Warga Terjebak di Hutan Bener Meriah, Berjalan Kaki Berjam-jam Akibat Logistik Menipis

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Bener Meriah, Aceh pada Rabu (26/11) menyisakan kisah sulit bagi warga setempat. Dampaknya bukan hanya kerusakan infrastruktur, tetapi juga krisis logistik yang memaksa banyak warga rela berjalan kaki berjam-jam untuk mencari tempat yang lebih aman dan tersedia kebutuhan pokok.

Seorang warga bernama Wildan menceritakan bahwa kondisi di Bener Meriah semakin memburuk akibat padamnya listrik dan terputusnya jaringan telekomunikasi. Akses jalan dan jembatan banyak yang rusak, membuat distribusi bantuan dan pergerakan warga menjadi terhambat. Di tengah keterbatasan ini, warga yang masih bertahan harus menghadapi kenyataan bahwa stok sembako di pasar mulai menipis, termasuk bahan bakar minyak (BBM) yang sulit ditemukan di dataran tinggi Gayo.

Kondisi ini membuat banyak warga memilih meninggalkan daerah mereka, tidak hanya karena kerusakan rumah atau ancaman bencana susulan, tetapi juga karena kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Bagi sebagian orang, alasan utama mereka pergi adalah untuk berkumpul kembali dengan keluarga yang tinggal di luar Bener Meriah.

Meski demikian, Wildan mengungkapkan bahwa selama sepekan terakhir, ia dan sejumlah temannya masih bertahan di tengah kota. Mereka mampu melewati hari-hari sulit berkat semangat gotong royong. Setiap orang mengumpulkan bahan makanan yang masih tersisa di rumah masing-masing, lalu dimasak bersama. Mereka juga pernah patungan untuk membeli kebutuhan pokok pada hari ketiga setelah bencana, sebelum stok di pasaran benar-benar langka.

Kisah ini menjadi gambaran nyata betapa bencana alam tidak hanya mengancam keselamatan fisik, tetapi juga mengganggu ketahanan pangan dan akses terhadap barang-barang vital. Solidaritas warga menjadi satu-satunya cahaya di tengah keterbatasan yang melingkupi.

Studi Kasus: Di Desa Ketaping, warga sempat terisolasi selama tiga hari karena jembatan penghubung kecamatan putus. Bantuan logistik dari pemerintah daerah baru tiba setelah jalur darat sebagian bisa dilalui. Selama masa itu, warga mengandalkan cadangan pangan dan bantuan sesama tetangga.

Tindakan cepat, kerja sama antarwarga, dan koordinasi dengan lembaga penanggulangan bencana menjadi kunci utama dalam menghadapi situasi kritis seperti ini. Jangan pernah meremehkan kekuatan persatuan saat musibah datang — dari sanalah harapan lahir.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan