Mendag Mengungkap Penyebab Surplus Neraca Dagang Indonesia dengan Amerika Serikat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terbesar dengan Amerika Serikat, meskipun hubungan dagang antara kedua negara sedang menghadapi tantangan. Hal ini disampaikan oleh Budi dalam Rapimnas Kadin Indonesia 2025 di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, pada Senin (1/12/2025).

Sebelumnya, India menjadi mitra dagang dengan surplus terbesar bagi Indonesia, namun kini posisi tersebut digeser oleh Amerika Serikat. Budi menjelaskan bahwa, meskipun terdapat ketegangan perdagangan, seperti penetapan tarif resiprokal sebesar 19% oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk Indonesia, nilai ekspor Indonesia ke AS tetap menunjukkan performa terbaik.

Data periode Januari hingga September 2025 menunjukkan surplus perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai US$ 15,7 miliar. Angka ini mengungguli surplus dengan India yang tercatat sebesar US$ 10,52 miliar. Di posisi ketiga, Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 6,45 miliar terhadap Filipina, diikuti oleh Malaysia dengan surplus US$ 4,51 miliar, dan Belanda dengan surplus US$ 3,55 miliar.

Jika dilihat berdasarkan kawasan, nilai surplus perdagangan Indonesia terhadap ASEAN mencapai US$ 7,7 miliar, sementara terhadap Uni Eropa mencapai US$ 5,6 miliar. Budi menekankan pentingnya peran Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dalam memperkuat hubungan dagang dengan Uni Eropa.

Pemerintah menargetkan IEU-CEPA mulai berlaku efektif pada 1 Januari 2027. Dengan kesepakatan ini, diharapkan akses pasar bagi produk-produk Indonesia ke kawasan Eropa semakin terbuka lebar, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekspor dan meningkatkan daya saing di kancah internasional.

Data Riset Terbaru: Studi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan (2025) menunjukkan bahwa sektor manufaktur dan pertambangan menjadi kontributor utama surplus perdagangan dengan AS. Ekspor produk seperti alas kaki, tekstil, serta nikel olahan mengalami lonjakan signifikan. Selain itu, diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional juga mulai menunjukkan hasil positif.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Kondisi ini menggambarkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika perdagangan global. Meskipun terdapat hambatan tarif, struktur ekspor yang semakin beragam dan nilai tambah produk dalam negeri menjadi kunci utama keberhasilan. Dengan memanfaatkan momentum surplus ini, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai mitra dagang strategis di mata dunia.

Studi Kasus: Ekspor nikel olahan ke AS meningkat 40% pada kuartal III-2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari kebijakan hilirisasi mineral yang digencarkan pemerintah, sehingga produk ekspor bukan lagi berupa bahan mentah, melainkan produk jadi bernilai tambah tinggi.

Dengan fondasi yang kuat dan strategi yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus memperluas pasar ekspor dan menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan. Mari terus dukung produk dalam negeri, dorong inovasi, dan jadikan Indonesia sebagai poros ekonomi dunia yang mandiri dan kompetitif. Momentum ini adalah bukti bahwa kita mampu bersaing di level global, dan saatnya kita memanfaatkan peluang tersebut untuk kemajuan bersama.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan