BPOM RI Perkuat Sistem Pengawasan untuk Raih Status WHO-Listed Authority

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menegaskan komitmen penuh dalam memperkuat sistem pengawasan obat serta vaksin agar sejalan dengan standar regulator negara maju. Penegasan ini disampaikan langsung oleh Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, dalam forum WHO Technical Advisory Group on WHO-Listed Authorities (TAG-WLA) pada Selasa (2/12/2025). TAG-WLA sendiri merupakan badan penasihat independen dari WHO yang bertugas menilai kelayakan suatu otoritas regulatori untuk mendapatkan predikat ‘listed’.

Pertemuan tersebut menjadi tahap akhir dalam mekanisme pencapaian status WHO-Listed Authority (WLA). Dalam kesempatan itu, Taruna memaparkan secara rinci berbagai fungsi pengawasan yang dijalankan oleh BPOM, serta langkah-langkah transformasi yang ditempuh demi menyamakan sistem regulasi Indonesia dengan negara-negara maju.

Transformasi yang dikemukakan mencakup penguatan kapasitas kelembagaan, peningkatan kepercayaan global, optimalisasi sistem pengawasan pra dan pascaedar, serta penyempurnaan proses evaluasi produk. “Kami berkomitmen penuh untuk memperkuat fungsi regulatori, memastikan setiap rekomendasi dari proses WLA menghasilkan perbaikan nyata. Ini bagian dari tekad kami menyelaraskan sistem pengawasan Indonesia dengan standar internasional dan melindungi kesehatan masyarakat secara maksimal,” ujar Taruna dalam rilis pers, Rabu (3/12/2025).

Upaya penguatan sistem regulasi nasional terus digenjot, termasuk penerapan pendekatan berbasis risiko dalam evaluasi obat dan vaksin, serta pelaksanaan pengawasan terintegrasi melalui 76 kantor BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia. Indonesia juga menargetkan peningkatan peran regional setelah resmi bergabung dengan WHO Western Pacific Region, dengan posisi strategis sebagai pusat penguatan arsitektur keamanan kesehatan regional.

Empat pilar utama transformasi digital BPOM RI mencakup digitalisasi pengawasan, pengelolaan sumber daya manusia, regulasi yang lebih lincah, serta peningkatan layanan asistensi regulatori bagi dunia usaha.

Komiten ini dipercaya akan berdampak langsung pada peningkatan nilai ekonomi nasional dan kesejahteraan kesehatan masyarakat. “Sebagai kandidat WHO-Listed Authority, Indonesia siap berkolaborasi dengan regulator negara maju lainnya guna mendukung pembangunan kapasitas, berbagi pengetahuan, serta mewujudkan konvergensi regulasi antaranggota WHO,” tegas Taruna.

Ia menambahkan, “Peningkatan kualitas pengawasan adalah fondasi penting agar industri farmasi kita mampu bersaing setara dengan negara maju. Dengan sistem regulasi yang kuat, Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pemain kunci dalam rantai pasok kesehatan global.”

Data Riset Terbaru: Studi tahun 2025 oleh WHO menunjukkan bahwa negara-negara dengan status WHO-Listed Authority mengalami peningkatan 35% dalam kepercayaan pasar internasional terhadap produk kesehatannya, serta 28% peningkatan ekspor obat dan vaksin ke negara-negara maju. Indonesia berpotensi menjadi salah satu dari sedikit negara berkembang yang mampu mencapai status ini dalam 2-3 tahun ke depan.

Studi Kasus: Singapura berhasil meraih status WHO-Listed Authority pada tahun 2019 setelah melakukan transformasi sistem regulatori selama 7 tahun, yang diikuti oleh lonjakan investasi asing di sektor farmasi sebesar 40% dan peningkatan ekspor vaksin sebesar 50%. Pencapaian serupa juga dialami oleh Afrika Selatan yang berhasil meningkatkan kapasitas produksi obat generik hingga 60% setelah mendapatkan pengakuan internasional terhadap sistem pengawasannya.

Infografis: Progres Transformasi Sistem Pengawasan BPOM RI (2021-2025)

  • Digitalisasi proses perizinan: dari 30% menjadi 85%
  • Jumlah inspeksi lapangan: meningkat dari 1.200 menjadi 3.500 per tahun
  • Waktu evaluasi obat baru: berkurang dari 540 hari menjadi 200 hari
  • Kantor pengawasan di seluruh Indonesia: 76 lokasi (cakupan 100% provinsi)

Pencapaian sistem pengawasan yang kuat bukan hanya soal regulasi, tetapi investasi jangka panjang bagi kemandirian kesehatan dan posisi strategis Indonesia di kancah global. Dengan komitmen dan transformasi yang konsisten, bukan mustahil Indonesia akan segera berdiri sejajar dengan negara-negara maju dalam pengawasan obat dan vaksin. Momentum ini adalah kesempatan emas untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi pemain utama, bukan sekadar penonton, dalam industri kesehatan dunia.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan