Dewi Astutik, Dari Guru Bahasa Mandarin di Kamboja Hingga Jadi Bandar Narkoba

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Seorang wanita berusia 43 tahun, Dewi Astutik alias PA, telah berhasil ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) atas kasus peredaran narkoba seberat 2 ton dengan nilai mencapai Rp 5 triliun. Beroperasi dari Kamboja, wanita ini sebelumnya pernah menjalani profesi sebagai pengajar bahasa Inggris dan Mandarin di sejumlah lembaga kursus di negara tersebut. Menurut Kepala BNN, Komjen Suyudi Ario Seto, penghasilan Dewi dari mengajar mencapai sekitar Rp 20 juta per bulan.

Dewi diketahui mulai memasuki Kamboja pada Februari 2023. Selain mengajar, dia juga pernah bekerja selama sebulan di sebuah tempat yang diduga terlibat dalam kegiatan penipuan online atau scamming. Namun, sejak awal tahun 2024, Dewi memutuskan untuk terlibat dalam kejahatan narkotika. Dia bertemu dengan seorang warga negara Nigeria berinisial DON, yang dikenal sebagai ‘Godfather’, dan keduanya kemudian bekerja sama dalam perdagangan narkoba ke berbagai negara.

Selama masa pelariannya, Dewi Astutik menjadi target red notice Interpol sejak 3 Oktober 2024. Ia juga masuk dalam daftar pencarian orang oleh pemerintah Korea Selatan. Proses penangkapan berlangsung di Kamboja pada 1 Desember tanpa adanya perlawanan. Operasi ini merupakan hasil kolaborasi internasional yang melibatkan BNN RI, Bais perwakilan Kamboja, Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Polri, Interpol, Bea Cukai, Kemenkeu, dan Kemenlu.

Suyudi menjelaskan bahwa proses penangkapan tidaklah mudah karena Dewi termasuk bagian dari jaringan internasional yang kerap berpindah-pindah antarnegara untuk menghindari penangkapan. Informasi tentang keberadaan Dewi di Phnom Penh diterima oleh BNN pada 17 November lalu, dan tim langsung diterjunkan untuk melakukan operasi. Dengan kerja sama yang solid antara Indonesia dan pemerintah Kamboja, penangkapan berhasil dilakukan secara mulus.

Data Riset Terbaru: Studi terkini menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterlibatan WNI dalam jaringan narkoba internasional, terutama di kawasan Asia Tenggara. Faktor ekonomi dan kurangnya lapangan kerja sering kali menjadi alasan utama seseorang terjerumus ke dalam kejahatan transnasional ini.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Kasus Dewi Astutik menggambarkan betapa kompleksnya jaringan narkoba internasional yang melibatkan berbagai negara dan aktor. Dari seorang pengajar, seseorang bisa terjerumus ke dalam kejahatan besar karena tekanan ekonomi atau pengaruh lingkungan. Ini menunjukkan pentingnya penguatan mental dan sosialisasi bahaya narkoba sejak dini.

Studi Kasus: Kasus serupa pernah terjadi dengan pelaku lain yang awalnya bekerja di sektor pendidikan, namun akhirnya terlibat dalam peredaran narkoba karena godaan keuntungan finansial yang besar. Mereka sering kali menjadi penghubung antara produsen dan konsumen di berbagai negara.

Infografis: (Bayangkan diagram yang menunjukkan alur perpindahan lokasi Dewi dari Indonesia ke Kamboja, lalu keterlibatannya dalam jaringan narkoba internasional, serta kerja sama antarlembaga yang terlibat dalam penangkapan.)

Kejahatan narkoba tidak mengenal batas negara dan profesi. Dari seorang pengajar menjadi bandar, kisah Dewi Astutik menjadi peringatan keras bagi siapa saja. Mari bersama-sama kita cegah penyebaran narkoba dengan meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap upaya pemberantasan narkoba. Lindungi generasi muda dari bahaya yang mengintai, karena satu langkah salah bisa merusak masa depan. Bergabunglah dalam gerakan anti-narkoba, wujudkan masyarakat yang sehat dan produktif!

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan