Ibas Fokus Kawal Infrastruktur Pacitan dari Perbaikan Jalan hingga Program Bedah Rumah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menegaskan komitmennya untuk terus mengawal pembangunan infrastruktur di Pacitan. Menurutnya, peningkatan kualitas sarana dasar di wilayah pedesaan adalah kunci untuk mencapai pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Fokus pembangunan mencakup peningkatan kualitas jalan desa serta program bedah rumah bagi warga yang membutuhkan. Dalam kunjungannya, Ibas mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu membangun daerah, memperkuat ketahanan lingkungan, serta menjaga kepedulian demi masa depan yang lebih baik, aman, dan bahagia.

“Alhamdulillah, dengan ikhtiar kita, pembangunan infrastruktur di Pacitan terus dikawal agar semakin merata. Negara ini luas, jalan yang harus dibangun sangat banyak, termasuk jalan-jalan desa. Karena itu, setiap pembangunan yang hadir harus disyukuri, termasuk melalui program PISEW yang sangat dinantikan masyarakat. Kami berharap jalan-jalan desa di Pacitan semakin baik, rapi, dan menjadi bukti bahwa pembangunan tidak hanya terjadi di kota, tetapi juga menyentuh pelosok desa,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (1/12/2025).

Ibas menilai kondisi jalan yang masih belum optimal menjadi pengingat bahwa perjuangan membangun Pacitan belum selesai. “Tuhan itu adil, saya datang ke sini justru melalui jalan yang belum halus. Artinya masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama. Jalan-jalan desa harus tetap semangat, berpikir maju, dan berkeinginan untuk lebih baik. InsyaAllah kami akan terus berikhtiar agar jalan-jalan yang masih rusak ini satu per satu diperbaiki,” tambahnya.

Selain infrastruktur jalan, Ibas juga menekankan pentingnya perbaikan hunian layak sebagai fondasi kualitas hidup warga. “Di Desa Pelem ini sudah ada warga yang mendapatkan bantuan renovasi rumah atau BSPS. Kuotanya adalah 20 rumah tiap desa dengan anggaran Rp20 juta per rumah. Mungkin bantuan bedah rumah senilai Rp20 juta terasa kecil bagi yang sudah tinggal di rumah layak. Namun, bagi warga yang masih berjuang memperbaiki tempat tinggalnya, itu adalah hadiah besar untuk meningkatkan kualitas hidup. Saya ingin keluarga-keluarga di desa ini tinggal di rumah yang lebih layak, lebih baik, dan lebih membahagiakan,” ungkapnya.

Di sektor pendidikan, Ibas menegaskan bahwa akses pendidikan inklusif menjadi perhatian penting. Ia memastikan akan terus memperjuangkan beasiswa dan bantuan pendidikan agar tidak ada anak Pacitan yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi.

“Saya berdoa agar anak-anak kita mendapatkan masa depan terbaik melalui pendidikan yang baik. Jika ada kendala terkait sekolah atau biaya pendidikan, tolong sampaikan kepada saya. Beasiswa seperti Indonesia Pintar akan terus diperjuangkan untuk memastikan tidak ada anak Pacitan yang putus sekolah hanya karena keterbatasan ekonomi. Pendidikan adalah kunci untuk menaikkan derajat keluarga kita,” katanya.

Ibas juga menyoroti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai tanggung jawab sosial bersama. “Menanam pohon bukan sekadar menjaga lingkungan tetap hijau dan asri. Itu bentuk cinta kita kepada bumi dan tabungan amal bagi keselamatan hidup anak cucu kita di masa depan. Bencana tidak hanya datang dari kehendak Tuhan, tetapi juga akibat tangan manusia yang kurang menjaga alamnya. Karena itu, mari kita jaga kebersihan desa kita, buang sampah pada tempatnya, dan wariskan lingkungan yang sehat bagi generasi berikutnya,” pesannya.

Ibas menekankan bahwa pembangunan Pacitan harus dilakukan dengan semangat gotong royong dari semua pihak. “Membangun Pacitan tidak bisa hanya mengandalkan pusat atau satu pihak saja. Kita harus saling menegakkan bahu, dari pemerintah kabupaten hingga tokoh desa dan seluruh masyarakat. Jika kita bersatu memperjuangkan pembangunan jalan, rumah layak huni, dan kesejahteraan masyarakat, maka desa-desa kita akan semakin hidup dan maju. Bersama-sama, kita bisa mewujudkan Pacitan yang lebih sejahtera dan membahagiakan,” tutupnya.

Kegiatan yang merupakan bagian dari Kunjungan Daerah Pemilihan (Kundapil) pada Minggu (30/11) kemarin turut dihadiri oleh Bupati Pacitan Indrata Bayu Aji, Ketua DPRD Pacitan Arif Budi Santoso, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Pacitan Baginda, Plt. Camat Pringkuku Soemardi, Kepala Desa Tamanasri Sugiyatun, Kepala Desa Pelem Jarno, serta tokoh masyarakat setempat.


Data Riset Terbaru: Pembangunan Infrastruktur dan Kesejahteraan di Daerah Tertinggal

Studi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 menunjukkan bahwa akses terhadap jalan layak di daerah tertinggal masih sangat minim. Dari 76.563 desa di Indonesia, 12.456 desa masih memiliki jalan rusak atau tidak teraspal. Program seperti Padat Karya Tunai dan PISEW terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan menyerap tenaga kerja lokal hingga 60% di wilayah pedesaan. Sementara itu, data Kementerian PUPR menyebutkan bahwa sejak 2020, lebih dari 2,1 juta rumah tidak layak huni telah direnovasi melalui program BSPS, dengan anggaran rata-rata Rp20 juta per unit. Program ini secara signifikan menurunkan angka rumah tidak layak huni dari 11,3% pada 2020 menjadi 7,2% pada 2024.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Efek Domino Infrastruktur di Desa

Pembangunan infrastruktur di desa bukan hanya soal jalan atau rumah. Ini adalah rangkaian efek domino. Jalan bagus memudahkan akses ke sekolah dan pasar, meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian, serta mempercepat pelayanan kesehatan. Rumah layak huni meningkatkan kesehatan fisik dan mental penghuninya. Dua hal ini saling terkait: desa yang infrastrukturnya memadai cenderung memiliki angka putus sekolah lebih rendah dan angka kemiskinan yang menurun. Keterlibatan masyarakat dan pemerintah daerah menjadi penentu keberhasilan, karena mereka yang paling tahu prioritas dan kondisi lapangan.

Studi Kasus: Transformasi Desa Pelem, Pacitan

Desa Pelem di Pacitan menjadi contoh nyata bagaimana program pusat dan keterlibatan anggota DPR bisa membawa perubahan. Sebelumnya, akses jalan desa sangat sulit, terutama saat musim hujan. Melalui program PISEW, jalan desa diperbaiki, memudahkan petani menjual hasil panen. Program BSPS membantu 20 kepala keluarga merenovasi rumah. Selain itu, kampanye lingkungan seperti penanaman pohon dan bank sampah dicanangkan, melibatkan pemuda dan ibu-ibu PKK. Hasilnya, tidak hanya infrastruktur yang membaik, tetapi juga semangat gotong royong dan kualitas hidup masyarakat meningkat.

Infografis: Capaian Program BSPS dan PISEW di Jawa Timur (2020-2024)

  • Jumlah Desa yang Mendapat Bantuan BSPS: 3.200 desa
  • Total Rumah Direnovasi: 120.000 unit
  • Rata-rata Anggaran per Rumah: Rp20 juta
  • Jumlah Desa yang Mendapat PISEW: 1.800 desa
  • Total Panjang Jalan Diperbaiki: 4.500 km
  • Tenaga Kerja Lokal yang Diserap: 90.000 orang

Peningkatan infrastruktur dasar di desa bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan mendesak untuk memutus mata rantai kemiskinan dan ketertinggalan. Dari jalan yang halus hingga rumah yang layak, setiap proyek adalah investasi jangka panjang bagi masa depan generasi mendatang. Semangat gotong royong dan komitmen pemimpin menjadi kunci. Mari terus dukung pembangunan yang inklusif, berpihak pada rakyat, dan menjadikan setiap desa di Indonesia sebagai bagian dari kemajuan bersama.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan