Update BNPB: 774 Korban Jiwa dan 551 Hilang dalam Bencana Sumatera-Aceh

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Sumatera telah menyebabkan kerugian besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru yang menunjukkan korban meninggal mencapai 744 orang. Angka ini tercatat hingga pukul 23.28 WIB pada Selasa (2/12/2025) melalui situs Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana.

Sebanyak 551 orang masih dinyatakan hilang. Korban luka-luka mencapai 2.600 orang. Jumlah total terdampak mencapai 3,3 juta jiwa, dengan 1,1 juta di antaranya mengungsi. Bencana ini terjadi di tiga provinsi: Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Di Aceh, korban meninggal dunia tercatat 218 orang, dengan 227 orang masih hilang. Sumatera Barat mencatat 225 kematian dan 161 orang hilang. Sumatera Utara menjadi wilayah dengan korban tertinggi, dengan 301 orang meninggal dan 163 orang hilang.

Kerusakan infrastruktur sangat parah. Tercatat 3.600 rumah rusak berat, 2.100 rumah rusak sedang, dan 3.700 rumah rusak ringan. Fasilitas umum juga terdampak, dengan 42,5% bangunan pendidikan rusak, 1,18% fasilitas kesehatan rusak, 16,97% tempat ibadah rusak, serta 39 unit jembatan rusak.

Data ini menjadi gambaran nyata betapa dahsyatnya bencana yang terjadi. Upaya penanganan darurat dan pemulihan terus dilakukan oleh berbagai pihak.

Studi Kasus: Bencana serupa pernah terjadi di wilayah lain dengan pola yang mirip. Analisis menunjukkan bahwa faktor curah hujan tinggi dan kondisi geografis menjadi pemicu utama. Infografis yang dirilis lembaga terkait menunjukkan tren peningkatan bencana hidrometeorologi dalam dekade terakhir, mengingatkan pentingnya mitigasi dini dan kesiapsiagaan masyarakat.

Dari data terbaru, terlihat jelas betapa pentingnya kesiapan menghadapi bencana alam. Angka korban dan kerusakan yang besar menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Mari tingkatkan kewaspadaan, perkuat sistem peringatan dini, dan galakkan budaya tanggap bencana di lingkungan sekitar. Nyawa dan harta benda bisa terselamatkan jika kita bersiap sejak dini. Solidaritas dan gotong royong menjadi kunci utama dalam menghadapi ujian alam seperti ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan