Surat Mengharukan Ditemukan di Lokasi Penemuan Mayat Bayi di Stasiun Citayam, Isinya Permintaan ‘Kuburkan Anak Saya’

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kasus Bayi Meninggal di Toilet Stasiun Citayam: Surat Haru dari Orang Tua dan Kronologi Penemuan

Jakarta — Warga sekitar Stasiun Citayam, Depok dikejutkan dengan penemuan jasad bayi perempuan di dalam sebuah tas di area toilet stasiun pada Senin (1/12/2025) sore. Yang membuat hati teriris, di dalam tas tersebut juga ditemukan secarik kertas yang diduga berasal dari orang tua sang bayi.

“Kami menemukan surat ini saat memeriksa isi tas. Diperkirakan surat ini ditulis oleh orang tua bayi,” jelas Kasi Humas Polres Metro Depok, AKP Made Budi, saat dihubungi pada Jumat (5/12).

Isi surat tersebut begitu menyentuh hati. Dalam tulisan itu, sang orang tua memohon kepada siapa pun yang menemukan bayinya untuk menguburkannya secara layak. Ia juga mengungkapkan rasa penyesalannya karena merasa tidak mampu menjadi orang tua yang baik.

“Tolong bantu saya, siapapun anda. Kuburkan anak saya dengan layak. Maafkan saya, saya tidak mampu menjadi anak yang baik. Saya gagal merawat putriku ini,” begitu isi surat yang dibacakan oleh Made.

Penemuan tragis ini bermula ketika petugas stasiun mencurigai sebuah tas warna hijau yang tergantung di area toilet. Karena tas tersebut terlihat ditinggalkan begitu saja, petugas pun memutuskan untuk memeriksanya. Alangkah kagetnya, mereka menemukan sesosok bayi yang sudah tidak bernyawa di dalamnya.

“Awalnya tas ini diduga milik penumpang KRL yang tertinggal. Namun setelah diperiksa, ternyata isinya adalah seorang bayi dalam keadaan tak bernyawa,” ujar Made.

Mendapat laporan dari petugas stasiun, pihak keamanan segera menghubungi Polres Metro Depok. Tim identifikasi dan unit olah tempat kejadian perkara (TKP) pun diterjunkan ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Mereka mengamankan barang bukti dan memeriksa area toilet tempat penemuan bayi.

Berdasarkan pemeriksaan awal, bayi malang tersebut diperkirakan berusia antara 4 hingga 5 hari. Saat ini, jenazah bayi telah dievakuasi ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk keperluan otopsi.

Polisi juga masih terus mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi, termasuk pengelola stasiun dan petugas kebersihan, guna mengungkap siapa pelaku dan motif di balik peristiwa memilukan ini.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2024) menunjukkan bahwa kasus pembuangan bayi di Indonesia masih menjadi masalah serius, dengan mayoritas kasus terjadi pada bayi berusia kurang dari 7 hari. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah kurangnya akses terhadap pendidikan seksualitas dan layanan kesehatan reproduksi, terutama di kalangan remaja.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus ini mencerminkan betapa pentingnya edukasi kesehatan reproduksi sejak dini. Banyak remaja yang masih awam tentang konsekuensi dari hubungan seksual di luar nikah, sehingga ketika menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan, mereka memilih jalan pintas yang justru merenggut nyawa tak berdosa. Selain itu, kurangnya dukungan sosial dan stigma masyarakat juga membuat para pelaku merasa terisolasi dan memilih tindakan yang ekstrem.

Studi Kasus:
Sebuah studi kasus di Jawa Barat (2023) mengungkap bahwa 60% pelaku pembuangan bayi adalah perempuan di bawah usia 20 tahun yang berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Mereka umumnya tidak memiliki akses ke layanan konseling kehamilan atau tempat penampungan sementara bagi ibu dan bayi yang membutuhkan.

Infografis:

  • Usia Bayi: 4-5 hari
  • Jenis Kelamin: Perempuan
  • Lokasi: Toilet Stasiun Citayam, Depok
  • Tanggal Kejadian: 1 Desember 2025
  • Barang Bukti: Tas warna hijau, secarik kertas berisi surat

Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa di balik setiap kejadian menyedihkan, ada kisah manusia yang kompleks dan butuh pemahaman. Mari bersama-sama kita tingkatkan edukasi kesehatan reproduksi, ciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, serta hadirkan solusi nyata bagi mereka yang membutuhkan bantuan. Jangan biarkan ketidaktahuan dan stigma menghalangi nyawa-nyawa tak berdosa untuk bertahan hidup. Dengan kolaborasi dan empati, kita bisa mencegah tragedi serupa terulang di masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan