Fraksi PKS MPR RI bersama Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) menyelenggarakan Lokakarya Akademik Penguatan Tata Kelola Sumber Daya Alam (SDA) yang mengangkat pentingnya integrasi nilai lokal ke dalam kebijakan pengelolaan SDA. Johan Rosihan, Sekretaris FPKS MPR RI, menekankan perlunya mengintegrasikan nilai adat Taket ko Nene, Kangila Boat Lenge ke dalam kerangka tata kelola SDA di Sumbawa. Ia juga menyoroti bencana banjir dan longsor di Sumatera dan Aceh sebagai peringatan penting atas urgensi perbaikan tata kelola lingkungan.
“Pengelolaan SDA harus memperhatikan nilai lokal dan prinsip kehati-hatian agar daerah tidak mengalami kerusakan ekologis,” tegas Johan dalam keterangan tertulis, Senin (1/12/2025).
Bupati Sumbawa Syarafuddin Jarot menegaskan bahwa nilai luhur Takit Ko Nene’, Kangila Boat Lenge bukan sekadar semboyan budaya, melainkan kompas moral masyarakat Samawa yang mengajarkan ketakwaan, rasa malu melakukan keburukan, serta amanah menjaga alam. Ia menilai kearifan lokal ini sangat relevan di tengah krisis iklim, kerusakan hutan, dan ancaman ekologis global. Menurutnya, ruang dialog yang diprakarsai LATS penting untuk mensinergikan pemerintah daerah, lembaga adat, akademisi, masyarakat sipil, serta kebijakan nasional.
Jarot memaparkan visi besar Pemerintah Kabupaten Sumbawa lima tahun ke depan yaitu Sumbawa Hijau dan Lestari, yang diterjemahkan dalam berbagai program konkret seperti Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Sumbawa Hijau, Gerakan 1 ASN 1 Pohon, Gerakan 1 Siswa 1 Pohon, Program Tanam Pohon Dapat Sapi, serta penanaman tanaman ekonomi produktif seperti kopi, kemiri, porang, sengon laut, dan tanaman bernilai tambah lainnya. “Langkah-langkah ini adalah investasi jangka panjang untuk stabilitas ekologis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kearifan Takit Ko Nene’, Kangila Boat Lenge menemukan momentumnya sebagai dasar kebijakan publik yang menjaga harmoni manusia dan alam,” jelasnya.
Direktur Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat KLHK, Julmansyah, memaparkan capaian nasional penetapan Hutan Adat. Hingga Oktober 2025, terdapat 164 unit Hutan Adat seluas lebih dari 345 ribu hektare yang memberi manfaat bagi sekitar 87 ribu keluarga. Ia menyebut pengakuan Hutan Adat berperan dalam menjaga ekosistem, sumber air, serta mencegah konflik tenurial.
Aries Zulkarnaen, perwakilan LATS, menyampaikan bahwa nilai budaya Taket ko Nene, Kangila Boat Lenge memiliki dasar moral dan spiritual yang dapat menjadi pedoman pengelolaan lingkungan. Ia menilai nilai tersebut perlu diimplementasikan dalam tata ruang dan kebijakan pengelolaan hutan serta air.
Peneliti BRIN, Rusli Cahyadi, memaparkan hasil kajian antropologis mengenai perubahan nilai lokal di Sumbawa akibat tekanan sosial, ekonomi, dan modernisasi. Ia menilai revitalisasi nilai adat diperlukan untuk menguatkan tata kelola SDA dan meminimalkan konflik pemanfaatan ruang.
Lokakarya ini menghasilkan sejumlah rekomendasi awal, antara lain penyusunan Naskah Akademik Integrasi Adat Samawa, pemetaan ilmiah wilayah adat, penguatan kebijakan tata ruang berbasis nilai lokal, serta pengembangan model pengelolaan SDA yang melibatkan komunitas adat, akademisi, dan pemerintah daerah.
Acara yang digelar di Neo Garden Hotel, Sumbawa Besar, Ahad (30/11) tersebut berlangsung sepanjang hari dan menjadi bagian dari rangkaian upaya LATS dan Fraksi PKS MPR RI untuk memperkuat peran adat dalam pengelolaan SDA.
Berdasarkan data riset terbaru dari Pusat Penelitian Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (P3LHK) tahun 2025, integrasi kearifan lokal dalam pengelolaan SDA terbukti meningkatkan keberhasilan restorasi ekosistem hingga 67% dibandingkan pendekatan konvensional. Studi kasus di wilayah Sumbawa menunjukkan bahwa penerapan nilai Taket ko Nene dan Kangila Boat Lenge dalam program penghijauan mampu menurunkan angka deforestasi sebesar 42% dalam tiga tahun terakhir. Infografis yang dirilis oleh LATS menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan mengurangi konflik pemanfaatan lahan hingga 58% dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program konservasi sebesar 73%.
Penguatan tata kelola SDA berbasis kearifan lokal bukan sekadar kebutuhan, tapi kewajiban moral kita terhadap generasi mendatang. Kolaborasi antara nilai adat, ilmu pengetahuan, dan kebijakan publik menjadi kunci utama dalam mewujudkan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Mari jadikan kearifan lokal sebagai fondasi dalam membangun ketahanan ekologis dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.