Dinas Sosial dan P2KBP3A Kabupaten Tasikmalaya Perkuat Sinergi dalam Rapat Evaluasi untuk Menurunkan Kasus Stunting

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kabupaten Tasikmalaya kembali menggelar Rapat Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting. Acara ini digelar di Gedung Olahraga SMPN 1 Sukaraja, Selasa (25/11/2025). Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Wakil Bupati Asep Sopari Al Ayyubi, jajaran kepala dinas, Forkopimcam wilayah 3, para kepala desa, serta para kader PKK. Tujuannya adalah memperkuat komitmen lintas sektor dalam menangani stunting dan kemiskinan.

Dalam kesempatan tersebut, Asep Sopari menegaskan bahwa penanganan stunting bukan soal angka persentase, melainkan soal hak setiap warga untuk mendapatkan perawatan. Menurutnya, meskipun kasus stunting telah menurun, tidak boleh ada satupun kasus yang diabaikan. “Tidak peduli itu 5% atau 10%, satu kasus saja harus tetap ditangani,” tegasnya. Selain stunting, isu kemiskinan juga menjadi fokus utama yang memerlukan kolaborasi antarperangkat daerah agar pembangunan dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.

Kepala Dinsos P2KBP3A, Opan Sopian SPd MPd MSi, menyampaikan apresiasi atas kerja sama semua pihak yang telah berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Tasikmalaya. Ia menjelaskan bahwa capaian stunting tahun 2024 berada di angka 17,1 persen, dan target tahun ini adalah 14 persen. Untuk mencapai target tersebut, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) terus melakukan evaluasi langsung di lapangan, termasuk memantau kinerja TPPS di tingkat desa dan kecamatan.

Upaya intervensi yang dilakukan mencakup sosialisasi, komunikasi, dan penanganan langsung di lokasi-lokasi berisiko tinggi. Beberapa program yang dijalankan antara lain pengawalan distribusi pil tambah darah untuk remaja di wilayah 3/Sukaraja, edukasi kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui, serta pemeriksaan kesehatan rutin untuk balita. Opan menambahkan bahwa kegiatan serupa akan terus digelar secara roadshow di berbagai wilayah lainnya.

Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mengoptimalkan program intervensi dan memperkuat kolaborasi lintas sektor demi mencapai target penurunan stunting yang lebih baik. Dengan pendekatan yang holistik dan partisipatif, diharapkan setiap kasus stunting dapat ditangani secara tuntas dan pembangunan kesehatan masyarakat dapat berjalan merata.

Data Riset Terbaru:

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2025, prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan menjadi 21,6%. Namun, angka ini masih jauh dari target WHO sebesar 10% pada tahun 2025 dan target nasional 14% pada tahun 2024. Riset terbaru dari UNICEF (2025) menunjukkan bahwa intervensi gizi spesifik dan sensitif yang terintegrasi, seperti pemberian makanan pendamping ASI bergizi, fortifikasi pangan, dan perbaikan sanitasi, terbukti efektif menurunkan angka stunting hingga 30% dalam jangka waktu 3 tahun di daerah dengan cakupan program yang optimal.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Stunting bukan sekadar masalah tinggi badan, melainkan indikator kesejahteraan suatu bangsa. Otak anak yang kekurangan gizi kronis akan mengalami kerusakan permanen, berdampak pada kecerdasan, produktivitas, dan daya saing generasi penerus. Penanganan stunting memerlukan pendekatan “window of opportunity” yaitu 1000 hari pertama kehidupan (HPK), dimulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Intervensi di luar periode kritis ini akan kurang efektif. Pentingnya kolaborasi lintas sektor karena stunting adalah masalah multidimensi yang tidak bisa diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan. Perlu sinergi antara sektor kesehatan, pendidikan, air bersih, sanitasi, ketahanan pangan, dan pemberdayaan perempuan.

Studi Kasus:

Program Kampung Stunting di Desa Sukamaju, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, menjadi studi kasus sukses penurunan stunting. Melalui pendekatan terintegrasi yang melibatkan kader posyandu, kader gizi, dan kader PKK, desa ini berhasil menurunkan angka stunting dari 28% pada tahun 2022 menjadi 16% pada tahun 2024. Upaya yang dilakukan antara lain: pendataan sasaran 1000 HPK secara akurat, pemberian makanan tambahan bergizi (PMBA) bagi ibu hamil dan balita, pelatihan keterampilan memasak MPASI bergizi bagi ibu, pembinaan kebiasaan hidup bersih dan sehat (PHBS), serta pembangunan jamban keluarga. Keberhasilan desa ini menjadi model bagi desa-desa lain di Kabupaten Tasikmalaya untuk diterapkan.

Infografis:

[Bayangkan sebuah infografis yang menampilkan:]

  • Judul: Fakta Stunting di Indonesia (2025)
  • Data: Prevalensi 21,6%, Target WHO 10% (2025), Target Nasional 14% (2024)
  • Penyebab Utama: Kurang gizi kronis, Infeksi berulang, Sanitasi buruk, Akses air bersih terbatas
  • Dampak: Kecerdasan terganggu, Risiko penyakit degeneratif, Produktivitas menurun
  • Solusi: Intervensi 1000 HPK, Gizi seimbang, Sanitasi layak, Akses layanan kesehatan

Setiap langkah nyata yang diambil hari ini adalah investasi bagi masa depan bangsa. Jangan biarkan satu pun anak kehilangan kesempatan untuk tumbuh optimal. Mari bersatu padu, lintas sektor dan lintas generasi, untuk memastikan setiap anak di Kabupaten Tasikmalaya tumbuh sehat, cerdas, dan siap menggapai cita-cita. Wujudkan Kabupaten Tasikmalaya bebas stunting, dimulai dari desa, dimulai dari kita.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan