Prabowo Tiba di Silangit Sumut, Lanjutkan Perjalanan ke Tapteng dengan Helikopter

Presiden Prabowo Subianto telah mendarat di Bandara Raja Sisingamangaraja XII, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Usai tiba, ia langsung beralih menggunakan helikopter menuju Tapanuli Tengah untuk memantau langsung lokasi yang terkena dampak banjir dan tanah longsor.

Berdasarkan pantauan Thecuy.com pada Senin, 1 Desember 2025, kedatangan Prabowo di Bandara Silangit menggunakan pesawat kepresidenan Garuda terjadi sekitar pukul 08.00 WIB. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan melalui udara dengan helikopter menuju lokasi bencana.

Rencananya, Prabowo akan mendarat di Helipad Lapangan GOR Pandan, Jalan Dr. Fl. Tobing, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah. Kedatangannya kali ini bertujuan untuk meninjau secara langsung kondisi di lapangan, termasuk area yang mengalami kerusakan parah dan gangguan terhadap layanan dasar. Ia juga akan memastikan respons darurat telah dilakukan sesuai prosedur penanganan bencana yang cepat, tepat, dan terkoordinasi.

Turut serta mendampingi Presiden dalam peninjauan ini adalah Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) hingga Minggu, 30 November 2025 malam, jumlah korban di wilayah Sumatera terus mengalami peningkatan. Berikut adalah data terbaru mengenai korban bencana di Sumatera:

1. Sumatera Utara: 217 orang meninggal, 209 orang masih hilang
2. Aceh: 96 orang meninggal, 75 orang masih hilang
3. Sumatera Barat: 129 orang meninggal, 118 orang masih hilang

---

Data Riset Terbaru:

Studi dari Pusat Studi Bencana Universitas Sumatera Utara (2025) menunjukkan bahwa wilayah pesisir barat Sumatera memiliki risiko tinggi terhadap banjir bandang dan longsor, terutama saat musim hujan intensitas tinggi. Faktor utama penyebabnya adalah kerusakan hutan di daerah tangkapan air, alih fungsi lahan, serta sistem drainase yang tidak memadai. Riset ini merekomendasikan penguatan reboisasi, pembangunan early warning system berbasis komunitas, serta penataan ruang yang lebih ketat.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Bencana di Sumatera kali ini bukan sekadar musibah alam, melainkan juga cerminan dari tekanan terhadap ekosistem yang telah berlangsung lama. Dengan curah hujan ekstrem yang dipicu perubahan iklim, daerah yang hutan dan tata drainasenya rusak menjadi sangat rentan. Pendekatan penanganan harus holistik: tidak hanya evakuasi dan bantuan darurat, tetapi juga pemulihan ekosistem dan penguatan ketahanan masyarakat.

Studi Kasus:

Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah, menjadi salah satu contoh nyata. Wilayah ini mengalami banjir besar dan longsor yang menghancurkan ratusan rumah. Warga setempat mengungkapkan bahwa sungai yang dulunya kecil kini meluap deras saat hujan, diduga karena alih fungsi hutan di hulu menjadi kebun dan permukiman.

Infografis (Konsep):

• Judul: Faktor Risiko Bencana di Sumatera
• Bagian 1: Curah Hujan Ekstrem (Gambar: Awan Hujan Lebat)
• Bagian 2: Kerusakan Hutan (Gambar: Pohon Ditebang)
• Bagian 3: Alih Fungsi Lahan (Gambar: Lahan Hutan Menjadi Kebun/Permukiman)
• Bagian 4: Drainase Tersumbat (Gambar: Sungai Penuh Sampah dan Material)
• Bagian 5: Longsor dan Banjir (Gambar: Tanah Longsor dan Air Banjir Menggenang)
• Solusi: Reboisasi, Sistem Peringatan Dini, Penataan Ruang, Edukasi Masyarakat

Langkah cepat dan terkoordinasi dari pemerintah sangat krusial, namun yang tak kalah penting adalah komitmen jangka panjang untuk memulihkan lingkungan dan membangun ketahanan di tingkat akar rumput. Kita semua punya peran: dari pemimpin hingga warga desa, dari perencana kota hingga petani. Mari jadikan bencana ini sebagai momentum untuk berubah, bukan hanya bangkit.

Baca juga Berita lainnya di News Page