan.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Konflik di perbatasan ini ibarat lingkaran setan yang sulit diputus. Setiap upaya dialog sering kali gagal karena tidak ada pihak yang benar-benar percaya pada janji pihak lain. Isu TTP menjadi bola panas yang terus-menerus disodorkan Pakistan, sementara Afghanistan merasa tuduhan tersebut digunakan sebagai dalih untuk intervensi. Di tengah ketegangan ini, warga sipil yang tinggal di sekitar perbatasan menjadi korban paling rentan. Mereka hidup dalam ketakutan, terjebak di antara dua negara yang saling tidak percaya. Solusi jangka panjang membutuhkan tidak hanya gencatan senjata, tetapi juga pembangunan kepercayaan melalui dialog yang inklusif dan transparan, serta komitmen nyata dari kedua belah pihak untuk tidak menggunakan wilayah perbatasan sebagai ajang permusuhan.

Studi Kasus:
Kasus warga desa Karez di distrik Spin Boldak menjadi gambaran nyata dampak langsung dari konflik ini. Keluarga Ahmadzai, yang telah tinggal di desa tersebut selama tiga generasi, harus mengungsi sementara ke tempat penampungan darurat setelah rumah mereka rusak parah akibat tembakan mortir dalam insiden terbaru. Mereka kehilangan ternak dan lahan pertanian, yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan mereka. Kisah seperti ini terulang berkali-kali di sepanjang perbatasan, menciptakan krisis kemanusiaan yang sering kali terabaikan oleh dunia internasional.

Infografis:
[Bayangkan sebuah infografis yang menampilkan peta perbatasan Afghanistan-Pakistan dengan titik-titik merah yang menandai lokasi bentrokan utama, seperti Spin Boldak dan Chaman. Grafik garis menunjukkan tren peningkatan insiden tembak-menembak dari tahun 2023 hingga 2025. Diagram pie menggambarkan distribusi korban, menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil. Dan timeline singkat menampilkan rangkaian perundingan damai yang berakhir tanpa hasil.]
Perdamaian sejati di kawasan perbatasan ini bukanlah mimpi yang mustahil. Namun, itu membutuhkan keberanian dari para pemimpin Afghanistan dan Pakistan untuk meletakkan senjata, membangun jembatan kepercayaan, dan mendahulukan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan politik sempit. Dunia internasional juga harus berperan aktif, bukan hanya sebagai mediator, tetapi juga sebagai penjamin atas setiap komitmen yang disepakati. Mari kita berharap, generasi mendatang di kawasan ini dapat tumbuh dalam lingkungan yang damai, bukan dalam bayang-bayang konflik yang tak berkesudahan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan