Hujan deras yang terjadi di Sumatera dan memicu banjir hingga tanah longsor ternyata merupakan kejadian anomali. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa curah hujan yang turun setara dengan volume hujan sebulan dalam waktu hanya sehari.
BMKG menjelaskan bahwa anomali ini dipicu oleh Siklon Tropis Senyar yang terbentuk di Selat Malaka. Fenomena ini bahkan telah diprediksi delapan hari sebelumnya oleh BMKG, yang kemudian memberikan peringatan dini kepada pemerintah daerah setempat. Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menyampaikan bahwa peringatan tersebut telah dikeluarkan secara bertahap, mulai dari delapan hari sebelumnya, empat hari sebelumnya, hingga dua hari menjelang kejadian.
Menurutnya, wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah diperingatkan secara intensif. Namun, karena sifat siklon tropis yang tidak lazim terjadi di kawasan tropis, dampaknya menjadi sangat besar. Meskipun Siklon Senyar hanya berkategori 1—kategori terendah dari skala 1 hingga 5—namun tetap menyebabkan bencana hidrometeorologis yang parah seperti banjir bandang dan longsor.
Teuku menekankan pentingnya kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam merespons peringatan dini. Ia mengimbau agar para kepala daerah segera menginformasikan potensi bahaya kepada masyarakat dan mengambil langkah antisipatif. BMKG juga memiliki lima balai besar yang siap memberikan peringatan langsung ke masing-masing provinsi.
Anomali ini terjadi karena perubahan atmosfer dan suhu laut di Selat Malaka yang cenderung lebih hangat, sehingga mempercepat pembentukan awan hujan. Akibatnya, volume curah hujan yang sangat tinggi turun dalam waktu singkat. Di Kabupaten Bireuen, misalnya, tercatat curah hujan mencapai 411 mm per hari—lebih tinggi dari curah hujan bulanan rata-rata. Di Langkat, Sumatera Utara, curah hujan mencapai 390 mm per hari.
Dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Ketua Komisi V Lasarus menyoroti besarnya korban jiwa dan kerusakan akibat bencana ini. Ia menyebut kejadian ini sebagai anomali karena volume hujan yang biasanya turun selama sebulan tiba-tiba jatuh dalam satu hari. Diskusi antara Lasarus dan Kepala BMKG mengungkap bahwa fenomena ini memerlukan kesiapsiagaan jangka panjang, bukan hanya respons darurat setelah bencana terjadi.
BMKG juga memperingatkan potensi ancaman bibit siklon tropis di wilayah selatan Indonesia, terutama pada periode November hingga Februari. Daerah yang perlu waspada meliputi Bengkulu, Sumatera bagian selatan, selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua Tengah dan Papua Selatan. Wilayah-wilayah ini berpotensi mengalami curah hujan tinggi, gelombang besar, dan bencana hidrometeorologis.
Data Riset Terbaru:
Studi terkini dari Pusat Studi Perubahan Iklim Universitas Indonesia (2025) menunjukkan peningkatan frekuensi siklon tropis di wilayah tropis selatan, termasuk Indonesia, akibat pemanasan global. Riset ini mencatat kenaikan suhu permukaan laut di Selat Malaka sebesar 0,8°C dalam dua dekade terakhir, yang mempercepat pembentukan awan hujan dan meningkatkan intensitas curah hujan. Selain itu, analisis BMKG terhadap data historis 1980–2025 menunjukkan peningkatan anomali cuaca ekstrem sebesar 35% di Sumatera dalam sepuluh tahun terakhir.
Studi Kasus: Banjir Bandang Sibolga (30 November 2025)
Banjir bandang yang melanda Sibolga, Sumatera Utara, menjadi contoh nyata dampak anomali hujan ini. Data dari Polda Sumatera Utara mencatat 32 korban jiwa dan 65 orang hilang akibat bencana tersebut. Banjir terjadi setelah curah hujan ekstrem mengguyur wilayah tersebut selama tiga hari berturut-turut, menyebabkan tanah tidak mampu menyerap air dan memicu longsor yang membawa material besar ke pemukiman warga. Studi kasus ini menunjukkan pentingnya sistem peringatan dini yang terintegrasi dengan penataan ruang dan mitigasi bencana berbasis komunitas.
Infografis:
-
Perbandingan Curah Hujan (mm/hari):
- Bireuen: 411 mm (lebih tinggi dari curah hujan bulanan)
- Langkat: 390 mm
- Rata-rata curah hujan bulanan Sumatera Utara: ~250 mm
-
Dampak Bencana:
- Korban jiwa: 700–800 orang
- Korban hilang: >65 orang
- Wilayah terdampak: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat
-
Peringatan Dini BMKG:
- 8 hari sebelum kejadian: Peringatan awal
- 4 hari sebelum kejadian: Peringatan kedua
- 2 hari sebelum kejadian: Peringatan ketiga
Kejadian anomali hujan di Sumatera ini menjadi momentum penting bagi seluruh pemangku kebijakan dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologis. Dengan memanfaatkan teknologi deteksi dini, memperkuat sistem peringatan, dan meningkatkan edukasi kebencanaan, kita dapat mengurangi risiko dan menyelamatkan lebih banyak nyawa di masa depan. Mari jadikan bencana ini sebagai pelajaran berharga untuk membangun ketahanan iklim yang lebih kuat bagi Indonesia.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.