Asal Kayu Gelondongan Usai Banjir di Sumut Mulai Diselidiki

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kayu-kayu bulat yang terbawa banjir besar di Sumatera Utara sebelumnya menjadi tanda tanya besar. Sekarang pemerintah pusat turun tangan untuk mengungkap asal-usul tumpukan kayu bulat yang menjadi sorotan publik ini, di tengah bencana banjir yang melanda Sumatera beberapa hari lalu.

Diketahui, kayu bulat ikut terbawa arus saat banjir besar di Aceh, Sumut dan Sumbar. Setelah banjir surut, kayu-kayu ini berserakan di berbagai tempat, dari tepi sungai hingga pantai.

Pemerintah pusat akhirnya angkat bicara. Salah satunya Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Pada Senin (1/12), ia mengatakan ada banyak kabar beredar tentang asal kayu bulat ini. Sebagian menyebut berasal dari penebangan liar, sebagian lagi mengatakan itu kayu lapuk.

“Kalau masalah kayu gelondongan, saya jujur aja belum tahu jawabannya. Ada yang berkembang bahwa itu katanya illegal logging, ada juga yang itu katanya kayu yang sudah lapuk,” kata Tito usai rapat koordinasi di kantor Kemendagri, Jakarta Pusat.

Ia menekankan perlu ada penyelidikan dari aparat penegak hukum untuk mengetahui asal-usul kayu bulat tersebut. “Saya nggak bisa menjawab sesuatu yang saya sendiri belum melihat, mendapatkan data resmi, dan itu saya perlu investigasi dari aparat penegak hukum yang ada di sana,” ujarnya.

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq juga buka suara. Ia mengatakan pihaknya akan memanggil delapan perusahaan yang beroperasi di daerah aliran Sungai Batang Toru, Sumatera Utara, untuk mengusut sumber kayu bulat tersebut.

Hanif mengatakan hal ini usai acara Anugerah Proklim Tahun 2025 di Jakarta, Senin (1/12). Ia menyampaikan pihaknya sudah mengidentifikasi delapan perusahaan di wilayah terdampak banjir di DAS Batang Toru, mulai dari perkebunan sawit hingga perusahaan tambang emas.

“Ada delapan yang berdasarkan analisa citra satelit kami berkontribusi memperparah hujan ini. Jadi, kami sedang mendalami dan saya sudah minta di Deputi Gakkum (Penegakan Hukum) untuk melakukan langkah-langkah cepat dan terukur,” kata Hanif, dilansir Antara.

Berdasarkan citra satelit, pihaknya bisa memproyeksikan peristiwa di daerah bencana tersebut saat hujan deras. “Jadi, hari Senin akan segera dipanggil semua unit-unit yang berdasarkan kajian citra satelit, kita bisa melihat semuanya dari citra satelit sehingga kita secara logis bisa memproyeksikan apa yang terjadi dengan kondisi itu pada saat hujan deras,” katanya.

Hanif juga menyebut pihaknya akan meminta penjelasan dari masing-masing perusahaan tersebut dengan citra satelit resolusi tinggi untuk memastikan keadaan lokasi situs tempat perusahaan berada sebelum banjir. “Supaya bisa membuktikan ini, kayu itu dari mana asalnya,” katanya.

Data Riset Terbaru:

Studi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 menemukan bahwa kerusakan hutan di DAS Batang Toru meningkat 12% dalam 5 tahun terakhir, diduga kuat terkait aktivitas perusahaan perkebunan dan pertambangan.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Bencana banjir tidak hanya soal curah hujan, tapi juga akumulasi kerusakan ekosistem. Kayu-kayu bulat yang terbawa arus adalah “surat peringatan alam” bahwa ekosistem DAS Batang Toru sedang kritis.

Infografis:

[Grafik penurunan tutupan hutan di DAS Batang Toru tahun 2019-2024]
[Peta lokasi 8 perusahaan yang dipanggil KLHK]
[Diagram alur proses penyelidikan menggunakan citra satelit]

Aparat penegak hukum harus bertindak cepat dan tegas mengungkap asal-usul kayu bulat ini. Jangan biarkan bencana menjadi momentum untuk menutupi praktik ilegal. Lindungi hutan kita, lindungi masa depan generasi mendatang. Ayo bergerak bersama menjaga ekosistem DAS Batang Toru!

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan