
Lebak – Hari jadi Kabupaten Lebak yang ke-179 menjadi momentum bagi para mahasiswa untuk menyuarakan berbagai ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah daerah. Mereka turun ke jalan dan menggelar demonstrasi di depan kantor Bupati Lebak, yang sayangnya berakhir ricuh.
Aliansi mahasiswa yang terdiri dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) menjadi pelaku aksi. Dalam orasinya, mereka mengungkapkan sejumlah catatan kritis mengenai kondisi Lebak saat ini. Infrastruktur yang rusak, layanan kesehatan yang minim, kualitas pendidikan yang rendah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang stagnan, serta maraknya aktivitas pertambangan menjadi sorotan utama.
Ketegangan mulai terasa saat para demonstran membakar ban bekas sebagai simbol protes. Upaya petugas kepolisian untuk memadamkan api justru memicu keributan. Tuntutan mahasiswa untuk bisa masuk ke area kantor bupati ditangkis oleh barikade polisi, yang mengakibatkan aksi saling dorong antara kedua belah pihak.
Ketua Umum KUMALA, Rohimin, menegaskan bahwa pemerintah daerah harus mengambil tanggung jawab penuh atas persoalan-persoalan yang terjadi. Ia mengkritik keras kondisi infrastruktur jalan yang rusak parah, yang dinilai menghambat akses masyarakat menuju layanan pendidikan dan kesehatan.
“IPM Lebak selama 5 hingga 10 tahun terakhir masih rendah. Semua sektor, dari infrastruktur, pendidikan, hingga kesehatan, masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan,” tegas Rohimin di sela-sela aksi, Selasa (2/12/2025).
Selain persoalan dasar tersebut, mahasiswa juga mengangkat isu pertambangan ilegal yang marak terjadi di wilayah Lebak. Mereka menilai aktivitas tersebut telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar. Rohimin memperingatkan agar pemerintah tidak tutup mata, dan tidak membiarkan Lebak bernasib sama seperti wilayah tambang yang rusak di Sumatera Selatan.
Tak ketinggalan, nasib para penyintas banjir bandang di Lebak Gedong juga menjadi sorotan. Lima tahun berlalu, namun kepastian penanganan terhadap para korban masih belum jelas, baik dari pemerintah daerah maupun pusat.
Demonstrasi ini menjadi gambaran nyata atas kekecewaan dan tuntutan perubahan yang diharapkan oleh generasi muda Lebak terhadap pemerintahannya.
Data Riset Terbaru:
Sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Kebijakan Publik (LK2P) pada November 2025 menunjukkan bahwa 78% responden di Kabupaten Lebak merasa tidak puas terhadap kondisi infrastruktur jalan. Survei yang melibatkan 500 responden dari 28 kecamatan ini juga mengungkapkan bahwa 65% responden mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan akibat kondisi jalan yang rusak. Selain itu, indeks kepercayaan terhadap pemerintah daerah berada pada angka 3,2 dari skala 1-10, menunjukkan tingkat kepercayaan yang rendah.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Aksi demonstrasi mahasiswa di Lebak bukan sekadar protes biasa, melainkan sebuah “alarm” yang berbunyi keras. Mereka adalah cerminan dari kekecewaan masyarakat luas yang selama ini terpinggirkan. Isu-isu yang mereka angkat—infrastruktur, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan penanganan bencana—adalah masalah fundamental yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Jika pemerintah tidak segera merespons dengan kebijakan yang konkret dan solutif, maka “alarm” ini akan terus berbunyi, dan bisa jadi volume suaranya akan semakin keras.
Studi Kasus:
Kasus kerusakan jalan di Kecamatan Muncang bisa dijadikan studi kasus. Jalan utama yang menghubungkan desa-desa di kawasan ini telah rusak parah selama bertahun-tahun. Sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan seorang ibu yang membawa anaknya yang sakit harus ditandu oleh warga karena kendaraan roda empat tidak bisa melewati jalan yang rusak. Kejadian ini menjadi simbol nyata dari dampak buruk dari minimnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur.
Infografis:
Sebuah infografis bisa dibuat dengan membandingkan data IPM Kabupaten Lebak dengan rata-rata nasional dalam bentuk grafik batang. Selain itu, peta penyebaran jalan rusak di Kabupaten Lebak juga bisa divisualisasikan untuk memperkuat pesan tentang urgensi perbaikan infrastruktur.
Perubahan tidak akan datang dari diam, tapi dari suara yang lantang dan tindakan yang nyata. Generasi muda Lebak telah membuktikan bahwa mereka peduli. Kini, giliran pemerintah untuk membuktikan bahwa mereka mendengar dan siap untuk bertindak. Masa depan Lebak ada di tangan kita semua, mari bersama-sama membangunnya menjadi lebih baik.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.