Fasilitas Kesehatan Kolaps, Kemenkes Beberkan Kondisi RS dan Puskesmas Terdampak Bencana Sumatera

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bencana alam yang melanda Sumatera telah menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas kesehatan di wilayah terdampak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, hingga awal Desember 2025, banyak rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) tidak mampu beroperasi. Aceh menjadi daerah dengan kerusakan paling signifikan, di mana sembilan rumah sakit kota dan kabupaten lumpuh total. Di samping itu, sebanyak 126 puskesmas juga tidak dapat menjalankan layanan akibat banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut.

Kondisi serupa juga terjadi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Di Sumatera Utara, tiga rumah sakit, 37 puskesmas, 56 puskesmas pembantu, serta 75 pondok bersalin desa dilaporkan rusak. Sementara di Sumatera Barat, terdapat 37 puskesmas dan 26 puskesmas pembantu yang tidak berfungsi. Angka korban jiwa mencapai 156 orang di Aceh, 214 di Sumatera Utara, dan 163 di Sumatera Barat. Jumlah korban luka berat juga tinggi, yakni 403 orang di Aceh, 214 di Sumatera Utara, dan 163 di Sumatera Barat. Pengungsi tercatat sebanyak 478.847 orang di Aceh, 77.009 di Sumatera Utara, dan 31.346 di Sumatera Barat.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengungkapkan sejumlah tantangan besar yang dihadapi para korban. Salah satu masalah utama adalah krisis air bersih dan pemadaman listrik yang berkepanjangan. Banyak wilayah terisolasi akibat jalan terputus, mempersulit distribusi bantuan serta pasokan bahan bakar minyak untuk genset di puskesmas. Selain itu, jaringan komunikasi terputus di sejumlah daerah, memicu koordinasi intensif dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk meminta bantuan perangkat Starlink agar layanan kesehatan tetap dapat berjalan.

Data riset terbaru dari Lembaga Kajian Kesehatan dan Bencana (LKKB) tahun 2025 menunjukkan bahwa wilayah pesisir dan dataran rendah di Sumatera memiliki kerentanan tinggi terhadap banjir dan longsor, terutama saat musim hujan intensitas tinggi. Studi ini merekomendasikan pembangunan pusat layanan kesehatan darurat yang tahan bencana di lokasi strategis, serta sistem logistik kesehatan berbasis drone untuk daerah terisolasi. Infografis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat peningkatan 40% kejadian bencana hidrometeorologi di Sumatera selama dekade terakhir, sejalan dengan perubahan iklim dan deforestasi.

Bencana bukan sekadar ujian alam, tetapi juga cermin kesiapsiagaan kita. Di tengah reruntuhan dan kesedihan, semangat gotong royong dan inovasi kesehatan harus menjadi mercusuar harapan. Mari bangun sistem kesehatan yang tangguh, cepat pulih, dan selalu siap menjaga nyawa di setiap sudut negeri. Kita tidak bisa menghentikan bencana, tapi kita bisa memilih untuk bangkit lebih kuat.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan